skip to main |
skip to sidebar
Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 29 September 2009
Foto: Sobirin, 2009, Sayur Mayur Dalam Karung di Kantor SayaOleh: Sobirin
DPKLTS atau Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda adalah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) di Jalan Riau (Martadinata) Nomor 189 A di Bandung. Saya mengabdi di kantor ini. Namanya juga LSM lingkungan, maka halaman kantor pun penuh dengan tanaman hijau di dalam karung.
Ada seorang aktivis di kantor saya ini, namanya Cecep, orangnya sangat rajin berkebun. Dia yang menyemai benih-benih tanaman sayuran ini dalam karung. Medianya adalah tanah campur kompos. Tanamannya bermacam-macam, ada tomat, cabai, terong, mentimun, kacang panjang, caisim.
Jumlah karungnya cukup banyak, ada sekitar 75 karung. Tiap hari disiram dengan air dan tiap 3 hari sekali dengan MOL encer. Tanaman tumbuh subur, daunnya hijau, dan buahnyapun bermunculan segar-segar. Makan siang di kantor DPKLTS ini selalu dengan sayuran dan lalab hasil tanaman sendiri.
Sebenarnya maksud utama menanam tanaman dalam karung ini adalah untuk memberi contoh kepada khalayak ramai, baik perkantoran maupun rumah tangga, untuk mencontoh kegiatan ini. Tidak sulit dan tidak memakan waktu khusus. Selain halaman menjadi hijau segar, juga enak dipandang. Apalagi bila penataannya disesuaikan dengan karakter lanskap setempat.
Read More..
Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 22 Agustus 2009
Foto: Sobirin, 2009, Panen Tomat Ranti, Tomat Cherry
Oleh: Sobirin
Setelah 2,5 bulan berlalu sejak benih tomat ranti disemai, maka tanaman ini telah bisa dipanen. Pemeliharaannya dengan pupuk organik cair encer. Dalam satu pohon banyak sekali buahnya. Ukurannya kecil-kecil, ada sekitar 150 buah lebih. Warnanya merah seperti tomat biasa, rasanya asam segar.
Tomat ranti atau tomat cherry ini mudah ditanamnya. Benih disemai dulu, kira-kira setelah tumbuh 10 hari, setelah anakan tomat rantai ini cukup kuat, maka dipindah, bisa di tanah langsung atau di dalam pot atau ember bekas. Medianya menggunakan tanah 2 bagian dicampur kompos 1 bagian. Setiap 3 hari sekali disiram dengan pupuk organik cair yang telah diencerkan.
Bunga-bunga tomat ranti mulai muncul ketika umur tanaman kurang lebih 1 sampai 1,5 bulan, kemudian muncul buah-buah berwarna hijau. Kurang lebih setelah tanaman berumur 2,5 sampai 3 bulan buah tomat berwarna merah dan siap dipanen. Dalam 1 pohon buahnya mencapai 200 buah tomat kecil-kecil, seukuran buang lengkeng. Rasanya enak, asam segar.
Read More..
Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 17 Juli 2009
Foto: Sobirin, 2009, Tomat Ranti, Tomat Cherry
Oleh: Sobirin
Ukuran buah tomat ranti atau tomat cherry kecil-kecil. Sebesar buah anggur atau buah lengkeng. Buahnya mengelompok banyak. Saya menanamnya di dalam tong. Media tanamnya adalah tanah 2 bagian ditambah kompos buatan sendiri 1 bagian. Tiap 3 hari di beri pupuk cair MOL hijau.
Sewaktu saya masih kecil di kampung, tomat ranti ini banyak sekali ditemukan di kebun-kebun pekarangan sekitar rumah. Rasanya sama dengan tomat biasa, hanya kulitnya lebih tipis. Sekarang mencari tomat ranti di pasar tradisional di Bandung sangat sulit. Adanya di super market atau di toko buah elit.
Saya membeli tomat ranti untuk benih di toko buah Total. Lalu buah diambil biji-bijinya di jemur, kemudian di semai. Setelah menjadi kecambah dan berumur sekitar 10 hari telah cukup kuat untuk dipindah ke dalam media tanam.
Saya menggunakan tong besar untuk menanam tomat ini, dan 3 hari sekali disiram dengan pupuk cair atau MOL hijau. Setelah berumur 1,5 bulan tanaman tomat ranti ini tumbuh kuat dan mulai berbunga. Sekarang buah-buahnya telah muncul. Banyak sekali. Kurang dari 1 bulan mendatang sudah bisa dipanen.
