Saturday, June 16, 2007

KOMPOS SOLIHIN GP DAN MOL IKAN ASIN

Bandung, Jl. Alfa 92 Cigadung, 16 Juni 2007
Foto: Sobirin, 2007, Kompos Solihin GP
Oleh: Sobirin
Bapak Solihin GP, siapa yang tidak mengenalnya? Tokoh nasional yang akrab dipanggil sebagai Mang Ihin, adalah salah seorang pejoang 45 yang memberikan andil dalam memerdekakan Indonesia dari tangan penjajah.

Dalam usia beliau yang sekarang menginjak 81 tahun, beliau telah malang-melintang berjuang menaklukkan pemberontakan antara lain Kartosuwiryo, Kahar Muzakar, dan lain-lainnya. Pengalaman di medan joang sangat banyak, dari Sabang hingga Merauke, bahkan dua kali memimpin misi perdamaian di Congo, Afrika. Pernah menjadi Gubernur Akabri, pernah menjadi Gubernur Jawa Barat, pernah menjadi Sesdalobang.

Di usia yang sangat senja ini, manakala teman-teman seangkatan beliau sudah ingin beristirahat bersama keluarga, beliau masih aktif, dan menamakan dirinya sebagai “Pejoang Lingkungan”.
Beliau sekarang giat di Lembaga Swadaya Masyarakat yang bernama “Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda” atau disingkat DPKLTS. Suku kata Sunda bukan membatasi wilayah Sunda saja, tetapi melingkupi wilayah yang lebih luas lagi, karena hakekat Sunda di sini adalah kearifannya. “Think Local Act Global” begitu kira-kira.

Sebagai pejoang lingkungan, telah banyak yang beliau lakukan, mulai dari penyadaran kepada perambah hutan sehingga mereka mau meninggalkan hutan yang dirambah, penghijauan lahan kritis, pelatihan menanam padi metode "System of Rice Intensification" (SRI), dan bahkan beliau mempraktekkan sendiri bagaimana cara membuat kompos.


Kompos yang dibuat oleh beliau pada hakekatnya sama dengan kompos yang saya buat, dengan bahan-bahan organik, dicampur dengan kotoran kambing. Diaduk menjadi satu ditempat yang sangat sederhana di pekarangan rumahnya Jl. Cisitu Indah VI/1 Bandung, yaitu hanya dibatasi dengan pagar pendek dari bambu, dengan ukuran 2 m x 3 m. Untuk menghindari terik matahari dan air hujan, tempat pengomposan ini dibuatkan gubuk sederhana. Mengapa tempat pengomposannya sederhana sekali? Beliau berkata: "Agar para petani mudah dan tidak ragu-ragu mencontohnya!".

Pekerjanya ada dua orang, yang seorang mencacag atau memotong bahan organik, dan yang seorang lagi sebagai tukang mengaduk-aduk.
Yang berbeda dengan saya adalah mikro organisme lokal (MOL)-nya. Beliau membuat MOL dengan metoda ibu Ires, yaitu seorang pekerja pertanian di Sukabumi.

Resep MOL-nya agak unik, yaitu terdiri dari bahan-bahan: ikan asin 2 ons, terasi 2 ons, dedak 1 kg, semuanya digodok dengan air kelapa 2 liter dan diaduk sampai hancur.
Pindahkan campuran hasil godogan tadi kedalam ember (jolang) dan tambahkan gula pasir 2 ons, kotoran hewan 1 kg, dan air 20 liter. Diaduk-aduk, kemudian dibiarkan selama 9 hari, tetapi setiap 3 hari diaduk-aduk lagi. Bila telah sembilan 9 hari, campuran bahan ini disaring, airnya adalah MOL, sedang ampasnya bisa dicampurkan saja sebagai tambahan bahan kompos yang telah dicacag. MOL telah bisa dipakai dengan syarat diencerkan lagi dengan perbandingan 1 bagian MOL dicampur 10 bagian air.

Semprotkan ke bahan kompos yang telah dicacag. Setiap 3 hari diaduk-aduk, maka dalam tempo kurang dari satu bulan, kompos telah bisa dimanfaatkan. Itulah kompos model Mang Ihin.
Perjoangan melestarikan lingkungan dan sebagai pembina lingkungan didengar pula oleh Pemerintah Pusat, dan akhirnya beliau mendapat Kalpataru yang diberikan langsung Presiden SBY. Wiludjeng Mang Ihin!

2 comments:

Rininta Widhya said...

Pak Sobirin, tk banyak, begitu banyak ilmunya semoga berkah dan semoga Tuhan memberikan Bapak sehat dan panjang umur, kami pakai email anak saya, tk prapta.

Yayan Heryana said...

i love mang ihin, tokohtanpa pamrih, salut dan bangga urang jawa barat punya mang ihin.
semoga bapak sehat selalu
yayan Heryana
"Sahabat Alam" Jl Raya Nagreg No 847 Citaman Nagreg Bandung
081322521760