Wednesday, July 18, 2007

HARI LINGKUNGAN DI KOTA BANDUNG

Apa yang telah anda lakukan untuk Kota Bandung kita ini?
Diperingati pada 18 Juli 2007 di Taman Tegallega

Foto: Sobirin 2006, Hutan Kota Bandung, Taman Cilaki

Oleh: SOBIRIN

Warga kota mengkritik persampahan Kota Bandung, tetapi 90% warga masih tidak peduli dengan pengelolaan sampah rumah tangganya (kalau di rumah saya sudah “zero waste”, sampah rumah tidak dibuang ke luar rumah).



SAMBUTAN DARI AKTIVIS LINGKUNGAN


Ass. Wr. Wb.

Sampurasun,

Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada setiap tanggal 5 Juni telah ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak tahun 1972. Kemudian tiap tahun di tiap negara di dunia ini memperingati Hari Lingkungan ini dengan tujuan menanamkan kesadaran bahwa kehidupan akan berkelanjutan, bila lingkungan hidup ini kita lestarikan. Kota Bandung memperingati Hari Lingkungan Hidup sedunia ini tidak pas pada tanggal 5 Juni yang lalu. Tidak apa-apa, karena pada hakekatnya setiap hari kita harus sadari sebagai pelaksanaan hari lingkungan.

Kalau kita membaca dan mendengar berita di media massa, selalu saja warga Kota Bandung ini mengeluhkan dan mengkritik banyak hal tentang ketidak-nyamanan Kota Bandung, misalnya:
Kota Bandung semakin panas dan berdebu,
Kota Bandung kekurangan pohon,
Kota Bandung lautan sampah,
Kota Bandung sungainya sekarat, dan lain-lainnya.

Hampir seluruh warga mengkritik perihal lingkungan Kota Bandung yang kita cintai ini. Tetapi kalau kemudian kita balik bertanya kepada diri kita masing-masing: Apa yang telah kita lakukan untuk Kota Bandung tercinta ini? Apa yang telah anda lakukan untuk Kota Bandung tercinta ini?

Ambil contoh tentang sampah Kota Bandung. Warga kota mengkritik persampahan Kota Bandung, tetapi 90% warga kota masih tidak peduli dengan pengelolaan sampah rumah tangganya (kalau di rumah saya sudah “zero waste”, sampah rumah tidak dibuang ke luar rumah). Warga kota mengeluhkan Kota Bandung kekurangan pohon, tetapi faktanya Ruang Terbuka Hijau Privat Kota Bandung (yaitu Ruang Terbuka Hijau di halaman atau pekarangan milik warga) masih sangat minim (kalau di halaman rumah saya, ada 10 pohon lebih).

Peringatan Hari Lingkungan Hidup tahun 2007 ini Indonesia memilih tema ”Iklim Berubah, Waspadalah terhadap Bencana Lingkungan”.
Apakah benar iklim herubah? Hasil penelitian para ahli iklim memang mengatakan iklim sedang berubah. Perubahan iklim telah menyebabkan berbagai persoalan lingkungan seperti perubahan pola curah hujan yang telah mengakibatkan banjir dan longsor ataupun musim kemarau berkepanjangan, serta munculnya berbagai macam penyakit menular.

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Kita harus melakukan upaya adaptasi terhadap perubahan iklim ini. Kalau mengurangi ancaman bencana dengan mitigasi, kalau mengurangi dampak perubahan iklim dengan adaptasi. Apa upaya adaptasi ini? Salah satunya adalah membangun kembali iklim mikro Kota Bandung dengan memperbanyak penanaman pohon sebagai pelindung kota. Iklim mikro adalah iklim yang terdapat disekitar dan dibawah rerimbunan pohon itu sendiri, semakin banyak pohon akan semakin handal iklim mikro kota, dan diyakini dapat menjadi benteng terhadap dampak perubahan iklim. Seperti kita lihat sekarang, Tegallega menjadi kawasan dengan iklim mikro yang baik, sehingga banyak pengunjung menikmati suasana kesegaran kota.

Adaptasi terhadap perubahan iklim ini telah tersirat dalam UU No. 26 Th. 2007 tentang Penataan Ruang. Secara khusus UU ini mengamanatkan perlunya penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di perkotaan, yang proporsi luasannya ditetapkan paling sedikit 30% dari luas wilayah kota, yang diisi oleh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Seluas 20% harus dibangun oleh Pemerintah Kota disebut sebagai Ruang Terbuka Hijau Publik, sisanya 10% harus dibangun oleh warga di halaman atau pekarangan milik warga disebut sebagai Ruang Terbuka Hijau Privat.

Walaupun masih ada kendala di sana-sini, Kota Bandung telah berupaya menjalankan politik pro lingkungan melalui berbagai program antara lain menjaring aspirasi masyarakat terhadap lingkungan (jasmara lingkungan), menjalankan konsep pendidikan lingkungan di sekolah melalui muatan lokal lingkungan hidup. Yang masih harus terus ditekankan kepada warga Kota Bandung adalah supaya setiap warga Kota Bandung: mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, harus mau berbudaya lingkungan. Menurut saya, budaya lingkungan dan adaptasi terhadap perubahan iklim harus menjadi budaya seluruh warga Kota Bandung untuk mewujudkan visi Kota Bandung menjadi Kota Jasa yang Bermartabat.

Perlu kita ingat bersama bahwa Kota Bandung pernah memiliki julukan-julukan yang indah, misalnya:
A Paradise in Exile ( abad 18),
Bandung Excelsior (1856),
The Sleeping Beauty (1884),
De Bloem van Bersteden (abad 19),
Parisj van Java (1920),
Intellectuelle Centrum van Indie (1921),
Staatkundig Centrum van Indie (1923),
Europe in de Tropen (1930),
Bandung Kota Kembang (1950-an),
Bandung Ibu Kota Asia-Afrika (1955)

Sekali lagi: untuk mewujudkan visi Kota Bandung menjadi Kota Jasa yang Bermartabat, kita balik bertanya kepada diri kita masing-masing: Apa yang telah kita lakukan untuk Kota Bandung tercinta ini? Apa yang telah anda lakukan untuk Kota Bandung tercinta ini? Mari kita prak, prung, der, melestarikan lingkungan hidup Kota Bandung tercinta ini.

Hidup Kota Bandung!
Sekian dan terimakasih,
Ws.Wr. Wb

No comments: