Wednesday, December 9, 2009

KARINDA ITU DI JAKARTA, BUKAN DI BANDUNG

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 9 Desember 2009
Foto: Sobirin, 2007, Karinda di Jakarta, bukan di Bandung

Oleh: Sobirin
Berhubung saya beberapa kali menulis tentang Karinda kepunyaan Bapak dan Ibu Djamaludin, banyak yang keliru, dikiranya Karinda itu di Bandung dengan alamat rumah saya. Karinda itu di Jakarta, alamatnya Bumi Karang Indah, Lebak Bulus, Jakarta, Telpon Rumah: 02175909167 atau HP: 08158014375.




Pada tanggal 9 Desember 2009, Ibu Djamaludin pemilik Karinda menelpon saya, menanyakan apakah ada Karinda di Bandung? Kata beliau, banyak yang menanyakan alamat Karinda yang di Bandung. Saya jawab, setahu saya tidak ada Karinda di Bandung.

Mungkin ada yang keliru membaca tulisan-tulisan saya tentang Karinda. Dikiranya Karinda dan Ibu Djamaludin itu di Bandung.
Saya yang di Bandung dengan “sampah diolah menjadi berkah” alamat Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, Bandung 40191. Bapak dan Ibu Djamaludin adalah Karinda, alamat di Jakarta.

Berhubung sama-sama berjuang dalam bidang per-kompos-an, banyak yang membaca dan menulis ulang di internet, bahwa Bapak dan Ibu Djamaludin ini dikiranya beralamat di Bandung. di Jl. Alfa 92. Padahal beliau dengan Karinda-nya berada di Jakarta.
Jadi sekali lagi: Karinda itu hanya satu, di Jakarta, bukan di Bandung. Yang berada di Bandung adalah saya “sampah diolah menjadi berkah”. Mari kita membuka aktivitas di kota kita masing-masing dalam pengelolaan sampah, dengan nama (icon) berbeda tetapi yang khas sesuai selera kita, ada "Karinda", ada "sampah diolah menjadi berkah", ada "rumah kompos", dan lain-lainnya.

Read More..

Monday, November 23, 2009

JAMBU AIR CANGKOK MULAI BELAJAR BERBUAH

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 23 November 2009
Foto: Sobirin, 2009, Jambu Air Cangkok Pendek Berbuah

Oleh: Sobirin

Dua tahun yang lalu saya diberi cangkokan jambu air oleh tetangga saya. Awalnya bibit cangkokan ini hanya sekitar 40 cm tingginya. Saya tanam dihalaman depan rumah. Media tanah saya campur dengan kompos buatan sendiri. Sewaktu-waktu saya siram MOL encer. Sekarang mulai berbuah banyak.





Pohon jambu air cangkokan ini tumbuh dengan baik. Terkadang banyak semut bersarang di batang dan daunnya. Untuk menghilangkan semut-semut ini, saya semprotkan cairan dari daun suren yang saya lumatkan. Lumayan juga insektisida organik buatan sendiri ini, agak manjur juga.

Tiap 3 hari sekali saya siram dengan MOL tapai (peuyeum) yang telah diencerkan. Kalau komposnya mulai menyusut, saya tambahkan lagi, sambil diaduk pelan supaya tercampur rata. Mengaduknya hati-hati, agar tidak mengenai akar pohon jambu air ini.


Setelah dua tahun, pohon jambu air cangkokan ini sudah setinggi 1,5 meter, dan mulai berbuah. Moga-moga saja tidak dipetik oleh orang yang datang ke rumah.

Read More..

BAWANG DAUN YANG DI-MOL MENAKJUBKAN

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 23 November 2009
Foto: Sobirin, 2009, Bawang Daun dalam Karung
Oleh: Sobirin
Selain sayuran sosin, kol, dan lain-lainnya, saya juga menanam daun bawang. Tanaman ini saya beli di pasar tradisional dekat rumah. Sebagian dipakai untuk bahan masakan oleh istri saya. Sisanya yang masih ada akarnya, saya tanam dalam karung. Dengan kompos dan MOL, tumbuh menakjubkan.




Tidak sulit menanam daun bawang ini, tinggal menancapkan dalam karung yang berisi kompos campur tanah, tanaman tumbuh dengan baik. Perbandingan media tanah dan kompos adalah 1 bagian tanah dicampur rata dengan 1 bagian kompos. Tiap 3 hari disiram MOL tapai yang telah diencerkan.

Pertanian rumah tangga kalau ditekuni memang hasilnya cukup menyenangan. Sampah rumah dijadikan kompos, halaman jadi hijau bersih, dan ada hasil tambahan, yaitu sayur mayur gratis.

Read More..

SOSIN DAN KOL KARUNG SUBUR MENGHIJAU

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 23 November 2009
Foto: Sobirin, 2009, Tanaman Sayur dalam Karung
Oleh: Sobirin
Sayuran sosin dan kol yang saya tanam bulan Oktober 2009 yang lalu, sekarang sudah tumbuh subur menghijau. Menjelang musim hujan bulan lalu, saya menyiapkan beberapa karung yang saya tanami benih sosin, kol, kacang merah, juga kentang. Berkat kompos dan MOL, tanaman tumbuh subur.




Musim hujan sangat membantu pertumbuhan tanaman sayur dalam karung ini. Tetapi yang menambah suburnya tanaman adalah media yang saya gunakan, yaitu tanah dicampur kompos buatan sendiri. Perbandingan tanah dan kompos yang saya pakai yaitu 1 bagian tanah dicampur rata dengan 1 bagian kompos. Karung yang saya pakai adalah karung bekas wadah beras. Setiap 3 hari sekali media tanaman ini saya siram dengan MOL jenis tapai (peuyeum) yang juga saya buat sendiri. Hasilnya sungguh menakjubkan. Pertanian rumah tangga kalau dijadikan hobby memang banyak mendatangkan keuntungan.

Read More..

Sunday, October 25, 2009

PANEN KETELA POHON 25 KILOGRAM

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 25 Oktober 2009
Foto: Sobirin, 2009, Panen Ketela Pohon di Pekarangan Rumah

Oleh: Sobirin

Saya menanam ketela pohon bulan Januari 2009 yang lalu. Tumbuhnya subur, sebab saya rawat, saya siram MOL setiap waktu tertentu. Setelah berumur 10 bulan, saya panen, dengan menggali tanah tempat tumbuhnya ketela ini. Ternyata mengejutkan, besar-besar ketelanya. Ada 25 kilogram beratnya.


Dari hanya sejengkal batang ketela, ditancapkan dalam tanah, dirawat dengan MOL, hasilnya sangat memuaskan. Dalam foto nampak sebagian dari ketela ini, karena beberapa telah dipotong dan direbus. Enak dan manis.

Dalam dua hari habis ketela ini, sebab semua ikut makan, termasuk para hansip penjaga malam. Lumayan juga jaga malam dengan singkong rebus.


Saya sedang menanam lagi ketela sejenis, di lubang yang sama, tetapi ditambah tanah dan kompos baru.

Read More..

MUSIM HUJAN, SIAPKAN TANAMAN DALAM KARUNG

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 25 Oktober 2009
Foto: Sobirin, 2009, Tanaman Menjelang Musim Hujan

Oleh: Sobirin

Bulan Oktober, musim hujan telah tiba. Sayang sekali kalau dilewatkan. Musim mangga panen mangga, musim durian panen durian. Demikian pula musim hujan, harusnya panen air hujan. Saya menyiapkan 20 karung bekas, diisi tanah dan kompos untuk ditanami apa saja. Ada kobis, wortel, dan lain-lainnya.




