Thursday, July 31, 2008

KOMPOSTER ANAEROB SERBA GUNA

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 1 Agustus 2008
Foto: Sobirin 2008, Meremas Kompos Setengah Matang
Oleh: Sobirin
Pekerjaan yang kurang menyenangkan ketika membuat kompos adalah ketika harus mencacag daun-daun bahan kompos menjadi ukuran kecil-kecil. Saya menyiasati dengan memanfaatkan komposter anaerob lubang tanah. Kompos 1/2 matang saya ambil, daun-daun telah lunak dan mudah hancur diremas.



Beberapa kali saya mencoba dengan siasat seperti itu, ternyata lebih mudah dari pada mencacag dengan bedog/bendo/parang. Bila kurang hati-hati, bisa-bisa jari tangan kena bedog. Saya memang merasa puas dengan komposter anaerob lubang tanah ini. Boleh dikata serba guna.

Semua sampah bahan organik dimasukkan saja ke dalam komposter anaerob lubang tanah. Tidak perlu dipotong-potong. Selanjutnya dibasahi dengan MOL, lalu tutup dengan tutup plat beton tipis. Proses memasukkan sampah organik ini terus dlakukan hingga lubang tanah penuh. Saya melakukannya tidak diaduk, tapi terus ditambahkan saja bahan-bahan yang segar di lapisan atasnya.
Bila perlu dipadatkan dengan cara diinjak-injak.

Memang perlu waktu sampai 1 bulan untuk menjadi bahan kompos ini bisa disebut 1/2 matang. Bila dipanen, lapisan paling atas masih segar, lapisan di tengah 1/2 matang, tetapi di lapisan paling bawah benar-benar sudah mengurai menjadi butir-butir kompos matang seukuran butiran tanah.

Bahan kompos yang 1/2 matang ini warnanya kecoklatan agak hitam. Bila diremas mudah hancur menjadi kecil-kecil. Hancuran kompos 1/2 matang ini lalu diproses lanjut dimasukkan ke dalam komposter aerob bata terawang untuk lebih disempurnakan menjadi kompos matang. Diaduk dan diberi MOL tiap 3 hari. Untuk menjadi kompos yang baik perlu waktu sekitar 2 minggu. Selamat mencoba.

Read More..

KOMPOS JUGA PERLU DIAYAK

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 1 Agustus 2008
Foto: Sobirin 2008, Mengayak Kompos Hasil Anaerob

Oleh: Sobirin
Banyak cara membuat kompos. Jangan takut salah. Paling tidak ada dua cara, yaitu cara aerob (perlu aliran udara untuk oksigen), dan cara anerob (tertutup). Hasil akhir sama bagusnya. Lebih bagus bila ukurannya diseragamkan, dengan cara diayak, untuk maksud dipak dan dijual.


Kompos dari komposter aerob bata terawang tidak perlu diayak, karena sebelumnya bahan-bahan kompos telah dicacag kecil-kecil. Tetapi kompos dari komposter anaerob perlu diayak, karena sebelumnya bahan-bahan kompos hanya dicacag asal-asalan. Bahkan bila pembantu rumah tangga menyapu daun-daun kering di halaman, langsung saja dimasukkan ke dalam komposter anaerob.

Ketika kompos dari komposter anaerob ini dipanen, butiran-butiran komposnya tidak seragam, ada yang potongan besar ada yang potongan kecil, ada pula yang sudah merupakan butir-butir kecil seukuran butiran tanah. Oleh sebab itu untuk menyeragamkan butiran perlu di ayak.

Ayakannya dibuat dari kawat ayakan atau kawat kasa ukuran lubang 0,5 cm x 0,5 cm. Selesai diayak, kompos disimpan dalam karung dan disimpan ditempat yang teduh atau di gudang untuk suatu saat siap dimanfaatkan.

Read More..

