Saturday, March 29, 2008

POT CHRISTINE YANG DAPAT TERURAI

www.myblog-christine-christine.blogspot.com, 29 Maret 2008
Foto: Christine 2008, Pot Semai Ramah Lingkungan

Oleh: Christine
Wadah pembibitan bisa bermacam-macam. Yang umum digunakan adalah gelas bekas air mineral, polybag kecil dan pot plastik ukuran kecil. Di beberapa situs, aku menemukan wadah pembibitan yang terbuat dari bahan yang dapat terurai, sehingga bisa ikut ditanam ketika ……..



Jika kita ingin menanam cabe atau apa saja yang berbiji kecil, pertama kali biji-biji tersebut harus disemaikan terlebih dahulu. Setelah bertunas dan tumbuh beberapa daun, bibit tanaman ini perlu dipindahkan ke wadah yang lebih besar agar bisa tumbuh optimal.

Wadah pembibitan bisa bermacam-macam. Yang umum digunakan adalah gelas bekas air mineral, polybag kecil dan pot plastik ukuran kecil. Beberapa waktu yang lalu, di beberapa situs, aku menemukan wadah pembibitan yang terbuat dari bahan yang dapat terurai, sehingga bisa ikut ditanam ketika tanaman harus dipindahkan ke wadah yang lebih besar.


Aku lalu mencoba membuat pot pembibitan yang ramah lingkungan ini dengan bahan-bahan yang ada disekitar, yaitu daun dan kertas.


Untuk pot daun aku pakai daun pisang, janur, kulit jagung dan beberapa daun yang aku tidak tahu namanya. Pembuatannya cukup mudah, daun hanya dibentuk seperti mangkuk atau ‘takir’ atau bisa juga hanya sekedar digulung seperti bentuk lontong dan ujungnya disemat dengan lidi.

Untuk pot kertas aku pakai kertas koran, kertas yang paling mudah didapatkan. Pembuatannya juga simpel, kertas koran dilipat bentuk takir, atau digulung saja dan ujungnya direkatkan dengan lem kanji atau nasi.

Cara yang sedikit lebih rumit adalah dengan bubur kertas.

Pertama: Kertas Koran disobek kecil-kecil, direndam 1-3 hari hingga lunak.

Kedua: Diblender atau disobek-sobek lagi hingga hancur.

Ketiga: Ambil gelas plastik bekas air mineral, cetak bubur kertas tadi di bagian luar gelas, cukup setengah tinggi gelas saja. Bagian pantat gelas jangan ditutup rapat, sisakan sedikit lubang untuk lubang pot.
Keempat: Jemur cetakan pot kertas dibawah terik matahari hingga kering

Kelima: Lepaskan pot kertas dari gelas plastik. Pot kertas siap digunakan.


Tidak sulit kan…. Pot kertas ini bentuknya unik, cantik dan cukup kuat asal saat menyiram tanaman tidak sampai basah kuyup, cukup lembab-lembab saja.


Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan “kadar organiknya”? Apakah tanaman yang ditanam bersama wadahnya masih dapat disebut sebagai tanaman organik? Kalau pot daun sudah jelas organik, tapi bagaimana dengan pot kertas? Apakah masih organik juga? Seorang teman mengatakan, masih bisa disebut tanaman organik jika lapisan kertasnya tipis dan tidak menggunakan lem.

Pot kertas yang aku buat memang tidak menggunakan lem, tapi jika ingin menggunakan lem agar lebih kuat, mungkin bisa pakai lem kanji. Lem kanji ini dapat dibuat sendiri dengan mencampur tepung kanji dengan air lalu dimasak hingga kental.

Ada pendapat lain........?

Read More..

Monday, March 24, 2008

CHRISTINE, MOL NENAS, PADI POT, DAN KOMPOS KEBUN

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 24 Maret 2008
Gambar: http://extension.missouri.edu/, Jasad Renik

Oleh: Sobirin

Ada sebuah diskusi lewat e-mail dengan Christine dari Semarang pemilik blog "disekitar christine" tentang MOL tapai campur nenas, padi pot, dan kompos di kebun kosong. Semoga ada manfaatnya untuk kita bersama. Inilah diskusinya sebagai berikut.......




Xtine: Pak, dengan penemuan MOL tapai campur nanas saya jadi bertanya-tanya, unsur apa sih sebenarnya yang bisa mengubah suatu bahan menjadi MOL? Kayanya kok semua bahan bisa ya?

