Saturday, December 29, 2007

BERBAGI SINAR MATAHARI

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 30 Desember 2007
Foto: Sobirin 2007, Pohon Kersen Jl. Alfa 92, dirapihkan

Oleh: SOBIRIN
Saya senang menanam pohon keras tahunan di halaman rumah, ada jambu, belimbing, cengkeh, kersen. Karena keterbatasan lahan, pohon-pohon tumbuh saling bertabrakan dan daun-daunnya menutupi sinar matahari. Dampaknya, tanaman semusim di pekarangan saya, ada tomat, cabe, kangkung darat, dan lain-lainnya menjadi agak pucat, karena kurang sinar matahari. Tanaman juga sangat memerlukan sinar matahari.



Untuk berbagi sinar matahari, maka saya memangkas pohon-pohon di halaman rumah. Cabang dan ranting yang tumbuh liar saya potong. Tidak semuanya, asal rapih dan cukup memberi celah-celah agar sinar matahari mengenai permukaan tanah.

Terlalu banyak pohon di halaman rumah tidak baik, tidak ada pohon di halaman rumah lebih tidak baik.

Untuk memperoleh bentuk pohon keras tahunan yang indah dan kuat, perlu tahapan penanaman sebagai berikut: penyiraman, pemupukan, penyemprotan, pemangkasan, demikian berulang terus Pohon di halaman rumah perlu pemangkasan setiap waktu tertentu. Kalau tidak dilakukan pemangkasan, maka cabang dan ranting akan tumbuh liar tidak sesuai dengan bentuk yang kita inginkan, meluas menutupi sinar matahari.

Pohon keras tahunan membuat iklim mikro di sekitar rumah menjadi nyaman, sejuk. Bila jumlah pohon terlalu banyak, maka permukaan tanah tidak mendapat sinar matahari. Tanaman perdu menjadi pucat, rumputpun tidak tumbuh.

Berapa sebaiknya jumlah popon di halaman rumah. Katakan luas lahan yang kita miliki 200 m2, sebaiknya luas lahan terbangun 40% saja, atau sekitar 80 m2, boleh bertingkat. Sisanya 120 m2 untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH). Dari 120 m2 lahan yang tidak terbangun, katakan 30% nya untuk pepohonan keras tahunan, atau seluas 40 m2. Kalau luas naungan satu pohon (kanopi) kita pilih 10 m2-an, maka jumlah pohon adalah 4 batang, di tanam menyebar, dipilih pohon yang bermanfaat bisa dipanen buahnya. Sisanya 80 m2 untuk halaman terbuka yang ditanami rerumputan, bunga-bungaan, atau sayuran semusim.

Sinar matahari yang cukup ditambah pupuk organik dan MOL akan membuat tanaman bunga-bungaan dan sayuran semusim kita tumbuh subur.

Read More..

Thursday, December 27, 2007

KOMPOS ANAEROB LEBIH HALUS

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 27 Desember 2007
Foto: Sobirin 2007, Pohon Jambu dan Kompos Anaerob

Oleh: SOBIRIN
Membuat kompos bisa dengan cara macam-macam. Ada cara AEROB ada cara ANAEROB. Dua macam cara ini dapat dibaca pada artikel-artikel yang lalu di Blog ini. Ketika kompos ANAEROB ini saya panen, ternyata komposnya lebih halus, berwarna coklat kehitaman. Saya manfaatkan antara lain untuk mengompos pohon jambu muda (lihat foto).


Cara ANAEROB yaitu dengan mewadahi bahan kompos kedalam lubang yang digali di halaman rumah. Ukuran lubang: panjang 60 cm, lebar 60 cm, dalam 100 cm. Biarkan lubang telanjang langsung tanah, jangan disemen. Kalau mau di semen atau dipasang bata hanya dekat permukaan tanah saja, supaya tidak longsor.

ANAEROB artinya tertutup, tidak ada udara dari luar yang masuk. Oleh karena itu kompester model lubang ini ditutup di atasnya dengan plat beton tipis. Kalau ditutup dengan kayu, maka kayunya mudah lapuk, dimakan mikro organisme dalam MOL.