Keinginan saya membeli benih di toko pertanian, supaya banyak pilihan dan terjamin mutunya. Tetapi apa daya, keuangan mepet. Harga benih di toko pertanian sangat mahal (untuk ukuran saya). Benih cabe rawit, satu kantong kecil Rp. 40.000,-. Benih kacang panjang, satu kantong kecil Rp. 35.000,-.

Akhirnya saya tidak jadi membelinya. Sebagai gantinya, saya jalan-jalan masuk pasar tradisional, cari benih dari buah-buahan yang dijual. Ada tomat, saya pilih yang tua, malah yang hampir busuk. Kacang panjang, juga yang tua, dan lain-lainya.


Benih dari pasar saya jemur dulu, lalu saya semai, kemudian saya tanam di dalam karung yang telah saya siapkan. Seperti biasa perawatan dengan MOL. Tidak perlu menyiram tiap hari, karena air hujan selalu turun. Beberapa tanaman telah mulai tumbuh. Moga-moga dalam 2 atau 3 bulan sudah nampak hasilnya.

Read More..

Tuesday, September 29, 2009

HALAMAN KANTOR SAYA PENUH TANAMAN DALAM KARUNG

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 29 September 2009
Foto: Sobirin, 2009, Sayur Mayur Dalam Karung di Kantor Saya

Oleh: Sobirin
DPKLTS atau Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda adalah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) di Jalan Riau (Martadinata) Nomor 189 A di Bandung. Saya mengabdi di kantor ini. Namanya juga LSM lingkungan, maka halaman kantor pun penuh dengan tanaman hijau di dalam karung.




Ada seorang aktivis di kantor saya ini, namanya Cecep, orangnya sangat rajin berkebun. Dia yang menyemai benih-benih tanaman sayuran ini dalam karung. Medianya adalah tanah campur kompos. Tanamannya bermacam-macam, ada tomat, cabai, terong, mentimun, kacang panjang, caisim.

Jumlah karungnya cukup banyak, ada sekitar 75 karung.
Tiap hari disiram dengan air dan tiap 3 hari sekali dengan MOL encer. Tanaman tumbuh subur, daunnya hijau, dan buahnyapun bermunculan segar-segar. Makan siang di kantor DPKLTS ini selalu dengan sayuran dan lalab hasil tanaman sendiri.

Sebenarnya maksud utama menanam tanaman dalam karung ini adalah untuk memberi contoh kepada khalayak ramai, baik perkantoran maupun rumah tangga, untuk mencontoh kegiatan ini. Tidak sulit dan tidak memakan waktu khusus. Selain halaman menjadi hijau segar, juga enak dipandang. Apalagi bila penataannya disesuaikan dengan karakter lanskap setempat.

Read More..

Sunday, August 23, 2009

PANEN TOMAT RANTI 200 BUAH/POHON

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 22 Agustus 2009
Foto: Sobirin, 2009, Panen Tomat Ranti, Tomat Cherry
Oleh: Sobirin
Setelah 2,5 bulan berlalu sejak benih tomat ranti disemai, maka tanaman ini telah bisa dipanen. Pemeliharaannya dengan pupuk organik cair encer. Dalam satu pohon banyak sekali buahnya. Ukurannya kecil-kecil, ada sekitar 150 buah lebih. Warnanya merah seperti tomat biasa, rasanya asam segar.




Tomat ranti atau tomat cherry ini mudah ditanamnya. Benih disemai dulu, kira-kira setelah tumbuh 10 hari, setelah anakan tomat rantai ini cukup kuat, maka dipindah, bisa di tanah langsung atau di dalam pot atau ember bekas. Medianya menggunakan tanah 2 bagian dicampur kompos 1 bagian. Setiap 3 hari sekali disiram dengan pupuk organik cair yang telah diencerkan.

Bunga-bunga tomat ranti mulai muncul ketika umur tanaman kurang lebih 1 sampai 1,5 bulan, kemudian muncul buah-buah berwarna hijau. Kurang lebih setelah tanaman berumur 2,5 sampai 3 bulan buah tomat berwarna merah dan siap dipanen. Dalam 1 pohon buahnya mencapai 200 buah tomat kecil-kecil, seukuran buang lengkeng. Rasanya enak, asam segar.

Read More..

Thursday, July 16, 2009

TOMAT RANTI DI TONG MULAI BERBUAH

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 17 Juli 2009
Foto: Sobirin, 2009, Tomat Ranti, Tomat Cherry

Oleh: Sobirin

Ukuran buah tomat ranti atau tomat cherry kecil-kecil. Sebesar buah anggur atau buah lengkeng. Buahnya mengelompok banyak. Saya menanamnya di dalam tong. Media tanamnya adalah tanah 2 bagian ditambah kompos buatan sendiri 1 bagian. Tiap 3 hari di beri pupuk cair MOL hijau.





Sewaktu saya masih kecil di kampung, tomat ranti ini banyak sekali ditemukan di kebun-kebun pekarangan sekitar rumah. Rasanya sama dengan tomat biasa, hanya kulitnya lebih tipis. Sekarang mencari tomat ranti di pasar tradisional di Bandung sangat sulit. Adanya di super market atau di toko buah elit.

Saya membeli tomat ranti untuk benih di toko buah Total. Lalu buah diambil biji-bijinya di jemur, kemudian di semai. Setelah menjadi kecambah dan berumur sekitar 10 hari telah cukup kuat untuk dipindah ke dalam media tanam.

Saya menggunakan tong besar untuk menanam tomat ini, dan 3 hari sekali disiram dengan pupuk cair atau MOL hijau.
Setelah berumur 1,5 bulan tanaman tomat ranti ini tumbuh kuat dan mulai berbunga. Sekarang buah-buahnya telah muncul. Banyak sekali. Kurang dari 1 bulan mendatang sudah bisa dipanen.

Read More..

MOL HIJAU ADALAH PUPUK ORGANIK CAIR (POC)

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 17 Juli 2009
Foto: Sobirin, 2009, MOL Hijau Pupuk Cair
Oleh: Sobirin

Membuat pupuk organik cair (POC) telah lama saya cita-citakan. Bahan ada di sekeliling kita. Pucuk daun-daun hijau segar, kotoran sapi, air kelapa, gula, dan tanah yang hidup, semua itu mudah kita dapatkan. Daun-daun dipotong kecil-kecil. Semua masuk tong, tambah air, selesai.





Pertama, siapkan tong plastik ukuran sedang, kira-kira volumenya 50 liter. Cuci sampai bersih supaya sisa-sisa zat kimia atau deterjen hilang, lalu tong dijemur supaya kering.

Kedua, siapkan bahan-bahan yaitu pucuk daun apa saja yang berwarna hijau. Saya menggunakan daun papaya, daun tomat, daun teh-tehan, daun kiambang yang ada di sawah, eceng gondok, dan sejenisnya. Pilih daun-daun yang ada disekitar kita. Banyaknya sekitar 1 kg, atau sekitar 1 kantong kresek plastik besar.


Ketiga, siapkan kotoran sapi atau kotoran kambing atau kotoran ayam, sebanyak sekitar 1 kg. Gula pasir sebanyak 1/2 kg. Air kelapa gerlas 2 gelas minum.


Keempat, siapkan tanah yang hidup, yaitu tanah selokan sebanyak 1/2 kg. Upayakan tanah selokan ini tidak ada deterjen atau air sabun yang terbawa mengalir di selokan. Di dalam tanah selokan ini diharapkan banyak mikro organisme yang hidup.