Sob: Dongeng awamnya begini...bahan organik (semisal buah nenas, dan sejenisnya) ditambah gula atau air kelapa, kemudian “diperam” atau ”diragikan”, akan memunculkan jasad renik atau mikro organisme, yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop. Semua bahan bisa, tetapi suatu bahan akan menghasilkan jasad renik yang berbeda dengan bahan yang lain. Kalau bahannya tidak bersih, jasad reniknya juga tidak bersih. Oleh sebab itu, bila bahan untuk MOL ini sembarangan, misalnya dari sampah dapur, maka akan muncul berbagai jasad renik yang tidak kita harapkan. Jasad renik ini ada yang dari kelompok pengurai: jenis bakteri dan jamur yang mampu mengurai senyawa organik menjadi senyawa atau unsur lain yang lebih sederhana. Kemudian ada kelompok patogen: penyebab penyakit: jenis bakteri, jamur, virus, protozoa penyebab penyakit perut, kulit, pernapasan. Lalu kelompok penghasil racun: jenis bakteri dan jamur penyebab keracunan air atau bahan makanan. Juga ada kelompok pencemar: jika bahan kompos terkena kotoran manusia/hewan sakit, atau tercampur lumpur/air yang tercemar deterjen atau bahan kimia berbahaya. Dalam proses pengomposan, setelah MOL disiramkan ke bahan kompos, maka akan terjadi panas (proses termofilik), biasanya jasad renik kelompok patogen mati. Jasad renik yang dijual dipasaran, biasanya sudah dipilih beberapa jenis saja, yang dianggap perlu-perlu saja untuk tanaman. Makanya mahal, tetapi kadang hanya cocok untuk sesuatu tanaman, dan tidak cocok untuk tanaman yang lainnya. Yang kita sedang buat, karena bahannya bersih, diharapkan jasad reniknya juga bersih, hanya jasad renik jenis apa saja yang ada dalam MOL kita, bila kita ingin tahu, maka perlu dicheck di laboratorium. Jasad renik kita namanya juga MOL pakai huruf L yaitu LOKAL, buatan sendiri, yang penting ada hasilnya dan dalam rangka menuju Zero Waste.

Xtine: Saya punya selai nanas, selai dan sirup belimbing wuluh cukup banyak, tidak termakan dan sayang kalau dibuang (hasil praktek yang gagal....). Apa bisa dibuat MOL? Yang belimbing wuluh rasanya masih asam. Kalau bisa, apakah prosesnya sama dengan membuat MOL tapai?

Sob: Bisa, apalagi kalau bahan tersebut tidak pakai bahan kimia. Prosesnya sama. Pilih pakai tambah gula lagi atau air kelapa. MOL akan berproses sekitar 4 atau 5 hari, baru bisa kita manfaatkan.


Xtine: Kalo buah-buahan yang sudah layu karena kelamaan di kulkas (tapi belum busuk) apa bisa untuk MOL juga? Harus diblender atau cukup dipotong2 saja?

Sob: Bisa...diblender saja.


Xtine: Satu lagi Pak... Lihat tanaman padi Bapak, saya tuh jadi kepengen banget tanam padi di pot tapi tdk punya benihnya. Eh, tadi pagi waktu cuci beras saya nemu sebutir gabah, cuma satu-satunya dalam sekilo beras..... Iseng-iseng saya tanam dalam pot semai, kira-kira bisa tumbuh tidak ya pak? Biasanya muncul daunnya berapa hari?

Sob: Moga-moga mau tumbuh. Biasanya 8 (delapan) hari baru berkecambah dengan dua daun kecil-kecil berwarna hijau muda. Ambil pakai pinset, hati-hati, lalu “letakkan” diatas tanah campur kompos dalam pot yang sudah disiapkan. Jangan ditanam “dalam-dalam”, cukup diletakkan saja. Begini ya....butir padi dalam beras yang dikilo, sudah melalui proses penggilingan, jadi benih ini sudah terkena goncangan-goncangan mesin giling. Tetapi moga-moga saja benih ini masih “hidup”. Coba saja sekali-sekali main ke sawah di luar kota, minta benih ke petani. Atau minta saja di Balai Penelitian Padi setempat.