Bahan kompos yang terdiri dari daun hijau dan daun coklat dipotong kecil-kecil. Dedaunan kering yang berukuran kecil-kecil yang berserakan di pekarangan dimasukkan saja ke dalam lubang ini. Setelah itu tuangkan MOL ke dalamnya. Ampas MOL juga boleh dimasukkan. Bahkan kalau ada bangkai tikus, bangkai ayam, bangkai bekicot, masukkan saja ke dalam lubang komposter ANAEROB ini. Setelah itu taburkan tanah dari selokan setebal sekitar 5 cm di atasnya. Barulah kemudian lubang ditutup dengan tutup plat beton.

Dalam beberapa hari volume bahan kompos menyusut. Tambahkan lagi bahan serupa, tuangkan MOL, taburkan tanah selokan, tutup kembali dengan plat beton. Demikian seterusnya berulang kali. Lubang ukuran 60 cm x 60 cm x 100 cm ternyata tidak penuh-penuh dalam selang waktu lama, bahkan pengalaman saya sampai 2 tahun baru padat, tidak bisa diisi lagi.

Suatu hari komposter ANAEROB yang penuh ini saya gali, komposnya dipanen, hasilnya sungguh menakjubkan. Komposnya lebih halus, lebih lembut, berwarna seperti tanah kehitaman. Kompos yang saya panen tersebut saya manfaatkan untuk mengompos tanaman-tanaman yang ada di pekarangan saya, antara lain pohon jambu muda, dan lain-lainnya.

Lubang yang telah kosong dimanfaatkan lagi untuk membuat kompos cara ANAEROB.

Read More..

POHON TIN POHON SORGA DAN PUPUK ORGANIK

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 27 Desember 2007
Foto: Sobirin 2007, Pohon Tin di Jl. Alfa 92 Bandung

Oleh: SOBIRIN
Sewaktu Idulfitri tahun ini, saya kedatangan banyak saudara, diantaranya keluarga adik saya yang dari Semarang. Adik saya ini senang pada tanaman. Banyak tanaman dibeli. Ketika pulang, mobilnya penuh. Salah satu tanaman ditinggal untuk saya yaitu bibit pohon tin, pohon yang disebut-sebut dalam Kitab Suci Al Qur’an.



Saya tanamkan pohon tin ini di halaman depan rumah, dalam lubang yang digali dan diberi kompos buatan sendiri. Ternyata tanaman yang menurut sahibul hikayat berasal dari Timur Tengah ini nampak tumbuh subur dengan siraman-siraman MOL buatan sendiri yang diencerkan. Namun ada sejenis belalang hijau yang menyenangi daun tin ini. Pada hal disekitarnya banyak dedaunan lain tetapi belalang memilih daun tin, rupanya daunnya enak bagi belalang ini. Terpaksa setiap saat saya menghalau sang belalang ini.

Budi Sutomo (2007), pengelola blog: budiboga.blogspot.com, mengatakan bahwa pohon tin ini adalah pohon surgawi. Buah tin muda berwarna kehijauan, kemudian seiring dengan matangnya buah, warna kulit akan berubah menjadi ungu kehitaman.

Dikatakan selanjutnya, buah muda biasanya dikonsumsi sebagai olahan sayur, dimasak dengan aneka daging atau campuran selada. Jika sudah tua dan matang sangat lezat dikonsumsi sebagai buah meja. Di Timur Tengah maupun Eropa, tin termasuk buah mewah dan sangat mahal. Dulunya hanya dikonsumsi kalangan bangsawan atau di saat acara-acara istimewa.


Menurut keterangan menantu adik saya yang dari Semarang ini, pohon tin ini bisa tinggi sampai 3 (tiga) meter lebih. Menantu adik saya ini orang Perancis, dan punya pohon tin di rumahnya di Perancis sana.

Moga-moga saja pohon tin yang saya tanam ini bisa tumbuh subur, berbuah, dan bisa dinikmati.