Kelima, setelah daun-daun hijau segar dipotong kecil-kecil, maka bersama bahan-bahan lain yang telah disiapkan, semuanya dimasukkan dalam tong plastik.


Keenam, campurkan air sebanyak 40 liter. Diaduk hingga rata, kemudian tong ditutup dengan tutup yang berlubang-lubang supaya ada sirkulasi udara.

Ketujuh, aduk tiap hari, setelah 5 hari pupuk cair ini bisa dimanfaatkan.

Pupuk cair ini juga adalah MOL atau mikro organisme lokal. Warnanya hijau, pekat, maka untuk mudahnya sebut saja MOL hijau. Baunya agak menyengat. Cara memanfaatkannya, ambil MOL hijau dari tong sebanyak 1 kaleng susu kecil. Masukkan dalam ember plastik, dan campurkan dengan air sebanyak 15 kaleng susu kecil. Aduk sampai rata, lalu siramkan pada media tanaman di pot atau di kebun rumah tangga kita.

Menyiram MOL ke tanaman ini tidak tiap hari, tetapi 3 hari sekali. Siramkan pada media tanahnya, bukan pada batang tanamannya.
Saya menyiramkan MOL hijau ini pada tanaman tomat rosela, padi ember. Hasilnya memuaskan.

Read More..

Monday, June 29, 2009

URIN SEBAGAI PUPUK CAIR DAN FUNGISIDA ALAMI

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 30 Juni 2009
Gambar: Permatil dan Yayasan Idep (2006)

Oleh: Sobirin

Urin atau air kencing sebagai pupuk cair? Bagi yang baru mendengar pasti merupakan hal yang menjijikkan. Sumber saya dapatkan dari Buku Panduan Untuk Permakultur Menuju Hidup Lestari oleh Permatil dan Yayasan Idep (2006). Kemudian saya mencobanya, hasilnya bagus.




Buku Panduan Permakultur tersebut saya pelajari benar, dan kemudian saya mempraktekkannya. Urin atau air kecing manusia merupakan suatu sumber unsur hara yang mudah didapat, gratis dan terus-menerus. Kandung nitrogen dalam air kencing cukup tinggi.

Bila air kencing diencerkan (10-20% air kencing, dengan air 80-90% atau 1-2 bagian air kencing dicampur dengan 8-9 bagian air) akan menjadi pupuk yang baik untuk tanaman buah-buahan. Tanaman jeruk paling cocok untuk dipupuk dengan air kencing encer.

Air kencing bisa pula dimanfaatkan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan kompos, baik anaerob maupun aerob. Saya mencoba mempraktekkan pada proses pengomposan aerob dan aerob, hasilnya cukup bagus.

Dalam buku panduan tersebut dikatakan bahwa pupuk cairt air kencing tidak dianjurkan digunakan pada kebun sayuran. Barangkali karena sayuran sering dikonsumsi langsung, jadi menghindari bila ada unsur yang tidak diinginkan yang ikut termakan oleh kita.


Pohon buah-buahan yang sudah dewasa dikatakan dalam buku panduan tersebut memang akan mendapatkan manfaat dari pemberian urin secara langsung. Namun dikatakan bahwa sebaiknya tidak diberikan pada suatu tanaman secara terus menerus.


Selain itu air kencing dapat pula dimanfaatkan sebagai fungisida alami (semprotan untuk menanggulangi jamur tanaman). Caranya campurkan 1 bagian air kencing pada 4 bagian air. Semprotkan pada tanaman atau pohon yang terserang jamur, misalnya jenis jamur tepung, jamur merambat, dan jenis jamur lainnya.

Read More..

Friday, May 22, 2009

CABE SEBATANG BERBUAH LIMA PULUH

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 23 Mei 2009
Foto: Sobirin, 2009, Tanaman Cabe berbuah Lima Puluh

Oleh: Sobirin

Tanaman cabe dalam pot juga cukup menjanjikan. Dari biji yang bagus dan disemai terlebih dahulu, kemudian setelah bertunas di pindahkan dalam pot. Dengan media kompos buatan sendiri dan di beri MOL, cabe tumbuh subur, satu batang cabe berbuah sampai 50 cabe segar.




Medianya adalah kompos buatan sendiri dicampur dengan tanah, dengan perbandingan 2 (dua) bagian kompos dan 1 bagian tanah. Tanaman cabe muda hasil persemaian berumur kira-kira 2 (dua) minggu dipindah dalam pot ukuran diameter 40 cm, tinggi 40 cm.

Perawatan seperti biasa, secara rutin di siram dengan MOL encer. Media tanah dibersihkan dari tanaman atau rumput liar yang ikut bertumbuhan. Kalau ada hama yang terkadang membuat daun cabe menjadi keriting, kemudian disemprot saja dengan pestisida organik dari cairan daun suren yang dilumatkan.


Kira-kira dua bulan sudah mulai berbunga, kemudian di bulan ketiga sudah berbuah. Satu batang tanaman berbuah lebat, mencapai 50 buah cabe yang ranum dan segar.

Read More..

Tuesday, April 14, 2009

ANAEROB 3 LUBANG ABC DALAM 1 SERI

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 15 April 2009
Foto: Sobirin, 2009, Seri Komposter Anaerob

Oleh: Sobirin

Komposter anaerob lubang tanah memang serba guna. Ukurannya 60cm x 60cm dan kedalaman 100cm. Semua bahan organik, segar dan busuk, boleh masuk ke dalamnya. Saya membuat seri 3 lubang, untuk sampah segar (A), setengah matang (B), dan kompos matang (C).




Komposter anaerob dibuat dengan menggali lubang di tanah, ukurannya sedang-sedang saja. Galian tidak disemen, kecuali sekitar 1 bata atau 10 cm di bagian permukaan, yaitu untuk menjaga supaya tidak runtuh. Lubang tanah ini kemudian ditutup dengan beton tipis.

Oleh sebab saya sangat senang dengan komposter anaerob jenis ini, kemudian saya membuat 1 seri komposter yang terdiri dari 3 lubang, ukuran masing-masing lubang sama, dengan jarak antara tiap lubang sekitar 50 cm.
Lubang A untuk sampah baru, baik daun segar, sayur busuk, kotoran hewan, bahkan bangkai tikus. Lubang B untuk kompos setengah matang (berasal dari lubang A bagian lapisan bawah yang telah mulai terurai). Lubang C untuk kompos hampir jadi (berasal dari lubang B bagian lubang bawah yang sudah banyak mengalami penguraian).

Pemberian MOL sebagai starter harus intensif, terutama pada lubang A, yaitu agar proses penguraian lebih cepat berlangsung. Pemberian MOL secukupnya 3 hari sekali di lubang B. Pemberian MOL seminggu sekali di lubang C. Lubang-lubang tadi kemudian ditutup dengan beton tipis, agar proses anaerob berlangsung.


Kelebihan komposter anaerob ini antara lain sampah tidak perlu dipotong-potong kecil-kecil, jadi apa adanya saja. Tidak ada bau keluar, karena ditutup beton tipis. Semua jenis sampah organik bisa masuk, sehingga rumah kita bebas sampah organik, pekarangan rumah juga bersih. Kompos di lubang C siap dipanen setiap saat diperlukan.


Adapun kelemahannya yaitu tidak bisa dipraktekkan pada daerah atau pekarangan yang air tanahnya dangkal, sebab air lindi akan langsung masuk ke air tanah.

