Thursday, May 31, 2012

KANTOR YANG INGIN MENJADI “GREEN OFFICE”


Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 31 Mei 2012 
Foto: Sobirin, 2012, Komposter Aerob di Kantor PUSAIR 
Oleh: Sobirin 
Dulu saya berkantor di Pusat Penelitian Sumber Daya Air (PUSAIR), Jalan Ir.H.Juanda 193 Bandung. Sekarang saya sudah pensiun, tetapi hampir setiap hari saya masih datang ke kantor ini, untuk sekedar mampir. Nah kantor ini ingin menjadi “green office”, antara lain dengan membuat kompos dari sampah kantor.  
Ada seorang ahli lingkungan dari Kantor PUSAIR ini yaitu ibu Ratna Hidayat. Beliau diminta oleh boss kantor PUSAIR untuk mendesain komponen-komponen “green office” antara lain membuat komposter untuk mengolah sampah-sampah daun kering pohon-pohon yang ada di kantor. Maka bu Ratna Hidayat ini datanglah ke rumah saya untuk melihat konsep komposter yang ada di rumah saya. Selanjutnya beliau membangun komposter di kantor PUSAIR. Komposter yang dibangun “mirip-mirip” konsepnya dengan yang ada di rumah saya, hanya nampak lebih mewah, maklum ada uang anggarannya. Siapa mau menyusul, kantornya berkonsep “green office”? Semoga implementasi “green office” ini bisa sukses dan berkelanjutan, sebab yang paling penting adalah siapa yang disuruh sebagai penganggung jawab pengelolanya.

Read More..

Monday, April 30, 2012

ACIL BIMBO KE RUMAH SAYA DISKUSI KOMPOS

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 30 April 2012 
Foto: Sobirin, 2012, Acil Bimbo Diskusi Kompos 
Oleh: Sobirin 
Sobat saya, Acil Bimbo, penyanyi balada Indonesia, datang ke rumah saya di Jalan Alfa, Bandung. Dia memang bertetangga kompleks dengan saya, dan saling kunjung-mengunjungi. Tapi kali ini dia datang ke rumah, bergabung dengan masyarakat Cilengkrang yang sedang diskusi kompos di rumah saya.




Saya bersahabat dengan Acil Bimbo sudah lama, terutama dalam berdiskusi dan implementasi masalah lingkungan, sosial dan budaya. Rupanya kali ini dia ingin juga berdiskusi bagaimana cara membuat kompos. 

Sejak dulu group penyanyi Bimbo ini memang peduli kepada masalah lingkungan dan budaya, sebuah lagunya tentang sampah pernah dirilis pada tahun 1980-an, jauh sebelum Undang-Undang tentang sampah terbit. 

 Acil datang ke rumah bergabung dengan masyarakat Cilengkrang yang sedang diskusi tentang sampah, kompos, dan padi dalam ember. Semoga dengan kepedulian Acil dengan group Bimbo-nya tentang lingkungan dapat semakin menyadarkan semua stakeholder bahwa mengelola sampah dengan cara yang baik dan benar adalah suatu keharusan.

Read More..

Friday, March 30, 2012

KOMPOSTER SUMUR RESAPAN

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 31 Maret 2012
Foto: Sobirin, 2012, Komposter Sumur Resapan

Oleh: Sobirin

Membuat kompos itu mudah sekali, gali lubang, masukkan sampah organik, tuangkan MoL, lalu timbun lagi, dalam tempo 1 (satu) bulan sudah bisa dipanen. Saya mencoba memanfaatkan lubang sumur resapan untuk membuat kompos. Bahan kompos spesial dari sampah daun-daun kering di pekarangan rumah.



Lubang sumur resapan ini berukuran panjang 60 cm, lebar 60 cm, kedalaman 1 m. Awalnya memang khusus berfungsi sebagai sumur resapan. Bagian atas diperkuat dengan bata 1 (satu) baris yang disemen, agar tidak longsor. Bagian dalam dibiarkan tanah telanjang, tidak disemen, agar air hujan meresap ke dalam tanah. Tutupnya menggunakan “ram” besi beton yang dilas, jadi tetap berlubang-lubang sehingga air hujan bisa masuk, juga untuk keamanan agar kita tidak “kejeblos” masuk lubang.