Read More..

Saturday, December 15, 2007

BETERNAK MIKRO ORGANISME LOKAL

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 16 Desember 2007
Foto: Sobirin 2007, Beternak Biang MOL dalam Jerigen

Oleh: SOBIRIN
MOL dari sampah dapur memang tiap hari harus dibuat, karena tiap hari sampah dapur juga terus diproduksi. Beda dengan MOL sampah dapur, misalnya MOL dari nasi basi yang telah berjamur, sekali membuatnya bisa untuk selamanya, diternakkan.



Mohon dibuka lagi artikel dalam blog ini tentang cara membuat MOL dari nasi basi yang dikepal-kepal, kemudian ditaruh ditempat sampah yang lembab sampai berjamur.

Kepalan-kepalan nasi basi sebanyak 10 kepalan yang telah berjamur dimasukkan dalam jerigen plastik ukuran 5 liter , diisi air kira-kira tiga perempatnya, lalu tambahkan gula pasir 10 sendok makan. Jerigen jangan ditutup, agar ada sirkulasi udara. Biarkan selama 5 hari, maka bila kita cium akan berbau seperti alkohol, atau bau tapai, rada tengik sedikit, itu adalah ciri-ciri MOL kita telah berproses.

MOL cair ini bisa kita gunakan sebagai starter untuk membuat kompos. Bahan kompos, dari campuran dedaunan segar berwarna hijau dan dedaunan lapuk berwarna coklat yang telah dirajang menjadi ukuran kecil-kecil, lalu disemprot dengan MOL cair ini yang telah diencerkan. Diaduk-aduk setiap 3 hari, semprotkan lagi MOL cair, maka diharapkan dalam waktu 3 minggu kompos bisa dipanen.

Lalu sisa cairan MOL dalam jerigen diapakan? Diternakkan menjadi BIANG MOL. Cairan MOL dalam jerigen jangan dihabiskan. Setiap mengambil cairan MOL, sisakan barang setengahnya di dalam jerigen. Lalu ke dalam jerigen yang masih ada sisa MOL tersebut ditambahkan air lagi sampai volumenya seperti semula, yaitu tiga perempat jerigen. Tambahkan lagi gula pasir 10 sendok ke dalamnya. Biarkan berproses selama 5 hari, MOL bisa kita panen kembali.

Demikian ide sederhana untuk menambah semangat membuat kita menjadi ZERO WASTE. Sampah rumah jangan dibuang ke luar rumah, diproses sendiri saja menjadi barang berguna, antara lain kompos.

Read More..

Friday, December 14, 2007

TANYA-JAWAB MEMBUAT MOL DAN KOMPOS

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 15 Desember 2007
Foto: Sobirin 2007, AGROHOME dengan MOL dan KOMPOS

Oleh: SOBIRIN
Tiga kali pak Dwi Suhendi mengirim e-mail kepada saya menanyakan cara membuat kompos tahap demi tahap bagi pemula. Sekalian menjelaskan kembali kepada pak Dwi, berikut ini saya transkrip-kan tanya jawabnya, semoga bermanfaat pula untuk yang berminat.



DWI: Untuk pembuatan kompos non protein, tolong diinfokan mana-mana atau apa saja yang perlu saya perhatikan. Dari blog clearwaste, cara yang saya tangkap kira-kira seperti ini (saya baru pertama kali membuat kompos): buat MOL dulu, contoh dari nasi basi yang sudah jadi warna orange di tambah air gula. Kira-kita perbandingannya berapa ya pak? Juga waktu prosesnya berapa lama?. Lalu ciri-ciri MOL yang sudah siap pakai bagaimana ya?
SOB: Buat MOL dulu, misalnya MOL nasi basi yang sudah berjamur, 10 kepal masukkan dalam botol plastik air kemasan aqua ukuran 1500 ml (ukuran besar), tambahkan air sebanyak 3/4 isi botol, tambahkan gula pasir 10 sendok makan. JANGAN ditutup, biarkan botol terbuka. Biarkan berproses dengan waktu antara 5-7 hari. Ciri-cirinya yaitu: air keruh, air bau alkohol atau tapai (peuyeum).