Read More..

Saturday, April 4, 2009

ROSELA TUMBUH SUBUR DAN BER-”BUAH” LEBAT

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 4 April 2009
Foto: Sobirin, 2009, Rosela Ber-“buah” Lebat

Oleh: Sobirin


Berkat diberi kompos dan MOL, tanaman rosela (hibiscus sabdariifa) di halaman rumah tumbuh subur. “Buah”nya lebat sekali. Saya menyebut “buah”, karena muncul setelah bunganya layu dan jatuh. “Buah” rosela ini bentuknya seperti kelopak tebal berwarna merah ungu.




Tanaman rosela yang ada di rumah saya umurnya kurang lebih 6 bulan, tingginya lebih dari 2 meter. Awalnya tanaman ini saya semai dalam media kompos campur tanah. Kemudian setelah berkecambah dan tumbuh, saya siram dengan MOL encer setiap 3 hari sekali.

Kelopak-kelopak “buah” rosela ini yang banyak dimanfaatkan untuk membuat minuman yang menurut penelitian dapat menyembuhkan banyak penyakit. Saya mencoba mengonsumsi kelopak ini dengan menyeduh dalam air hangat di tambah gula. Airnya berubah menjadi kemerahan, rasanya masam segar.


Pada kelopak “buah” yang tua, dengan warna merah ungu, terdapat kantung biji. Bila dibuka, dalam satu kantung terdapat kurang lebih 20 butir biji rosela. Biji-biji ini berukuran butiran dengan diameter 0,5 cm. Bahkan pada kelopak “buah” yang tua sekali, kantung biji telah terbuka, dan biji-bijinya telah tumbuh berkecambah.

Read More..

Thursday, April 2, 2009

KETIKA SANG CUCU INGIN BERTANI

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 3 April 2009
Foto: Sobirin, 2009, Cucu Saya dan Kreasinya

Oleh: Sobirin

Saat ini cucu saya 4 orang, ada yang di Bekasi, di Bogor, dan di Bandung. Cucu yang di Bandung lebih sering tinggal di rumah saya, namanya Rafli, umur 4,5 tahun, sekolahnya di TK. Rupanya Rafli ini ingin bertani seperti kakek-neneknya, tanaman dalam pot diguntingnya.






Anak kecil memang ingin tahu segalanya. Dilihatnya kakek dan neneknya merapihkan tanaman, ingin ikut-ikutan. Tanpa ketahuan, ketika Rafli ini memegang gunting, maka diguntingnya daun-daun tanaman dalam pot. Ketika ditanya, jawabannya biar tumbuh bagus.

Tentu saja sang nenek yang sedang hobi tanam-menanam hanya bisa mengurut dada. Namanya juga anak kecil, suka macam-macam, menirukan perilaku sekelilingnya. Semoga Rafli juga punya hobi zerowaste dan tanam-menanam di kemudian hari.

Read More..

KETELA POHON SUBUR KARENA KOMPOS

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 3 April 2009
Foto: Sobirin, 2009, Ketela Pohon Subur karena Kompos
Oleh: Sobirin

Membuat kompos di rumah agar rumah menjadi bersih dan ‘zero waste’ memang menyenangkan. Hasil kompos bisa menyuburkan tanaman. Apalagi tanaman di beri MOL encer, ibarat pupuk cair. Termasuk tanaman ketela pohon di halaman rumah saya menjadi sangat subur.




Saya pernah menanam ketela pohon (singkong) di halaman rumah, di pinggir tembok. Waktu itu hanya sekedar iseng. Batang pohon saya tanam mendatar, dengan maksud supaya dari setiap ruas tumbuh pohon singkong muda. Maksud awalnya memang hanya untuk diambil daunnya, untuk sayur, lalab, atau pecel. Tetapi lama-lama tumbuh tinggi. Ketika setahun kemudian saya cabut, ternyata ada ubinya, dan empuk sekali sewaktu digodok dan digoreng. Sayang ubinya tidak begitu banyak, karena menanamnya di pinggir tembok, jadi pertumbuhannya terhalang.

Sejak itu saya ingin mencoba menanam pohon ketela secara serius. Batang ketela saya tanam di media kompos, lalu setiap waktu tertentu di beri MOL encer. Sekarang umur pohon ketela ini sudah 3 bulan, dan tumbuh subur. Nanti kalau sudah berumur 1 tahun baru bisa dipanen ubinya. Moga-moga hasilnya banyak.

Read More..

AKHIRNYA MENJADI KEBUN AIR LIMBAH

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 2 April 2009
Foto: Sobirin, 2009, Kebun Air Limbah

Oleh: Sobirin

Kolam-kolam kecil penjernih air limbah cuci piring yang saya bangun waktu lalu terus saya amati dan saya ubah-ubah fungsinya. Awalnya saya manfaatkan untuk kolam ikan. Ternyata ikan tidak kuat hidup di air limbah. Akhirnya saya ubah menjadi kebun air limbah.




Air limbah cucian piring kualitasnya tidak stabil. Terkadang banyak sabunnya, terkadang mengandung minyak, terkadang kualitasnya bersih karena hanya untuk mencuci tangan. Ketika awalnya kolam-kolam kecil air limbah ini saya manfaatkan untuk kolam ikan, ternyata ikan-ikan lemas kemudian mati. Ikan yang kuat hanya jenis ikan sapu-sapu.

Kemudian saya manfaatkan sebagai kebun air limbah. Saya coba dulu dengan tanaman eceng gondok dan genjer yang saya ambil dari sawah. Ternyata tumbuh bagus. Bahkan air limbah ini menjadi relatif bersih, karena unsur-unsur pencemarnya terhisap oleh akar-akar tanaman air.


Sekarang saya manfaatkan untuk tanaman daun bawang. Ada juga tanaman padi. Semua tanaman saya tanam terlebih dahulu dalam pot berlubang-lubang. Medianya menggunakan kompos dicampur tanah. Tiap 3 hari sekali di MOL encer. Jadilah taman air limbah. Nyamuk tidak ada, rupanya tidak senang hidup di air yang banyak sabunnya.

Read More..

POHON PINANG DARI GARUT

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 2 April 2009
Foto: Sobirin, 2009, Pohon Pinang Umur 4 Tahun
Oleh: Sobirin

Kurang lebih 4 tahun yang lalu, teman saya dari Garut memberi saya sebutir biji pinang (jambe) yang mulai tumbuh berkecambah. Biji pinang tadi saya tanam di halaman rumah dengan media kompos dan selalu di MOL encer. Bibit pinang sekarang tumbuh menjadi pohon pinang.





Pohon pinang ini telah memiliki 8 ruas, total tinggi lebih dari 2 meter dari bawah sampai daun. Rupanya ruas-ruas pohon pinang ini bisa untuk mengetahui umur pohon tersebut. Satu ruas kurang lebih sama dengan 6 bulan, jadi 8 ruas kira-kira 48 bulan atau 4 tahun. Tiap ruas panjangnya sekitar 15 cm.

Bisa dibayangkan berapa umur pohon pinang yang ditebang untuk acara panjat pinang setiap tanggal 17 Agustus. Paling tidak, pohon yang ditebang untuk acara 17 Agustus itu berumur 15 tahun.

Pohon pinang memang bukan hanya untuk panjat pinang saja, tapi bisa untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat. Misalnya kayunya untuk tiang-tiang rumah, buahnya jsangat bermanfaat untuk obat-obatan, dan lain sebagainya.

Read More..