Read More..
Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 17 Juli 2009
Foto: Sobirin, 2009, MOL Hijau Pupuk Cair
Oleh: Sobirin
Membuat pupuk organik cair (POC) telah lama saya cita-citakan. Bahan ada di sekeliling kita. Pucuk daun-daun hijau segar, kotoran sapi, air kelapa, gula, dan tanah yang hidup, semua itu mudah kita dapatkan. Daun-daun dipotong kecil-kecil. Semua masuk tong, tambah air, selesai.
Pertama, siapkan tong plastik ukuran sedang, kira-kira volumenya 50 liter. Cuci sampai bersih supaya sisa-sisa zat kimia atau deterjen hilang, lalu tong dijemur supaya kering.
Kedua, siapkan bahan-bahan yaitu pucuk daun apa saja yang berwarna hijau. Saya menggunakan daun papaya, daun tomat, daun teh-tehan, daun kiambang yang ada di sawah, eceng gondok, dan sejenisnya. Pilih daun-daun yang ada disekitar kita. Banyaknya sekitar 1 kg, atau sekitar 1 kantong kresek plastik besar.
Ketiga, siapkan kotoran sapi atau kotoran kambing atau kotoran ayam, sebanyak sekitar 1 kg. Gula pasir sebanyak 1/2 kg. Air kelapa gerlas 2 gelas minum.
Keempat, siapkan tanah yang hidup, yaitu tanah selokan sebanyak 1/2 kg. Upayakan tanah selokan ini tidak ada deterjen atau air sabun yang terbawa mengalir di selokan. Di dalam tanah selokan ini diharapkan banyak mikro organisme yang hidup.
Kelima, setelah daun-daun hijau segar dipotong kecil-kecil, maka bersama bahan-bahan lain yang telah disiapkan, semuanya dimasukkan dalam tong plastik.
Keenam, campurkan air sebanyak 40 liter. Diaduk hingga rata, kemudian tong ditutup dengan tutup yang berlubang-lubang supaya ada sirkulasi udara.
Ketujuh, aduk tiap hari, setelah 5 hari pupuk cair ini bisa dimanfaatkan.
Pupuk cair ini juga adalah MOL atau mikro organisme lokal. Warnanya hijau, pekat, maka untuk mudahnya sebut saja MOL hijau. Baunya agak menyengat. Cara memanfaatkannya, ambil MOL hijau dari tong sebanyak 1 kaleng susu kecil. Masukkan dalam ember plastik, dan campurkan dengan air sebanyak 15 kaleng susu kecil. Aduk sampai rata, lalu siramkan pada media tanaman di pot atau di kebun rumah tangga kita.
Menyiram MOL ke tanaman ini tidak tiap hari, tetapi 3 hari sekali. Siramkan pada media tanahnya, bukan pada batang tanamannya. Saya menyiramkan MOL hijau ini pada tanaman tomat rosela, padi ember. Hasilnya memuaskan.
Read More..
Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 30 Juni 2009
Gambar: Permatil dan Yayasan Idep (2006)
Oleh: Sobirin
Urin atau air kencing sebagai pupuk cair? Bagi yang baru mendengar pasti merupakan hal yang menjijikkan. Sumber saya dapatkan dari Buku Panduan Untuk Permakultur Menuju Hidup Lestari oleh Permatil dan Yayasan Idep (2006). Kemudian saya mencobanya, hasilnya bagus.
Buku Panduan Permakultur tersebut saya pelajari benar, dan kemudian saya mempraktekkannya. Urin atau air kecing manusia merupakan suatu sumber unsur hara yang mudah didapat, gratis dan terus-menerus. Kandung nitrogen dalam air kencing cukup tinggi.
Bila air kencing diencerkan (10-20% air kencing, dengan air 80-90% atau 1-2 bagian air kencing dicampur dengan 8-9 bagian air) akan menjadi pupuk yang baik untuk tanaman buah-buahan. Tanaman jeruk paling cocok untuk dipupuk dengan air kencing encer.
Air kencing bisa pula dimanfaatkan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan kompos, baik anaerob maupun aerob. Saya mencoba mempraktekkan pada proses pengomposan aerob dan aerob, hasilnya cukup bagus.
Dalam buku panduan tersebut dikatakan bahwa pupuk cairt air kencing tidak dianjurkan digunakan pada kebun sayuran. Barangkali karena sayuran sering dikonsumsi langsung, jadi menghindari bila ada unsur yang tidak diinginkan yang ikut termakan oleh kita.