DWI: Setelah MOL sudah siap, kemudian siapkan bahan-bahan kompos non proteinnya, contoh sayur-sayuran segar sisa bahan masakan (tangkai dan batangnya), dan daun-daun yang coklat. Kalau saya sulit mendapatkannya bagaimana pak? Apakah sayuran hijau saja tidak bisa? Kalau sisa sayur kemarin bisa diikutkan tidak? Kalau bisa, perlu ditiriskan tidak dari air sayurnya?
SOB: Sisa potongan sayuran segar berwarna hijau diperlukan karena mengandung nitrogen. Kalau tidak ada sisa potongan sayuran segar, bisa diganti dengan daun hijau dari pagar hidup (teh-tehan, beluntas, dan sejenisnya). Kemudian daun-daun kering yang jatuh dari ranting pohon dan sudah berwarna cokat diperlukan karena mengandung karbon. Daun-daun kering ini bisa diambil dari pekarangan rumah atau pinggir jalan. Upayakan ada yang hijau dan ada yang coklat, dengan perbandingan hijau:coklat kira-kira 1 : 1. Ranting atau kayu jangan diikutkan, nanti kalau kurang sempurna prosesnya bisa mengundang rayap. Sayur kemarin yang sudah jadi masakan sebaiknya TIDAK untuk bahan kompos aerob. Sayuran yang sdh dimasak lengkap dengan kuahnya baiknya untuk bahan MOL DAPUR, atau masukkan saja ke lubang kompos ANAEROB.

DWI: Setelah bahan lengkap, bahan sayuran di rajang sampai kecil, baru kemudian di semprotkan MOL nya. Menyemprot dengan MOL ini sampai basah tidak pak?
SOB: Bahan kompos yang hijau dan coklat dirajang kecil-kecil (hati-hati bila merajang dengan bedog atau bendo, meleset sedikit bisa kena jari tangan). Ukuran rajangan rata-rata 3 cm. Menyemprot MOL jangan basah kuyup, tetapi cukup LEMBAB saja.

DWI: Saya menngunakan wadah atau komposter menggunakan karung bekas beras. Bahan-bahan yang telah diberi MOL, dimasukan ke dalam karung. Karung perlu dilubangi atau tidak pak? Atau udaranya cukup dari membuka karung setiap 3 hari sekali ?
SOB: Karena prosesnya AEROB, maka karung perlu dilubangi kecil-kecil, asal bahan kompos tidak bisa keluar dari lubang. Cara melubangi dengan dicoblos dengan paku besar, obeng, atau pisau kecil. Bagusnya dipakai saja karung yang sudah berlubang-lubang yang biasa untuk wadah buah-buah atau kentang (ada yang warna biru atau merah, beli atau minta saja di tukang sayur di pasar tradisional). Isikan bahan kompos yang sudah disemprot MOL ke dalam karung, sampai penuh, lalu diikat.

DWI: Setiap 3 hari karung dibuka dan disemprot MOL lagi. Antara hari 1 - 3 itu boleh ditambahkan sampah hijau yang lain tdk pak? Apa tunggu sampai kompos pertama jadi?
SOB: Kalau pakai karung, karena volumenya terbatas, biarkan saja sampai proses selesai selama 3 minggu. Jangan ditambah-tambah bahan kompos baru. Tiap 3 hari diaduk, dibolak-balik, semprotkan MOL, lembab saja. Tanda-tanda berhasil: hari ke 3 sampai hari ke 15 suhu meningkat tinggi, bisa sampai 60-70 derajat C. Hari ke 16 sampai hari ke 20 suhu mendingin. Warna kompos coklat kehitaman. Hari ke 27 bisa dipanen. Jangan kaget, volume bahan-bahan yang tadinya satu karung penuh, kalau sudah jadi kompos tinggal 1/2 atau 1/3 nya. Baiknya gunakan juga MOL dapur sebagai perbandingan. Artinya buat beberapa karung, 2 atau 3 karung tapi MOL-nya beda2. Periksa bagus yang mana hasilnya. Syarat utama: bahan kompos di rajang2 kecil2 ukuran 3-5 cm, selama proses di aduk-aduk paling tidak 3 hari sekali. Lebih bagus lagi bahan-bahan kompos tadi dicampur dengan kotoran ayam, kelinci, sapi (kalau ada).