CITA-CITA MENANAM POHON MLINJO TERLAKSANA

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 2 April 2009
Foto: Sobirin, 2009, Pohon Mlinjo Umur 1 Tahun

Oleh: Sobirin

Ingin sekali saya memiliki pohon mlinjo di halaman rumah. Lama keinginan itu baru terlaksana, sampai suatu ketika saya mendapat bibit mlinjo dari seorang Hansip di kampung saya. Semula bibit ini kecil kurus dalam polibag plastik kecil. Sekarang setelah 1 tahun tumbuh subur.




Bibit mlinjo ini saya tanam di lubang bekas anaerob. Lubang saya isi dengan kompos dan tanah, dengan ukuran campuran kompos 2 bagian dan tanah 1 bagian. Penyiraman dengan MOL di lakukan 3 hari sekali. MOL-nya diencerkan dengan ukuran 1 bagian MOL dicampur 15 bagian air.

Sekarang setelah berumur 1 tahun, tingginya mencapai 1 meter lebih, tumbuh subur dengan daunnya cukup lebat. Tidak tahu kapan bisa mulai berbunga dan berbuah. Cita-cita memiliki pohon mlinjo di halaman rumah telah terlaksana. Moga-moga bisa secepatnya menghasilkan.


Pohon mlinjo memang banyak sekali manfaatnya. Daunnya bisa untuk sayur asem. Bunganya bisa untuk sayur lodeh. Buahnya bisa untuk emping, dan macam-macam lainnya.

Read More..

ANGGREK-ANGGREK ISTRI SAYA

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 2 April 2009
Foto: Sobirin, 2009, Aggrek-Anggrek Istri Saya

Oleh: Sobirin

Semula istri saya biasa-biasa saja terhadap kompos dan tanaman. Keinginannya memang mendukung, tapi alasannya jijik, kotor, bau, dan lain sebagainya. Tapi lama-lama, ketika mulai banyak tamu yang datang meninjau perkomposan di rumah, barulah menyenangi tanam-menanam.




Suatu saat datang tim RCTI yang hendak meliput perkomposan rumah tangga. Saya sedang tidak berada di rumah, maka terpaksalah istri saya diminta oleh tim RCTI untuk menjelaskan teknik-teknik perkomposan rumah tangga, tentunya sambil di ‘shoot’. Ketika ditayangkan di TV, teman-teman istri saya banyak yang tidak percaya, bahwa istri saya bisa kompos-mengompos.

Mulai saat itu, istri banyak perhatian kepada tanaman. Antara lain anggrek yang bunganya bagus-bagus. Semua anggreknya tidak dipupuk kimia, semuanya serba organik.


Dalam blog ini saya pernah menulis bahwa anggrek kalau di beri MOL bisa layu, sebab media pakisnya dianggap oleh MOL sebagai bahan kompos. Lalu saya menyarankan kepada istri saya untuk menyiramnya dengan air cucian beras yang di beri gula sedikit. Hasilnya bagus.

Read More..

Wednesday, March 11, 2009

PENDIDIKAN LINGKUNGAN JANGAN SEBATAS TEORI

SEKOLAH HARUS MENJADI TEMPAT YANG NIHIL LIMBAH
Pikiran Rakyat, 11 Maret 2009, A-157/A-165
Foto: WPL 2002, Murid SD pinggir Citarum berpraktek Zerowaste

Pemerhati lingkungan Supardiyono Sobirin mengungkapkan, sekolah sebagai institusi memiliki potensi besar untuk memulai penerapan prinsip-prinsip cinta lingkungan. Salah satu penerapan yang dia sarankan adalah merintis sekolah sebagai tempat nihil limbah (zero waste).




BANDUNG, (PR).- Pengajaran pendidikan lingkungan hidup (PLH) seyogianya diikuti dengan tindakan nyata warga sekolah mempraktikkan prinsip pelestarian. Salah satu yang bisa dikedepankan adalah praktik tata kelola sampah. Dengan demikian, pengajaran muatan lokal (mulok) tersebut tidak berhenti sebagai teori.

Pemerhati lingkungan Supardiyono Sobirin mengungkapkan, sekolah sebagai institusi memiliki potensi besar untuk memulai penerapan prinsip-prinsip cinta lingkungan. Salah satu penerapan yang dia sarankan adalah merintis sekolah sebagai tempat nihil limbah (zero waste), yang tidak menghasilkan sampah keluar dari lingkungannya. "Jangan sampai PLH berhenti sebatas teori. Tata kelola sampah di sekolah masing-masing bisa menjadi praktik yang mengena. Pemisahan antara sampah organik dan anorganik dapat dijadikan kegiatan menyenangkan," kata Sobirin di Bandung, Selasa (10/3).


Pengelolaan sampah disarankan sebagai ajang praktik karena sampai saat ini masih menjadi masalah di Kota Bandung. Data PD Kebersihan menunjukkan, produksi sampah Kota Bandung mencapai 7.500 meter kubik per hari. Dari jumlah tersebut, hanya 4.000 meter kubik terangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Dari sisa sampah 3.500 meter kubik, baru 25% di antaranya diolah warga menjadi kompos. Sisanya dibiarkan menumpuk di tempat pembuangan sementara (TPS), dibakar, dan tidak sedikit yang dibuang ke sungai.


Sekolah juga menjadi penyumbang sampah walaupun belum ada data pasti berapa kontribusinya setiap hari. Namun jika dilihat dari jumlah sekolah Kota Bandung yang mencapai 1.360 sekolah, dengan perincian tingkat SD/MI sekitar 800, SMP/MTs. 290, dan SMA/MA/SMK 270, jumlah sampah yang dihasilkan tidak sedikit. Dengan menerapkan pola nihil limbah di sekolah, bisa dipastikan adanya penurunan volume sampah secara signifikan.


Evaluasi


Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Oji Mahroji mengatakan, evaluasi terhadap pelaksanaan program mulok PLH dilakukan Juni mendatang, atau tepat dua tahun mulok diajarkan di semua sekolah. "Evaluasi kemungkinan akan dilaksanakan pada Juni mendatang sebab mulok PLH ini baru efektif dalam satu tahun terakhir. Sebelumnya adalah masa transisi pada Juli 2007 sampai Juni 2008," katanya.


Setelah hasil evaluasi didapat, kata Oji, Disdik baru bisa menyimpulkan efektivitas dari mulok ini terutama dilihat dari nilai kualitatif siswa dan institusi. Oleh karena itu, menurut dia, untuk saat ini Disdik belum bisa menjawab sejauh mana efektivitas pelaksanaan mulok PLH di lapangan dan bagaimana kontribusinya terhadap penyelesaian permasalahan lingkungan Kota Bandung.


"Yang jelas selama ini kurikulum PLH kita susun dengan menitikberatkan pada praktik. Sebagian besar diisi oleh kegiatan praktik yang presentasenya mencapai 70%. Namun ada juga di jenjang tertentu yang praktiknya 60%, tergantung dari sekolah dan tenaga pengajarnya," ujarnya.


Oji pun mengakui jika sampai saat ini belum ada pengajar khusus dengan latar belakang PLH sebab sangat sulit mencari guru yang berlatar belakang khusus PLH. "Kepala sekolah yang berperan dalam menentukan siapa yang dianggap mampu mengasuh mulok ini," ucapnya. (A-157/A-165)***

Read More..