Pohon buah-buahan yang sudah dewasa dikatakan dalam buku panduan tersebut memang akan mendapatkan manfaat dari pemberian urin secara langsung. Namun dikatakan bahwa sebaiknya tidak diberikan pada suatu tanaman secara terus menerus.
Selain itu air kencing dapat pula dimanfaatkan sebagai fungisida alami (semprotan untuk menanggulangi jamur tanaman). Caranya campurkan 1 bagian air kencing pada 4 bagian air. Semprotkan pada tanaman atau pohon yang terserang jamur, misalnya jenis jamur tepung, jamur merambat, dan jenis jamur lainnya.
Read More..
Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 23 Mei 2009
Foto: Sobirin, 2009, Tanaman Cabe berbuah Lima Puluh
Oleh: Sobirin
Tanaman cabe dalam pot juga cukup menjanjikan. Dari biji yang bagus dan disemai terlebih dahulu, kemudian setelah bertunas di pindahkan dalam pot. Dengan media kompos buatan sendiri dan di beri MOL, cabe tumbuh subur, satu batang cabe berbuah sampai 50 cabe segar.
Medianya adalah kompos buatan sendiri dicampur dengan tanah, dengan perbandingan 2 (dua) bagian kompos dan 1 bagian tanah. Tanaman cabe muda hasil persemaian berumur kira-kira 2 (dua) minggu dipindah dalam pot ukuran diameter 40 cm, tinggi 40 cm.
Perawatan seperti biasa, secara rutin di siram dengan MOL encer. Media tanah dibersihkan dari tanaman atau rumput liar yang ikut bertumbuhan. Kalau ada hama yang terkadang membuat daun cabe menjadi keriting, kemudian disemprot saja dengan pestisida organik dari cairan daun suren yang dilumatkan.
Kira-kira dua bulan sudah mulai berbunga, kemudian di bulan ketiga sudah berbuah. Satu batang tanaman berbuah lebat, mencapai 50 buah cabe yang ranum dan segar.
Read More..
Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 15 April 2009
Foto: Sobirin, 2009, Seri Komposter Anaerob
Oleh: Sobirin
Komposter anaerob lubang tanah memang serba guna. Ukurannya 60cm x 60cm dan kedalaman 100cm. Semua bahan organik, segar dan busuk, boleh masuk ke dalamnya. Saya membuat seri 3 lubang, untuk sampah segar (A), setengah matang (B), dan kompos matang (C).
Komposter anaerob dibuat dengan menggali lubang di tanah, ukurannya sedang-sedang saja. Galian tidak disemen, kecuali sekitar 1 bata atau 10 cm di bagian permukaan, yaitu untuk menjaga supaya tidak runtuh. Lubang tanah ini kemudian ditutup dengan beton tipis.
Oleh sebab saya sangat senang dengan komposter anaerob jenis ini, kemudian saya membuat 1 seri komposter yang terdiri dari 3 lubang, ukuran masing-masing lubang sama, dengan jarak antara tiap lubang sekitar 50 cm. Lubang A untuk sampah baru, baik daun segar, sayur busuk, kotoran hewan, bahkan bangkai tikus. Lubang B untuk kompos setengah matang (berasal dari lubang A bagian lapisan bawah yang telah mulai terurai). Lubang C untuk kompos hampir jadi (berasal dari lubang B bagian lubang bawah yang sudah banyak mengalami penguraian).
Pemberian MOL sebagai starter harus intensif, terutama pada lubang A, yaitu agar proses penguraian lebih cepat berlangsung. Pemberian MOL secukupnya 3 hari sekali di lubang B. Pemberian MOL seminggu sekali di lubang C. Lubang-lubang tadi kemudian ditutup dengan beton tipis, agar proses anaerob berlangsung.
Kelebihan komposter anaerob ini antara lain sampah tidak perlu dipotong-potong kecil-kecil, jadi apa adanya saja. Tidak ada bau keluar, karena ditutup beton tipis. Semua jenis sampah organik bisa masuk, sehingga rumah kita bebas sampah organik, pekarangan rumah juga bersih. Kompos di lubang C siap dipanen setiap saat diperlukan.
Adapun kelemahannya yaitu tidak bisa dipraktekkan pada daerah atau pekarangan yang air tanahnya dangkal, sebab air lindi akan langsung masuk ke air tanah.
Read More..