DWI: Untuk pembuatan kompos pertama kali, kompos akan jadi dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Benarkah?
SOB: Benar, asal mengikuti langkah-langkah seperti yang telah dijelaskan.
Selamat mencoba dan YANG UTAMA ADALAH: RUMAH MENJADI ZERO WASTE. Setelah sukses membuat kompos, upayakan ada nilai tambah dengan membangun AGROHOME, yaitu pertanian rumah tangga.

Read More..

Wednesday, December 5, 2007

SELAMAT UNTUK TIM BIOPORI PAK KAMIR CS

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 5 Desember 2007
Foto: Sobirin 2007, Lubang Kecil Manfaat Besar

Oleh: SOBIRIN
Awalnya saya awam, apa itu biopori? Ketika saya berselancar di internet mencari informasi tentang biopori, ketemu, alamatnya di www.biopori.com web kepunyaan Tim Biopori pimpinan Bapak Kamir R Brata.


Biopori adalah teknologi sederhana tepat guna multi fungsi. Bisa untuk resapan air, bisa untuk mengurangi genangan air, bisa untuk wadah pengomposan, dan tentunya menyuburkan tanah.

Tim penemu teknologi tepat guna ini terdiri dari staf pengajar pada Bagian Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB. Tim diketuai oleh: Kamir R Brata, dengan anggotanya: Wahyu Purwakusuma, Yayat Hidayat, Enny Dwiwahyuni, DP Tejo Baskoro, dan Maspudin.

Banyak pujian telah diterima oleh tim ini, berbagai media masa memberitakan tentang penemuan sederhana tapi manfaatnya sangat besar ini. Harian Kompas, Rabu tanggal 5 Desember 2007 menurunkan berita di halaman 26 dengan judul: “Lubang Biopori Bisa Cegah Banjir”.


Tim ini menamakan hasil temuannya dengan istilah Lubang Resapan Biopori (LRB). Prinsip LRB adalah lubang di tanah berdiameter 10 cm (bisa lebih) kedalaman 1 meter. Ke dalam lubang dimasukkan sampah organik yang diharapkan akan dimakan oleh organisme yang ada di dalam tanah. Dikatakan di halaman seluas 50 meter persegi bisa dibuat sebanyak 20 sampai 40 LRB, tergantung curah hujan dan sifat kelulusan air dari lapisan tanah setempat.


Alat untuk membuat lubangnya sangat sederhana, semacam bor tangan. Tim ini menjualnya dengan harga Rp. 175.000,- ditambah ongkod kirim. Pesan alat bisa ke alamat website tim ini.

Saya mengucapkan selamat atas penemuan ini. Bagus sekali. Saya ingin punya alat tersebut, kapan-kapan saya akan beli. Nah, karena penasaran, saya mohon ijin kepada Tim Biopori ini untuk mencobanya di halaman rumah saya, sementara saya membuat lubang dengan bambu runcing sebagai alat bornya.

Kebetulan rumah saya memproduksi kompos, maka bahan-bahan kompos setengah jadi saya jejalkan ke lubang ini. Rumah bakalan semakin ”zero waste”.


Sekali lagi selamat kepada Pak Kamir dan seluruh anggota Tim Biopori!

Read More..

IBU-IBU FORKOM BANDUNG INGIN "ZERO WASTE"

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 5 Desember 2007
Foto: Sobirin 2007, Kunjungan Ibu-Ibu Forkom Bandung
Oleh: SOBIRIN
Saya senang sekali ketika ibu-ibu dari Forum Komunikasi (Forkom) Bandung datang meninjau cara-cara membuat kompos di rumah saya. Ibu-ibu ini dipimpin langsung oleh Ibu Kusmaeni, yang juga anggota DPRD Kota Bandung.