Friday, March 6, 2009

AIR DAUR ULANG UNTUK MENGAIRI TANAMAN

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 7 Maret 2009
Foto: Sobirin, 2009, Kolam Penjernih Air Limbah untuk Sumber Air
Oleh: Sobirin


Saya mencoba bervariasi merekayasa fungsi kolam penjernih air limbah yang saya buat tempo lalu. Rekayasa terakhir, sambil ‘menjernihkan’ air limbah cucian piring, air kolam saya manfaatkan untuk tanaman dalam pot. Pot-nya dari tanah, tanamannya bermacam-macam.





Pot dari tanah diisi dengan kompos halus dicampur dengan tanah, perbandingan kompos dan tanahnya 3 : 1. Mengapa pot dari tanah? Supaya mudah menyerap air. Pot tanah memiliki pori-pori jauh lebih baik dibanding dengan pot dari plastik.

Tanaman yang saya coba adalah genjer, padi, bawang merah, eceng gondok, ada juga bambu air. Pot-pot ditaruh ke dalam kolam penjernih. Pot tidak ditenggelamkan semua, masih ada bagian atas yang tidak terendam air.

Sesekali tanaman diberi MOL encer.
Ternyata tanaman tumbuh subur. Ini barangkali “semacam” hidrofonik, sebab air selalu ada, walaupun tanaman ditanam dalam pot dengan media tanah dan kompos. Air dari kolam penjernih akan merembas kedalam pot melalui pori-pori pot. Lumayan tidak perlu menyiram, terutama di musim kemarau.

Dari kolam nomor terakhir, sebenarnya masih bisa dibuatkan kolam-kolam kecil yang lain, untuk maksud merendam pot tanaman. Kalau lahan kita cukup luas, kolam-kolam ini bisa dibuat banyak untuk menampung air cucian yang mengalir melalui kolam-kolam sebelumnya. Jadi air cucian ledeng akan lebih bermanfaat lagi, terutama di musim kemarau.

Read More..

Thursday, March 5, 2009

KUNJUNGAN PEMERHATI LINGKUNGAN DARI JERMAN

Surabaya, dalam perjalanan, Hotel Singgasana, 5 Maret 2009
Foto: Sobirin, 2008, Ingrid dari Jerman berkunjung ke Alfa 92

Oleh: Sobirin

Tanggal 20 Februari 2009, seorang pemerhati lingkungan dari Jerman, namanya Ingrid, datang ke rumah Jl. Alfa 92 Bandung. Maksudnya, selain melihat konsep zerowaste, juga ingin mendiskusikan kemungkinan membangun ‘Pusat Lingkungan’ di Kota Bandung.





Idenya cukup cemerlang. Ingrid mencoba menghubungi para pemerhati dan pencinta lingkungan di Kota Bandung. Apabila banyak yang mendukung, lalu akan dilanjutkan mendatangi Pemerintah Daerah. Menyampaikan maksud dan tujuan, dan minta dukungan fasilitas, antara lain sebidang lahan untuk mendirikan bangunan ‘Pusat Lingkungan’.

Ingrid memang idealis. Walaupun banyak pengalaman membuktikan bahwa pemerintah tidak dengan mudah bersedia memberi fasilitas begitu saja, namun Ingrid akan mencoba menemui pihak pemerintah untuk memperoleh fasilitas lahan dan sebagainya, bila ide ini telah banyak didukung oleh banyak pemerhati dan pencinta lingkungan. Semoga ide Ingrid yang ingin membangun ‘Pusat Lingkungan’ di Kota Bandung dapat terlaksana.

Setelah berdiskusi, Ingrid melihat ke sekeliling rumah, melihat komposter aerob, anaerob, cara membuat MOL dan sebagainya. Rupanya di rumahnya, di dekat Lembang, Ingrid juga membuat komposter dengan cara-cara mirip seperti yang ada di Jl. Alfa 92 Bandung.

Read More..

Tuesday, February 17, 2009

TANAMAN KURUS KURANG UNSUR HARA

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 18 Februari 2009
Foto: ditjenbun.deptan.go.id, Tanaman Kurus Kurang Unsur Hara

Oleh: Sobirin
Tanaman yang kita pelihara kurus, mudah terkena penyakit? Mungkin tanaman kurang unsur hara. Unsur hara ini mungkin telah hilang dari tanah sebagai media tanam. Tanaman juga membutuhkan vitamin dan mineral seperti layaknya manusia untuk bisa tumbuh dengan baik.





Tanah yang sehat merupakan syarat sebagai media tanam untuk kegiatan tanam-menanam baik di dalam pot maupun di pekarangan halaman rumah kita. Tanah harus mengandung semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk bisa tumbuh dengan baik.

Tanah yang sehat mengandung humus atau kompos yang merupakan hasil pelapukan dari bahan organik. Kompos merupakan makanan bagi mikro biota dalam tanah dan mengubahnya menjadi unsur hara yang kemudian menjadi makanan bagi tanaman kita. Kompos mampu memperbaiki struktur tanah, menyerap dan menyimpan air dalam tanah. Tanah yang sehat adalah tanah yang hidup mengandung banyak hara dan mampu menghidupi tanaman kita.

Kompos yang kita buat sendiri mungkin juga kurang sempurna atau kurang mengandung makanan bagi mikrobiota, karena bahan-bahan kompos yang kita pakai misalnya hanya daun kering saja. Bahan-bahan untuk kompos perlu kita lengkapi, misalnya selain daun kering, daun hijau, juga kotoran hewan.

Selain itu mikro organisme lokal (MOL) yang kita pakai sebagai starter juga kita buat dengan baik. Tidak cukup hanya dengan tapai ditambah gula saja, tetapi perlu ditambah air kelapa dan lain sebagainya (lihat “Tip Mudah Membuat MOL").

Tanda-tanda tanaman yang kekurangan unsur hara atau nutrisi dapat dilihat dengan jelas, antara lain:

  • Kekurangan nitrogen: daun dan pucuk tanaman menguning, ukuran bunga dan buahnya kecil dan matang lebih cepat.
  • Kekurangan potasium: daun lebih kecil, berwarna lebih gelap, pinggiran daun kuning, pertumbuhan lambat.
  • Kekurangan kalium: daun, tunas, dan buah berkembang tidak baik.
  • Kekurangan fosfor: ukuran buah kecil dan warna tidak cerah, pinggiran daun mengering.
  • Kekurangan magnesium: daun berbercak kuning, daun lebih cepat gugur.
  • Kekurangan sulfur: daun berwarna memudar.
Pertumbuhan tanaman perlu terus kita amati. Pengomposan tanah dan pemberian mikro organisme (MOL) secara periodik semoga dapat menghasilkan tanaman pertanian di sekitar rumah menjadi lebih subur.

Referensi:
Yayasan IDEP. 2006. Buku Panduan untuk Permakultur Menuju Hidup Lestari. IDEP Foundation - www.idepfoundation.org. ISBN: 979-15305-0-5

(dan sumber lain).

Read More..

Saturday, February 14, 2009

PESTISIDA ALAMI: DAUN TOMAT, BAGUS TAPI HATI-HATI.!

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 14 Februari 2009
Foto: forums.gardenweb.com, Daun Tomat
, hati-hati ada racunnya!
Oleh: Sobirin

Daun tomat bagus sebagai insektisida dan fungisida alami, tapi perlu waspada dan hati-hati, sebab ketika daun tomat dipakai sebagai pestisida alami bisa bersifat racun bagi manusia. Gunakan sarung tangan, penutup hidung, dan mulut pada saat kita menyemprotkan ke tanaman.




Daun tomat bagus sebagai insektisida dan fungisida alami. Dapat digunakan untuk membasmi kutu daun, ulat bulu, telur serangga, belalang, ngengat, lalat putih, jamur, dan bakteri pembusuk.