MOL UNTUK KOTA CIREBON

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 1 Agustus 2008
Foto: Sobirin 2008, MOL untuk dibawa ke Cirebon

Oleh: Sobirin

Akhir Juli 2008 sekitar 30 orang meninjau zerowaste rumah saya. Rombongan pertama LSM Konus dengan guru SMA dan SMK Bandung, rombongan kedua Kantor Pengelola Lingkungan Hidup dan DPRD Kota Cirebon. Selesai meninjau, rombongan Cirebon saya bekali 30 botol MOL.



Para tamu mendengarkan dengan antusias tentang tata cara memisah sampah organik dan anorganik, bermacam cara membuat MOL dan kompos.

Selain itu juga bagaimana cara mendaur ulang kertas bekas dan plastik bekas. Berikutnya dijelaskan bagaimana memanfaatkan kompos buatan sendiri untuk pertanian rumah tangga.


Rombongan dari Bandung akan mempraktekkan hal-hal yang telah dijelaskan, juga akan dicoba dikembangkan di lingkungan sekolah mereka.


Rombongan dari Cirebon akan menindak lanjuti dengan sosialisasi dan pelatihan zerowaste untuk warga Cirebon. Untuk bahan pelatihan, rombongan Cirebon memerlukan MOL. Saya menyiapkan 30 botol MOL campuran tapai dan terasi untuk dibawa pulang ke Cirebon.


Sebenarnya menyimpan MOL tidak boleh dalam botol tertutup. Tetapi mengingat transportnya cukup jauh dan kawatir tumpah, maka untuk sementara botol ditutup. Saya berpesan agar sesampainya di Cirebon tutup botol supaya dibuka, dan sebelum dimanfaatkan ditambahkan dulu gula pasir secukupnya.

Read More..

Saturday, July 26, 2008

TIP AMAN MENCACAG DAUN BAHAN KOMPOS

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 27 Juli 2008
Foto: Sobirin 2008, Posisi Tangan Sewaktu Mencacag Daun

Oleh: Sobirin
Mencacag atau memotong daun-daun untuk bahan kompos adalah pekerjaan yang terkadang membuat stress. Bisa-bisa jari tangan kena bedog (bendo, parang). Saya pernah kena bedog sewaktu memotong bahan kompos. Masih untung tidak parah. Bagaimana cara yang aman?



Cara yang aman adalah dengan mesin potong. Bisa beli atau membuat sendiri. Desain mesin potong buatan sendiri skala rumah tangga bisa dilihat di artikel yang lalu blog ini. Ada juga yang tetap ingin menggunakan alat potong tradisional, yaitu bedog, bendo, atau parang. Tetapi harus hati-hati sekali, salah posisi tangan bisa kecelakaan, jari terkena bedog.

Cara yang benar adalah posisi tangan yang memegang daun-daunan sedemikian rupa sehingga yang mengarah ke bedog adalah punggung tangan (lihat foto: posisi benar)
.

Cara yang salah adalah posisi tangan yang memegang daun-daunan sedemikian rupa sehingga jari tangan ’menongol’. Jangan melakukan cara ini, karena jari tangan bisa terkena bedog (lihat foto: posisi salah).

Semoga bermanfaat, dan tetap berhati-hati.

Read More..

Wednesday, July 16, 2008

TERASI KADALUWARSA MENJADI MOL

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 16 Juli 2008
Foto: Sobirin 2008, MOL Peuyeum Campur Terasi

Oleh: Sobirin
Dalam artikel saya terdahulu di blog ini telah dibahas bermacam cara membuat MOL. Saat ini saya sendiri menggunakan MOL tapai atau peuyeum. Ketika saya mempunyai terasi yg sudah kadaluwarsa, saya masukkan saja ke dalam MOL tapai, ternyata hasilnya memang lebih baik.


Terasi yang sudah kadaluwarsa baunya agak-agak enak tengik khas bau terasi seperti biasanya. Terasi dilumatkan, kemudian dimasukkan ke dalam tong wadah Mikro Organisme Lokal (MOL) tapai, diaduk, dibiarkan 4 sampai lima hari.

MOL yang tadinya putih keruh berubah menjadi merah kecoklatan karena warna terasi.
Ketika MOL terasi ini saya pakai sebagai ”starter” kompos, reaksi terhadap bahan kompos lebih cepat dari MOL tapai.