Sekitar jam 15.30 hari Senin tanggal 3 Desember 2007, sebanyak 15 orang ibu-ibu dari Forkom Bandung tersebut datang ke jalan Alfa 92 Bandung menggunakan bus kecil. Semua serius mendengarkan penjelasan dari saya dan pak Endut (asisten kompos saya).

Cara memilah-milah kompos yang anorganik dan anorganik, cara membuat mikro organisme lokal (MOL) sebagai starter kompos dan pupuk cair, cara mencacag bahan kompos daun hijau dan daun kering menjadi kecil-kecil, cara mencampur bahan kompos dengan MOL, semuanya dicatat oleh ibu-ibu.

Wadah untuk membuat kompos? Kalau tidak ada tempat untuk membuat komposter bata terawang, bisa juga menggunakan keranjang bambu besar, bisa juga menggunakan karung. Mudah saja, jangan terlalu dipikirkan sulitnya.

Sewaktu membuka tong plastik yang berisi MOL, sebagian ibu-ibu ada yang menutup hidung. Agak bau katanya. Bau gas metan sedikit, soalnya beberapa hari lalu saya menutup tong ini agak rapat, jadi kurang udara bebas. Tetapi tidak apa-apa, kualitas MOL tetap bagus.

Penjelasan tidak lama, karena melihat langsung dengan mata kepala sendiri bagaimana cara-cara membuat MOL dan kompos. Semoga ibu-ibu ini langsung mempraktekannya di rumah masing-masing, dan dicontoh pula oleh para tetangga mereka. Semoga ”zero waste” bisa dilakukan oleh tiap keluarga di Kota Bandung.

Read More..

PANEN LOBAK DARI "AGROHOME"

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 5 Desember 2007
Foto: Sobirin, 2007, Panen Lobak

Oleh: SOBIRIN
Benih lobak yang diberi oleh pak Sajiboen beberapa waktu lalu, kemudian saya tanam, sekarang sudah saatnya dipanen. Lumayan juga panenan dari “agrohome” ini. Jumlahnya banyak, lobaknyapun besar-besar. Lalu lobak ini untuk dimasak apa?



"Agrohome"?
Pertanian rumah tangga? Dengan pekarangan yang relatif sempit pun "agrohome" ini bisa dilakukan. Kalau tidak ada lahan sama sekali, bisa saja dengan pot-pot yang digantung.

Tanah dicampur kompos buatan sendiri, dengan perbandingan 1 bagian tanah dicampur 2 bagian kompos, diaduk rata lalu dimasukkan dalam pot. Kemudian dibasahi dan ditabur bibit yang akan ditanam. Tergantung jebis bibitnya. Bisa disemai dulu di tempat lain, bisa juga langsung ditabur dalam pot tersebut.

Memang perlu tekun dalam pemeliharaannya. Tanaman diberi air secukupnya, ditambah MOL (mikro organisme lokal) buatan sendiri yang diencerkan. Tiap 3 hari sekali tanah dirapihkan, bila ada rumput liar langsung saja dicabut.

Selang beberapa minggu, tanaman muda yang subur akan muncul dalam pot kita. Pemeliharaan terus hingga tanaman dewasa dan bisa dipanen.

"Agrohome" adalah lanjutan dari "zerowaste". Sampah organik rumah tangga diproses jadi kompos dan kompos dimanfaatkan untuk "agrohome". Nilai tambahnya sangat besar, sebab kalau hanya membuat kompos lalu dijual, sangat tidak ekonomis, sebab harga kompos paling berapa? Rp 300,- per kilogram (ada juga yang menjual Rp 1.000,- per kilogram). Sebaiknya untuk "agrohome" saja. Apalagi yang ditanam adalah tanaman-tanaman eksotik, harga jualnya bisa sangat mahal.

Kembali ke lobak saya. Untuk apa? Sementara ini untuk lalab dan untuk membuat ’soto bandung’.

Read More..