Cara membuatnya sebagai berikut:

Pertama, ambil daun tomat kira-kira seberat 1 (satu) kilogram. Pakai sarung tangan ketika memetik daun tomat.

Kedua, daun tomat dimasak dalam 2 (dua) liter air selama 30 menit.

Ketiga, tambahkan lagi potongan-potongan daun tomat, batang tomat, dan buah tomat sebanyak 2 (dua) genggam, dan tambahkan pula 2 (dua) liter air. Aduk bahan-bahan tersebut, lalu biarkan selama 6 jam (1/2 hari).

Keempat, disaring dan tambahkan 1/4 batang sabun.
Cairan telah bisa digunakan sebagai insektisida dan fungisida alami.

Semprotkan cairan ini setiap 2 (dua) hari sekali bila jumlah serangga pengganggu cukup banyak.


HATI-HATI:

  • DAUN TOMAT KETIKA DIPAKAI SEBAGAI INSEKTISIDA DAN FUNGISIDA BERSIFAT RACUN BAGI MANUSIA.
  • ADA UNSUR KIMIA YANG TERKANDUNG DALAM DAUN TOMAT MENJADI JAUH LEBIH PEKAT KONSENTRASINYA.
  • KANDUNGAN UNSUR KIMIANYA ADALAH SENYAWA ALKALOID YANG DISEBUT ‘TOMATINE’ YANG TERDAPAT PADA DAUN DAN BATANG TOMAT.
  • RACUN INI DAPAT MENYEBABKAN GANGGUAN PENCERNAAN YANG SERIUS.
  • GUNAKAN SARUNG TANGAN, PENUTUP HIDUNG, PENUTUP MULUT KETIKA MEMETIK, MEMASAK, MENYARING, DAN MENYEMPROTKAN BAHAN INSEKTISIDA DAUN TOMAT INI.
Referensi:
Yayasan IDEP. 2006. Buku Panduan untuk Permakultur Menuju Hidup Lestari. IDEP Foundation - www.idepfoundation.org. ISBN: 979-15305-0-5
(dan sumber lain).

Read More..

Saturday, February 7, 2009

PESTISIDA ALAMI: BAWANG PUTIH DAN CABAI

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 7 Februari 2009
Foto: www.prianusa.com dan https://host7.yournethost.com, Bawang Cabai
Oleh: Sobirin

Ada komentar dari Christine pemilik blog Disekitar Christine tentang pestisida alami. Christine pernah mencoba campuran bawang putih dan cabai. Pasti banyak pengalaman lain dari para pembaca. Baiknya pengalaman semacam ini dibukukan sebagai khasanah kearifan lokal.




Inilah komentar Christine:
Saya pernah coba dari campuran bawang putih dan cabe. Caranya sama, cuma setelah diblender ramuannya direbus baru diendapkan dan dicampur sabun. Pestisida ini cukup bagus buat larva kepik di pohon terong dan semut hitam yg mangkal di akar padi. Daya simpannya tidak terlalu lama, mungkin sebulan setelah itu cairan berbau busuk dan saat disemprotkan malah mengundang banyak lalat.


Dalam Buku Panduan untuk Permakultur Menuju Hidup Lestari (Yayasan IDEP. 2006. Buku Panduan untuk Permakultur Menuju Hidup Lestari. IDEP Foundation - www.idepfoundation.org. ISBN: 979-15305-0-5), diuraikan hal yang sama tentang pestisida alami bawang putih dan cabai.
Dalam buku tersebut (halaman 228) diuraikan cara membuatnya sebagai berikut:

Campur 3 (tiga) biji bawang putih yang sudah dikupas dengan segenggam cabai dan rebuslah dalam sepanci air. Tambahkan 1/4 balok sabun, aduk rata kemudian biarkan selama sehari. Saring cairan tersebut dan gunakan 2 cangkir larutan tersebut untuk satu kali penyemprotan.


Bawang putih merupakan insektisida, fungisida, dan penolak hama. Sabun akan membantu penyemprotan untuk melekatkan pada tanaman dan serangga. Gunakan larutan ini untuk aphid (kutu daun), ulat bulu, dan ngengat.


Bawang putih dan cabai secara alami akan menolak banyak serangga. Tanamlah di sekitar pohon buah dan lahan sayuran untuk membantu mengurangi masalah-masalah serangga.

Bawang putih dan cabai dapat juga digunakan secara terpisah sebagai bahan pestisida.

Kembali ke pengalaman Christine yang mengatakan daya simpannya tidak terlalu lama, mungkin sebulan, setelah itu cairan berbau busuk dan saat disemprotkan malah mengundang banyak lalat. Menurut saya tidak apa-apa, cairan busuk tersebut dituangkan saja ke dalam komposter anaerob lubang tanah, mungkin saja berfungsi sebagai mikro organisme lokal (MOL).

Read More..

Thursday, February 5, 2009

PESTISIDA ALAMI: DAUN PAPAYA

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 6 Februari 2009
Foto: http://www.photoatlas.com, Daun Papaya
Oleh: Sobirin

Daun papaya bisa dimanfaatkan untuk dibuat menjadi pestisida alami untuk memberantas hama serangga yang mengancam tanaman kita. Pestisida alami buatan sendiri sebaiknya kita coba sebagai sistem pengendalian hama di pertanian rumah tangga kita. Caranya?



Ambil daun papaya sebanyak kurang lebih 1 (satu) kilogram, atau kira-kira sekitar 1 (satu) kantong plastik kresek besar. Lalu dilumatkan (bisa diblender) dan dicampurkan dalam 1 (satu) liter air, kemudian dibiarkan selama kurang lebih 1 (satu) jam. Langkah berikutnya disaring, lalu ke dalam cairan daun papaya hasil saringan ditambahkan lagi 4 (empat) liter air dan 1 (satu) sendok besar sabun.

Ampas lumatan daun papaya bisa dimasukkan ke dalam komposter untuk tambahan bahan kompos. Cairan air papaya dan sabun sudah dapat digunakan sebagai pestisida alami.

Semprotkan cairan ini pada hama-hama yang mengganggu tanaman kita.
Semprotan pestisida air papaya dan sabun ini dapat membasmi aphid (kutu daun), rayap, hama-hama ukuran kecil lainnya, termasuk ulat bulu.

Sebagai catatan, pestisida alami ini hanya digunakan bila diperlukan. Jangan menyemprotkan pestisida alami ini bila tidak terdapat hama pada tanaman kita. Biarkan tanaman itu sendiri menangkal hama secara alami.


Referensi:
Yayasan IDEP. 2006. Buku Panduan untuk Permakultur Menuju Hidup Lestari. IDEP Foundation - www.idepfoundation.org. ISBN: 979-15305-0-5.

Read More..

Tuesday, February 3, 2009

3R JANGAN SEKADAR SLOGAN

Pikiran Rakyat, Selisik, 2 Februari 2009, Handri Handriansyah
Gambar: http://copyservices.tamu.edu, 3R

Sobirin menilai, persoalan sampah adalah persoalan bersama yang harus diatasi secara sinergis oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Ia menekankan penanganan sampah dimulai dari produsennya. Seharusnya sampah menjadi tanggung jawab masing-masing.



Segera berakhirnya izin pakai lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB), tahun 2018, akan menjadi kendala utama dalam penanganan masalah sampah di Kota Bandung. Mengingat keterbatasan lahan yang dimiliki kota ini.