Xtine: Oya Pak, kayanya dulu Bapak pernah menulis tentang kompos di kebun kosong....? Bagaimana hasilnya? Sudah dipanen?
Sob: Ini yang saya gagal.... Maksud saya supaya diurus oleh warga kampung/RT. Tahunya tidak ada yang tanggung jawab dalam memberi MOL dan proses aduk-mengaduk. Ternyata kalau kita ingin mengembangkan perkomposan dalam skala yang RT, perlu semacam “capacity building” bagi kelompok warga. Di skala rumah tangga saja perlu ada orang yang bertanggung jawab, apalagi di skala yang lebih besar. Jadinya kompos kebun menjadi “monumen” yang kemudian ditumbuhi rumput dan tanaman liar………


Xtine: Terima kasih, Christine

Sob: Terimakasih kembali, Sobirin

Read More..

SURAT KACANG PANJANG YANG SUBUR OLEH MOL

alonrider.wordpress.com, 22 Maret 2008, Nugroho Adhi
Foto: Nugroho Adhi 2008, Kacang Panjang subur di MOL Tapai

Oleh: Nugroho Adhi

Selamat malam Pak Sobirin, maaf lama tak memberi kabar. Ya begitulah kesibukan saya sebagai seorang buruh...hehehe... Saya mau berbagi cerita dan foto soal MOL tapai nih. Ceritanya, tetangga tertarik untuk aplikasi pupuk MOL tapai..........





Setelah saya beritahu caranya (1 bagian MOL dicampur dengan air 15 bagian) dia mulai gunakan untuk memupuk tanaman kacang panjangnya. Walau agak kurang percaya dia coba juga.

Sebagai perbandingan dia tidak menggunakan MOL untuk seluruh tanamannya. Setengah lahan pakai MOL, dan setengah lahan lainnya tidak pakai MOL.


Sekitar minggu kedua, dia bercerita kalau daun kacang panjang yang diberi MOL tapai ukurannya lebih besar dibandingkan yang tidak pakai MOL.

Sore tadi (22/3-2008), atau kira-kira sebulan setelah dia tanam kacang panjang, saya menengok tanaman kacangnya.
Ternyata benar, daun kacang panjangnya kelihatan lebih hijau segar dan lebar-lebar dibandingkan lahan yang tidak disiram MOL tapai.

Dia mengaku tidak begitu rajin menyiramnya. Namun hasilnya sudah berbeda.
Itu pengakuannya kepada saya dan istri saya yang menengok lahan kecil di belakang rumahnya.

Terus terang saya bahagia mendengarnya. Tak ada yang paling membahagiakan saya di dunia ini ketika ilmu yang kita dapat bermanfaat bagi orang lain.
Kebetulan tetangga saya itu bukan orang berkecukupan. Rumahnya pun "menumpang" punya suadara yang kosong dan minta untuk dirawat dengan baik. Tetangga saya itu sejak mula memang hobi menanam. "Anak saya banyak, kalau sayur saya tanam sendiri, panennya bisa mengurangi pengeluaran," katanya.

Sebuah alasan yang sangat rasional.
Saya berharap, dengan lahan yang tak seberapa dia punyai itu, tetangga saya bisa hidup lebih mandiri. Saya membayangkan, kedepannya, bila dia istiqomah, selain mampu mencukupi kebutuhan masakan sayur keseharian, tetangga saya itu bisa sedikit berjualan di sekitar kompleks. Dengan harga yang sama, tapi sayurnya lebih segar dan besar, pasti orang akan tertarik membelinya. Bukan begitu kan pak?

Berikut saya lampirkan foto-foto kacang panjang pakai MOL dan kacang panjang non MOL. Oh, iya tulisan ini nantinya setelah Pak Sobirin up-load, juga akan saya unggah di blog saya.


Salam,
NUGROHO ADHI
Blog : alonrider.wordpress.com

Email: sopogondrong@yahoo.com

Untuk dik Nugroho Adhi dari Sobirin:

Saya ikut berbahagia, ternyata berbagi ilmu dan pengalaman sangat bermanfaat bagi semuanya. Salam saya untuk tetangga dik Nugroho Adhi. Mohon tetangga dik Nugroho Adhi bersedia mencoba tanaman padi dalam pot. Tentunya cara organik, dengan kompos dan MOL.

Read More..