Suhu proses kompos dalam 1 (satu) hari mulai naik, lebih terasa panas.
Kreasi membuat MOL memang bermacam-macam. Jangan takut dan ragu membuat MOL.

Banyak cara dengan bahan yang berbeda. Sebenarnya saya senang membuat MOL dengan bahan sampah dapur yang mudah membusuk. Reaksinya cepat, tapi suka keluar belatung. Banyak orang yang jijik, jadi terpaksa MOL sampah dapur saya tinggalkan.

Silahkan mencoba dengan berbagai kreasi, siapa tahu di antara pembaca dapat menghasilkan MOL yang bagus, dan hasil komposnyapun juga lebih bagus.

Read More..

Tuesday, July 8, 2008

AKAR PADI EMBER MEMENUHI EMBER

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 8 Juli 2008
Foto: Sobirin 2008, Per-akar-an Padi Ember Kampung
Oleh: Sobirin
Panen padi ember kampung versi 2 memang dalam hati cukup membanggakan, hanya kurang puas karena hasilnya hanya 1 ons gabah kering panen. Apakah cara pemeliharaan saya kurang? Atau besarnya ember kurang? Ketika tanaman saya cabut, ternyata akarnya memenuhi ember.




Akar campur tanah dan kompos menyatu memenuhi ruang ember. Memang ember yang saya pakai bukan berdiameter 40 cm, tetapi 30 cm. Pada hal saya selalu mengatakan diameter ember atau pot paling tidak 40 cm. Benar juga, rupanya ember dengan diameter 30 cm kurang besar.


Rupanya kunci kesuburan padi berada pada per-akar-annya. Dengan menanam 1 (satu) butir padi, akarnya berkembang sedemikian rupa. Coba bayangkan bila yang ditanam 2 (dua) atau 3 (tiga), atau lebih. Akar-akar padi-padi tersebut akan berkembang bertabrakan berebutan makanan.


Menanam padi dengan konsep Sistem of Rice Intensification (SRI) di sawah memang harus satu butir per satu butir dengan jarak tanam sekitar 40 cm-an. Filosofinya seperti padi ember dengan diameter 40 cm-an.


Moga-moga padi ember versi 3 dengan bibit unggul Sintanur bisa lebih baik hasil panennya, karena wadahnya berdiameter 40 cm-an, harapan saya panennya lebih dari 2 atau 3 ons per ember atau per pot.

Read More..

Monday, July 7, 2008

PADI EMBER KAMPUNG VERSI 2 HANYA 1 ONS

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 8 Juli 2008
Foto: Sobirin 2008, Bulir Padi Ember Kampung Hasil Panen

Oleh: Sobirin

Padi ember kampung versi 2 yang saya tanam kira-kira 5 bulan yang lalu, baru bulan Juli ini saya panen. Bangga juga panen padi hasil tanaman sendiri. Tetapi hasil padi kampung versi 2 ini sama dengan versi 1 tahun 2006 yang lalu, hanya 1 ons gabah kering panen (GKP).



Mungkin karena jenis padinya yaitu padi kampung, walaupun telah saya pelihara dengan kompos dan MOL tidak dapat meningkatkan hasil seperti harapan saya sebelumnya, yaitu bisa melebihi 1 ons GKP.

Namun bila kita ekstrapolasi kepada hitungan sawah 1 ha, hasil padi saya ini setara dengan 10 ton GKP/hektar/panen. Sebenarnya telah merupakan prestasi. Mungkin bila ada pembaca yang cara merawatnya lebih tekun dari saya, maka saya percaya walaupun padi ember ini jenis kampung, hasilnya bisa lebih dari 1 ons GKP atau bahkan bisa 2 ons GKP.


Yang terpenting, sumber kompos dari sampah rumah tangga sendiri yang diolah menjadi kompos, dengan MOL buatan sendiri, dan rumah menjadi ‘zerowaste’. Memang menjadi petani terutama organik perlu ketekunan dan kesabaran.

Read More..