Adapun rencana penggunaan kawasan Legoknangka di Desa Ciherang, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung yang akan dijadikan TPA bersama, juga masih memiliki kendala. Salah satunya adalah soal biaya pengangkutan sampah. Namun apa daya, Kota Bandung tidak memiliki lahan lagi untuk dijadikan TPA.


Sejak lama, banyak pihak memperkirakan bakal muncul masalah dalam pengelolaan sampah di Kota Bandung. Sistem TPA dianggap tidak lagi sesuai untuk menangani masalah sampah. Berbagai alternatif solusi pun bermunculan, mulai dari penerapan sistem 3R (reduce, reuse, recycle), pembuatan kompos, sampai pengolahan sampah menjadi energi listrik.


PT Bandung Raya Indah Lestari (BRIL), sebuah perusahaan swasta, menawarkan pemecahan masalah sampah di Kota Bandung dengan usulan pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa). Munculnya ide itu bukannya tanpa pertimbangan.


Menurut Direktur PT BRIL, Yoseph Soenaryo, pihaknya dan pemerintah Kota Bandung pada awalnya tidak hanya berpikir mengenai PLTSa sebagai solusi masalah sampah Kota Bandung. "Kami sempat mempertimbangkan sistem 3R, pembuatan kompos, dan pembuatan pupuk organik. Semua sudah dipikirkan kelebihan dan kekurangannya," kata Yoseph di Bandung, Sabtu (31/1).


Prinsip 3R, kata Yoseph, memang masih dianggap paling baik, karena bisa membuat orang memberdayakan sesuatu yang sudah tidak digunakan agar dapat digunakan kembali. Namun, pada praktiknya, penerapan 3R memerlukan kesadaran tinggi dari seluruh masyarakat dan harus menjadi suatu budaya. "Untuk membudayakan sesuatu memerlukan waktu sangat lama, sedangkan sampah kita saat ini terus menumpuk," tuturnya.

Sementara itu, untuk mengolah sampah menjadi pupuk organik memerlukan teknologi tinggi yang biaya investasinya terlampau besar. Dari sudut pandang lain, komposisi sampah Kota Bandung juga tidak mendukung untuk bisa menghasilkan pupuk organik.


"Hal itu juga berlaku untuk pembuatan kompos, terlebih teknologi pembuatan kompos paling modern, paling cepat memerlukan waktu 15 hari. Artinya, kita memerlukan lahan tetap untuk menampung sampah yang terkumpul selama 16 hari. Belum lagi masalah pemasaran kompos yang dihasilkan," ujar Yoseph menjelaskan.


Dari semua pertimbangan tersebut, akhirnya PT BRIL dan pemerintah Kota Bandung menetapkan PLTSa sebagai solusi terbaik dalam memecahkan masalah sampah. Keputusan tersebut dinilai sebagai langkah yang wajar oleh pakar lingkungan dari Pusat Rekayasa Industri, Institut Teknologi Bandung (ITB), Ari Darmawan Pasek. Menurut Ari, setiap kota/kabupaten pasti memiliki pertimbangan tersendiri dalam penentuan solusi persampahan mereka, sesuai dengan kondisi yang ada.


Tanpa mengesampingkan pertimbangan tersebut, anggota Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), Sobirin Supardiyono menilai, persoalan sampah adalah persoalan bersama yang harus diatasi secara sinergis oleh pemerintah, instansi terkait, dan masyarakat. Untuk itu, ia lebih menekankan penanganan sampah yang dimulai dari produsennya masing-masing.


"Kita bicara dalam konteks rumah tangga di masyarakat yang menjadi sumber awal produksi sampah. Seharusnya sampah menjadi tanggung jawab masing-masing," tuturnya. Menurut Sobirin, berat sampah yang diproduksi di Kota Bandung saat ini sudah hampir menyamai berat 1.000 ekor gajah. "Jika dibentangkan, sampah plastik tiap harinya bisa menutupi 250 lapangan sepak bola. Kertasnya dibuat bubur kertas dalam jumlah yang mengimbangi jumlah bubur kertas dari 500 batang pohon kayu. Di kota besar lain juga keadaannya tidak jauh berbeda.

Namun, Kota Bandung menjadi spesial dalam masalah sampah karena kondisi geografisnya yang berupa cekungan dan merupakan sentral komunitas manusia," tuturnya.
Masalah itu, kata Sobirin, tidak akan selesai jika hampir 90% penduduk Kota Bandung masih tidak peduli dengan sampah masing-masing, seperti sekarang ini.

"Mereka hanya berharap sampah diangkut petugas, karena merasa sudah bayar retribusi. Mereka tidak tahu, kondisi PD Kebersihan kadang tidak ideal. Ada kalanya truk pengangkut mogok karena onderdilnya rusak dan segala macam kendala lain," ujar Sobirin.
Ia mengakui, untuk bisa mewujudkan hal ini memang memerlukan proses yang bertahan dalam jangka waktu yang panjang.

"Meski banyak yang mengatakan 3R itu hanya slogan, tapi kalau dilaksanakan bisa dilihat hasilnya. Yang penting, ada keyakinan, kesadaran, dan keinginan untuk mendapat keuntungan, kontrak moral, tindakan nyata, dan pembudayaan. Jika itu dipenuhi, saya yakin semua bisa terwujud meskipun menghabiskan waktu satu generasi atau sekitar 30 tahun," tuturnya.


Melihat kondisi sekarang ini, Sobirin menghargai semua rencana yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi sampah yang terus menggunung. Termasuk pembangunan PLTSa sebagai pengganti TPA.
"Tetapi kita tidak akan pernah tahu PLTSa itu bagus atau tidak jika tidak dicoba dalam skala kecil. Kalau memang hasilnya bagus, perlihatkan kepada masyarakat dan teruskan. Jika tidak, ya harus dihentikan," ujarnya.

Mengenai kemungkinan uji coba PLTSa skala kecil, Yoseph mengatakan bahwa keputusannya ada di tangan pemerintah. Namun, untuk pelaksanaannya, perlu investasi mati layaknya untuk membangun jalan minimal Rp 35 miliar.
"Investasi PLTSa bukanlah investasi bisnis yang menguntungkan. Untuk skala kecil, investasi jelas tidak akan kembali. Namun, sebenarnya kita tidak perlu ragu dan mencoba dalam skala kecil. Toh skala besar yang sudah ada di luar negeri sudah terbukti memang baik dan berjalan tanpa gangguan," ungkapnya.

Ketika ditanya mengenai keuntungan yang akan didapatnya sebagai pengelola PLTSa nantinya, Yoseph tidak memungkiri keuntungan itu memang ada meski jumlahnya tidak besar. Untuk PLTSa Gedebage dengan kapasitas produksi 500 ton sampah/hari dan menghasilkan sekitar 6 mw energi listrik, PT BRIL harus mengeluarkan investasi sedikitnya Rp 300 miliar (perhitungan 2005). Menurut Yoseph, dari pemasukan biaya pengolahan sampah dan hasil penjualan listrik yang dihasilkan, investasi tersebut baru akan kembali dalam waktu 12-15 tahun.

"Oleh karena itu kami meminta waktu pengelolaan 20 tahun. Itu kan lama dan untungnya tidak seberapa. Namun, ini bukan semata bisnis, tapi bentuk kepedulian kami sebagai warga Bandung terhadap masalah sampah. Jika menghitung untung-rugi, masih banyak investasi yang lebih menguntungkan," ujar Yoseph. (Handri Handriansyah/"PR")***

Read More..