Sunday, March 23, 2008

PERTUMBUHAN PADI POT 1 BULAN 25 HARI

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 23 Maret 2008
Foto: Sobirin 2008, Padi Pot sri Umur 1 Bulan 25 Hari

Oleh: Sobirin
Padi pot bertumbuh dengan baik, anakan dan daunnya mulai banyak. Daunnya terkadang sobek dan patah oleh tiupan angin. Tapi tidak apa-apa. Tiap hari saya siram dengan MOL sangat encer. Pada awalnya MOL yang saya berikan adalah MOL tapai atau peuyeum. MOL tapai sebenarnya ini sudah cukup bagus.




Sekarang saya ganti dengan MOL tapai dan nenas, yang saya harapkan dapat mempercepat dan memperkuat pertumbuhan. Lihat pertumbuhan yang pelan tapi pasti dengan tingkat kesuburan yang menurut saya sangat baik.

Lihat edisi sebelumnya tanggal 7/2, lalu 23/2, kemudian 28/2, serta tanggal 14/3.
Artikel “Tanam Padi Dalam Pot” dapat dibaca dalam edisi blog ini 7/2 yang menguraikan tentang tahapan menanam padi sebutir dalam pot.

Lihat pula artikel 23/2 yang menguraikan pertumbuhan yang subur dalam umur 1 bulan (kurang 3 hari). Kemudian lihat pula artikel 28/2 ketika padi pot berumur 1 bulan 2 hari. Artikel tanggal 14/3 dalam umur 1 bulan 16 hari, tumbuh semakin kekar.

Sekarang tanggal 23/3, pertumbuhannya semakin mantap.
Semoga MOL tapai dicampur nenas akan menambah suburnya padi dalam pot ini.

Read More..

PIPA BESI BEKAS UNTUK RAK POT TANAMAN PERCOBAAN

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 23 Maret 2008
Foto: Sobirin 2008, Rak Tanaman dari Pipa Besi Bekas
Oleh: Sobirin
Kalau melihat fotonya, rak pot tanaman dari pipa besi bekas sepertinya barang mewah dan mahal. Pada hal saya mengumpulkan pipa-pipa besi bekas, ada yang panjang ada yang pendek. Proses pengumpulan cukup lama, karena mencari yang gratisan. Setelah didesain, kemudian memanggil tukang las.


Gambar desain saya coba corat-coret, lalu saya berunding dengan tukang las, apa bisa atau tidak, karena pipa besinya ada yang pendek-pendek dan ukurannyapun berbeda-beda.
Tukang las mengatakan bisa saja, yang penting ongkosnya cocok.

Nah di sini saya agak merasa grogi tawar-menawarnya. Terlalu mahal, saya tidak punya anggaran besar. Sebaliknya terlalu murah kasihan kepada tuang las, karena pekerjaan ini merupakan mata pencahariannya.


Setelah terjadi tawar-menawar, didasarkan pada banyaknya karbit yang akan terpakai, maka jatuhlah kesepakatan biaya untuk memotong, mengelas sebesar Rp 250.000,- ditambah dengan makan minum dan snack.


Akhirnya setelah selesai, bentuknya sesuai gambar, tetapi tidak terbayangkan rak ini besar juga. Kemudian rak dicat hitam, jadinya bagus, tidak menyangka dari pipa besi bekas macam-macam.


Rak ini saya isi dengan pot-pot tanaman percobaan, menggunakan kompos dan MOL buatan sendiri. Posisi pot di halaman yang terkena sinar matahari, supaya tanaman bebas berfotosintesa.

Read More..

MOL TAPAI DITAMBAH NENAS YANG DIBLENDER

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 23 Maret 2008
Foto: Sobirin 2008, MOL Tapai campur Nenas

Oleh: Sobirin

MOL tapai sudah cukup bagus untuk percepatan membuat kompos, juga dapat dipakai untuk pupuk cair. Saya mencoba lagi menambahkan buah nenas yang telah diblender halus ke dalam MOL tapai, juga ditambah gula pasir. Warnanya menjadi kekuningan, baunya wangi antara tapai dan nenas, dan tetap bersih.



Bersih artinya tidak ada belatung yang muncul, seperti kalau kita membuat MOL dari bahan sampah dapur, selalu muncul belatung-belatung yang tidak disenangi kebanyakan orang.


MOL tapai dan nenas ini saya simpan di dua tong plastik biru (lihat foto). Tong ditutup dengan tutup yang pas, dan diberi lubang-lubang kecil.

Bila tong MOL mulai berkurang isinya karena MOL terpakai, lalu MOL diisi lagi dengan air ditambah gula secukupnya, maka MOL akan terus berkembang biak lagi. Begitu seterusnya, tidak pernah habis.