Kemudian saya mencoba mengisinya dengan sampah daun-daun kering, terus saya isi, sampai padat, kemudian saya beri MoL buatan sendiri. Sampah dalam lubang menyusut, kemudian diisi lagi, diberi Mol, menyusut, diisi lagi, dan seterusnya. Tidak usah diaduk-aduk. Ternyata dalam 1 (satu) tahun, lubang baru penuh, isinya padat dengan sampah daun kering.

Ketika digali, bagian bawah dan tengah telah berubah menjadi kompos yang bagus, sedang lapisan di atasnya masih berupa daun-daun kering yang belum menjadi kompos. Siapa ingin mencoba? Sumur resapan berfungsi ganda, sebagai sumur resapan, juga sebagai komposter semi an-aerob.

Read More..

Wednesday, February 29, 2012

KUNJUNGAN KOMPOS MALAM HARI

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 29 Februari 2012
Foto: Sobirin, 2012, Jagung dan Padi di Halaman Rumah
Oleh: Sobirin
Pusat Litbang Sumber Daya Air (PUSAIR), di Jl Juanda 193 Bandung ingin mewujudkan diri sebagai “eco-office”. Maka rencananya, kantor ini akan mengolah sampah organik kantor menjadi kompos, dan lain-lain. Untuk itu, tim PUSAIR datang ke Jl. Alfa 92, untuk pembelajaran “composting”






Tim PUSAIR dipimpin oleh ibu Ir. Ratna Hidayat, seorang ahli lingkungan bidang air. Sehubungan beliau banyak kesibukan, maka waktu kunjungan ke Jl. Alfa 92 juga disesuaikan dengan waktu beliau. Ternyata waktu luang beliau malam hari, sehingga melihat-lihat komposter dan tanya ini-itu tentang kompos pakai senter. Waktu itu hujan gerimis, jadi pakai payung segala.
Seluruh penjelasan dan gambar-gambar desain komposter, cara membuat MOL, dan cara membuat kompos telah diberikan kepada ibu Ir. Ratna Hidayat. Semoga PUSAIR segera merealisasikan diri sebagai kantor penghasil kompos. Kantor siapa lagi mau menjadi “eco-office”?

Read More..

Sunday, January 29, 2012

JAGUNG DAN PADI DI HALAMAN RUMAH MULAI BERBUAH

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 29 Januari 2012
Foto: Sobirin, 2012, Jagung dan Padi di Halaman Rumah

Oleh: Sobirin

Tanaman jagung dan padi yang saya semai dan tanam 2 (dua) bulan yang lalu di halaman rumah sudah mulai berbuah dan berbulir. Jagung saya tanam langsung di tanah, sedangkan padi di dalam pot. Musim hujan rupanya membantu pertumbuhan tanaman jagung dan padi “rumahan” menjadi subur.





Bertani tidak harus di sawah atau di tegalan, apalagi saya tidak mempunyai sawah atau tegalan. Bertani bisa juga di kota, di lahan sempit halaman rumah. Bila rumah tidak ada halamannya, misalnya di rumah susun atau apartemen bertingkat, jangan kuatir, pakai saja pot yang digantungkan di jendela. Hati-hati tali gantungan harus kuat, menjaga supaya tidak jatuh dan membahayakan tetangga yang tinggal di lantai bawah.

Pemeliharaan tidak sulit, luangkan waktu barang 15-30 menit sudah cukup untuk mengurus tanaman-tanaman kita. Kalau tanamannya banyak, tentunya memerlukan waktu yang lebih lama.

Tanah di sekitar tanaman selalu dibalik-balik perlahan, supaya tidak mengenai akar. Menyiram dengan MoL encer setiap 2-3 hari sekali. Yang disiram adalah tanahnya, bukan tanamannya, sebab tanaman bisa mati karena MoL, apalagi MoL pekat.