MOL tapai dan nenas ini nampak cukup kental. Saya cairkan dengan perbandingan 1 bagian MOL ditambah 15 bagian air, kemudian saya siramkan ke pot-pot yang ada tanaman percobaan saya. Sementara hasilnya nampak berhasil, tanaman menjadi bagus.


Untuk percepatan membuat kompos, MOL tapai dan nenas ini juga memperlihatkan proses yang lebih baik. Tuangkan saja MOL tapai dan nenas yang sedikit telah diencerkan ke dalam bahan kompos, seperti proses biasanya.


Silahkan jangan ragu-ragu mencoba, kreativitas perlu terus dikembangkan untuk hasil yang lebih baik. Siapa tahu muncul penemuan yang sangat memuaskan.

Read More..

Friday, March 14, 2008

PADI POT 1 BULAN 16 HARI TERUS TUMBUH SUBUR

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 14 Maret 2008
Foto: Sobirin 2008, Padi Dalam Pot Umur 1 Bulan 16 Hari


Oleh: Sobirin

Selama satu minggu lebih saya ke luar kota. Padi dalam pot memang saya titipkan ke pembantu di rumah untuk dirawat, didangir (tanah diaduk pelan), dirambet (tanaman liar dicabut), dan diberi MOL. Pertumbuhan dari tanggal 28 Februari hingga 14 Maret 2008 di luar pengamatan saya. Tetapi untunglah, padi pot ini tetap tumbuh seperti harapan.



Lihatlah betapa anakan batangnya bertambah, dan nampak kekar. Lihat juga edisi sebelumnya, tanggal 7 dan 23 serta tanggal 28 Februari 2008.

Artikel “Tanam Padi Dalam Pot” dapat dibaca dalam edisi blog ini 7 Februari 2008 yang menguraikan tentang tahapan menanam padi sebutir dalam pot. Lihat pula artikel 23 Februari 2008 yang menguraikan pertumbuhan yang subur dalam umur 1 bulan (kurang 3 hari). Kemudian lihat pula artikel 28 Februari 2008 ketika padi pot berumur 1 bulan 2 hari.

Sekarang lihat perkembangan tanggal 14 Maret 2008 dalam umur 1 bulan 16 hari, tumbuh semakin kekar, berkat tanah di MOL peuyeum yang telah diencerkan 1 bagian MOL ditambah 15 bagian air. Disiramkan ke tanahnya, bukan ke tanaman padi-nya.

Kita amati saja terus pertumbuhan padi pot ini. Semoga tidak ada gangguan apapun.

Read More..

Saturday, March 1, 2008

CHRISTINE INGIN KOMPOSTER ANAEROB GENTONG

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 1 Maret 2008
Foto: Sobirin 2008, Komposter Anaerob Model Jl Alfa Bandung
Oleh: Sobirin
Christine pemilik blog http://myblog-christine-christine.blogspot.com/ di Semarang ingin mencoba komposter anaerob gentong. Kreativitas kompos-mengompos memang harus terus dikembangkan agar rumah kita zero waste. Model milik saya memang lain, tapi analogi-nya sama dengan keinginan Christine. Tanya jawab lewat email dan blog begini.....


Pak, saya sudah niat mau bikin kompos anaerob agar saya tidak lagi membuang sampah organik. Sekarang ini saya masih mencari kuali/ gentong tanah liat yang akan digunakan sebagai wadah.

Bagus, pakai drum plastik model Adhi, atau pakai kuali atau gentong seperti keinginan Christine semuanya bisa. Tanpa kuali atau gentong atau drum plastik juga bisa, yaitu seperti model punya saya. Tanah digali 60 cm x 60 cm x 100 cm, seluruh galian langsung tanah, hanya bagian atasnya 1 bata di semen agar tidak runtuh. Tutupnya dengan plat beton tipis. Keterangan mengenai komposter model saya ini ada tertulis dalam artikel di blog ini beberapa waktu yang lalu. Tetapi kalau Christine ingin mencoba dengan gentong, bagus sekali. Analoginya sama dengan model saya.


Sementara belum ketemu wadahnya, saya ingin tahu lebih jauh tentang kompos anaerob ini. Sehingga jika nanti wadahnya sudah ada saya bisa langsung mempraktekkannya. Apa sebenarnya arti anaerob?

Kalau mau pakai gentong, cari gentong yang ukuran paling tidak 1/2 meter kubik dengan dinding gentong agak tebal, agar tidak mudah pecah bila tersenggol orang. Jangan lupa, cari tutup gentong yang pas dan rapat, bisa memakai cowet tanah (yang untuk membuat sambel) yang ukurannya pas mulut gentong.
Proses pengomposan anaerob adalah proses pengomposan tanpa menggunakan oksigen (O2), hasilnya adalah kompos yang mengeluarkan gas metana, CO2 dan senyawa seperti asam organik, berbau, dan sering muncul belatung. Sedangkan proses pengomposan aerob adalah proses pengomposan dengan menggunakan oksigen (O2), hasilnya adalah kompos yang mengeluarkan CO2, uap air, dan panas. Baik aerob maupun anaerob, hasil komposnya sama saja, kualitasnya juga sama saja.

Saat akan memulai kompos anaerob, apa yang pertama kali harus saya masukkan ke dalam kuali atau gentong? Tanah? Pasir? Kompos? Dan seberapa banyak?

Pertama, masukkan tanah kedalam gentong, kira-kira 1/5 isi gentong. Untuk apa tanah ini? Tanah berfungsi menyerap lindi yang mungkin keluar selama proses berlangsung.

Ketika saya memasukkan bahan kompos, apa perlu diaduk? Apakah unsur C/N juga diperhatikan dalam pengomposan ini?

Bahan kompos organik apapun dimasukkan saja semuanya. Bisa sayur busuk, bisa nasi basi, bisa sisa kopi atau teh bekas tamu, sisa telur, daging, kulit udang, apapun. Memang sebaiknya ada pengadukan untuk membolak-balik bahan kompos, tidak sesering aduk-mengaduk seperti dalam proses aerob. Bau pasti muncul, hanya sebentar, oleh sebab itu proses aduk mengaduk dilakukan secepatnya, lalu gentong segera ditutup kembali. Jangan lupa tambahkan MOL boleh pekat secukupnya, jangan basah kuyup. Aduk lagi, dan terakhir lapisi dengan tanah setebal 2 cm, untuk menahan bau agar tidak keluar, lalu terakhir tutupkan cowet dimulut gentong. Alat pengaduknya agak lain. Bisa seperti ujung garpu yang agak dibengkokkan, tetapi pegangannya panjang, karena untuk menyesuaikan dengan lebar mulut gentong dan kedalaman gentong. Perkara C/N tidak perlu diperhatikan.


Apakah tulang dan duri/ sisik ikan mentah juga bisa dimasukkan?

Duri ikan mudah mengurai, tetapi tulang ayam atau tulang sapi sulit mengurai. Tidak apa-apa, masukkan saja, agar sisa-sisa daging yang menempel berproses. Soal tulang yang tidak mengurai biarkan saja, nanti kalau kompos jadi bisa disingkirkan.


Kalau sayur basi harus ditiriskan dulu atau tidak? Perlu dipotong kecil-kecil juga?
Masukkan saja dengan kuahnya, tidak perlu dipotong-potong, karena sayur basi sudah lunak. Kecuali kalau ada bahan yang ukurannya besar atau lebar, misalnya wortel atau waluh yang tidak terpakai atau daun pisang, perlu juga dipotong kecil-kecil.


Untuk sisa nasi, roti, sayur yang tidak mengandung protein sebaiknya dikomposkan dengan cara apa. Aerob atau anaerob?

Sisa nasi, roti, sayur yang tidak mengandung protein bisa dikomposkan dengan cara aerob atau anaerob. Bisa cara dua-duanya.


Kalau bagian bawah kuali atau gentong tidak berlubang, bagaimana dengan air lindi yg keluar? Apakah bisa menjadikan komposnya ‘becek’?
Kalau gentong diberi lubang-lubang kecil di pantatnya, risikonya ada air lindi yang menetes keluar, nanti bisa menjijikkan. Ada dua solusi. Pertama tidak perlu dilubangi, tetapi pada awal sebelum bahan kompos pertama masuk, maka gentong perlu di isi tanah dulu, barang 1/5 isi gentong, seperti dijelaskan di atas. Kedua, bila gentong ingin dilubangi di bagian pantatnya, maka sebaiknya pantat gentong di tanam dalam tanah, hanya pantatnya saja, supaya air lindi yang keluar mengalir keluar berproses langsung dengan tanah. Model yang berlubang ini seperti modelnya Adhi, atau juga dalam skala alam seperti model kepunyaan saya yang langsung berhubungan dengan tanah.
Bisa saja proses kompos ini menjadi ‘becek’, tergantung dari bahan yang masuk banyak kandungan cairan atau tidak. Tidak apa-apa. Solusinya bisa dicampurkan dedak beras yang halus (bukan sekam), diaduk saja sampai tidak becek.