Tiga bulan kita sudah bisa panen, silahkan siapa yang berminat, mari bersama mencoba. Sekarang ini, bertani di kota (urban farming) sudah banyak diminati orang banyak, mari jangan sampai ketinggalan.

Read More..

Friday, December 30, 2011

BANYAK CARA MEMBUAT MOL

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 31 Desember 2011
Foto: Sobirin, 2011, MOL Buatan Sendiri

Oleh: Sobirin

Cara membuat MOL (Mikro Organisme Lokal) bermacam-macam, dan terus dikembangkan oleh para penghobi kompos dan tanaman. Nama “Lokal” dimaksudkan sebagai “tanda” buatan sendiri. Berikut saya kutipkan konsep yang dilakukan oleh pak Mudo Hargiyono dan Tim PKM Sekolah Hayati.





Bahan utama MOL terdiri 3 komponen:
1. Karbohdrat: Air cucian beras, nasi bekas, singkong, kentang, dan sejenisnya

2. Glukosa: air gula, air kelapa, dan sejenisnya

3. Sumber bakteri: buah-buahan, air kencing, kotoran hewan, dan sejenisnya


Contoh MOL dan aplikasinya:
1. MOL buah-buahan untuk membantu malai padi agar berisi

2. MOL daun cebreng untuk penyubur daun tanaman

3. MOL bonggol pisang untuk pengurai saat pembuatan kompos

4. MOL sayuran untuk merangsang tumbuhnya malai padi

5. MOL rebung bambu untuk merangsang pertumbuhan tanaman

6. MOL limbah dapur untuk memperbaiki struktur fisik, biologi, dan kimia tanah
7. MOL protein untuk nutrisi tambahan pada tanaman

8. MOL nimba dan sarawung untuk mencegah penyakit tanaman.


Silahkan mencobanya, dan lebih bagus lagi bila ada yang berminat mengujinya di laboratorium. Mohon bagi-bagi pengalamannya.

Read More..

Sunday, November 27, 2011

KEBUN-KEBUNAN KECIL URBAN FARMING

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 28 November 2011
Foto: Sobirin, 2011, Padi Pot

Oleh: Sobirin

Musim hujan tiba, berarti musim baik untuk bertani, juga bertani di halaman rumah. Saya menanam banyak tanaman dalam pot, dan juga ada yang langsung ditanah, di antaranya tanaman padi, cabe, jagung, dan lain-lain. Pada tanaman padi pot, saya tambahkan infus MoL cair, ingin tahu hasilnya seperti apa.




Di samping padi dalam pot, saya menanam tanaman langsung di tanah. Saya coba membuat “kebun-kebunan” kecil, ukuran 2 meter x 1,5 meter, dipagari dengan bambu, agar kelihatan rapih. Selain kelihatan rapih, juga untuk menjaga agar tanaman tidak dimakan oleh kelinci-kelinci saya yang kadang-kadang dilepas keluar kandang.

Cara membuat “kebun-kebunan” ini perlu menggali terlebih dahulu tanah tersebut, dicangkul sampai kedalaman 0,5 meter. Tanah dan kerikil yang ada diganti dengan tanah kebun dicampur kompos dengan ukuran campuran 1:1.

Dibiarkan dulu dalam waktu 1 minggu, agar kepadatannya menjadi alami. Bila tanahnya “ambles”, ditambahkan lagi di atasnya dengan tanah dan kompos lagi, agar rata, diaduk sehingga tercapai kepadatan seperti alami, dan dibuat “lembab” dengan disiram air secukupnya.


Kemudian setelah satu minggu, benih-benih tanaman di taburkan, ada cabai, terong, jagung, bunga matahari. Beberapa bibit padi dari penyemaian dipindahkan dan ditanam di “kebun-kebunan” ini.
Sekarang “kebun-kebunan” ini baru 3 mingguan, kita lihat hasilnya nanti, semoga kegiatan “urban farming” ini sukses.

Read More..