Pengomposan ini pasti menimbulkan bau kan… terus sebaiknya wadah diletakkan dimana agar tidak mengganggu tetangga sekitar?

Kalau gentong tertutup baik dan tidak retak, maka bau tidak akan keluar. Bau akan keluar saat tutup dibuka. Bisa terjadi dinding luar gentong menjadi lembab, tetapi tetap tidak akan bau. Wadah diletakkan di mana saja, taruh dihalaman atau di pojok luar rumah. Gentong bisa dicat warna-warni, ditulisi apa saja, bisa sebagai bagian hiasan di luar rumah. Tetangga sama sekali tidak akan terganggu. Saya memiliki 4 (empat) komposter anaerob dan 1 (satu) komposter aerob tidak ada bau keluar, dan tetangga happy-happy saja.


Apakah wadah juga tidak boleh terkena hujan dan sinar matahari langsung?

Boleh saja kena hujan, atau kena matahari langsung, tetapi sebaiknya di bawah pohon agar teduh.


Sampai wadahnya penuh, butuh berapa lama agar bisa jadi kompos?
Wah ini tergantung dari bahan yang dipakai. Tetapi agak lebih lama sedikit dibanding aerob. Ada hal menarik yang perlu disimak. Anehnya gentong anaerob ini akan lama penuhnya, walaupun setiap kali diisi. Kalau penuh, jangan dipaksa, nanti gentong bisa pecah. Tetapi dalam waktu seminggu setelah penuh, bahan kompos menyusut, dan gentong bisa diisi lagi. Demikian seterusnya. Gentong ukuran 1/2 meter kubik ini bisa-bisa baru penuh dalam waktu 6 bulan bahkan 1 tahun. Nah, silahkan setelah itu dipanen.


He..he… banyak ya pak pertanyaannya…. Saya kan mesti siap mental dulu sebelum maju perang…. Kalau soal muncul belatung saya sadah biasa…. Tapi kalau timbul bau saya harus belajar mengatasinya dulu, salah-salah nanti saya diprotes orang se-RT….
Selamat mencoba, saya percaya tetangga tidak akan terganggu, asal proses pengerjaannya benar. Kecuali..........gentongnya ketabrak orang lewat, pecah.......dan kompos tumpah ruah.....waaaah baunya bisa layaknya seperti "bom nuklir", terutama kalau komposnya belum jadi karena sedang berproses, baunya menyebar kemana-mana, dan lama hilangnya. Siap-siap saja rumah Christine di-demo tetangga.


Sekarang saya mau Tanya soal berkebun ya pak, boleh kan…

Boleh!


Saya sedang mencoba tanam kangkung dalam pot. Sudah tinggi, 10 cm-an tapi sebagian timbul bintik-bintik putih. Bagaimana cara mengatasinya? Apa bapak juga punya pestisida organik buatan sendiri?
Kangkung saya juga pernah mengalami hal serupa. Buru-buru saya bersihkan dengan air pelan-pelan (di-lap pelan-pelan), lalu disemprot dengan air menggunakan alat penyemprot air kecil (yang biasa untuk menyemprot air ke baju yang akan disetrika). Cukup air biasa saja. Tetapi ada juga saya mencontoh teman-teman penghobby tanam-tanaman organik. Yang saya contoh adalah dengan air tembakau (tembakau di tukang rokok yang murahan), airnya disemprotkan. Bisa juga dengan daun sirsak (nangka belanda). Daunnya ditumbuk, campur air, disaring, semprotkan ke daun yang ada hamanya. Banyak kreativitas pestisida organik, ada yang menggunakan daun mimba, daun suren, gadung. Tetapi cari saja yang mudah dan banyak disekitar kita.


Udah, cukup segini dulu pak, sebelumnya, terimakasih banyak (Christine).

Sama-sama, terimakasih kembali. Jangan takut mencoba-coba, semoga sukses. Saya happy dengan hasil kompos anaerob saya (Sobirin).

Read More..