Saturday, November 17, 2007

KARYA WISATA KOMPOS RUMAH TANGGA

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 17 November 2007
Foto: Sobirin, 2007, Pemkot Bandung Meninjau Komposter Saya

Oleh: SOBIRIN
Semenjak rumah saya dikenal “zero waste”, sampah rumah tidak dibuang keluar rumah, tetapi diproses menjadi kompos dan lain-lain, maka telah banyak warga yang datang ingin melihat dari dekat bagaimana cara-cara membuat MOL, membuat kompos, dan hal-hal yang terkait.


S
udah lebih dari 200-an warga yang telah datang berkunjung ke rumah saya di Jalan Alfa No. 92 Cigadung, Komplek UNPAD II, Bandung 40191. Kadang warga datang berombongan, kadang hanya sendiri atau berdua atau bertiga. Semua ingin melihat bagaimana cara membuat MOL, cara membuat kompos, kertas daur ulang dan lain-lainnya. Potret sana, jepret sini.

Macam-macam kelompok warga yang datang, ada yang dari ibu-ibu PKK, ada guru, ada dari keluarga masjid, ada dari Rotary Club, ada dari hotel, ada dari pematung terkenal pak Soenaryo, dan masih banyak lagi.


Malah dari Rotary Club Bandung (Rotary Bandung yang mana saya tidak hafal) termasuk Bapak Sudjatmiko selaku Gubernur Rotary juga datang melihat komposter di rumah saya. Karena model komposternya sangat sederhana, mudah dibuat, mudah dipanen, serta tidak mahal dalam konstruksinya, maka Rotary mengadopsinya untuk disebar-luaskan di tempat-tempat lain.


Ketika semakin banyak yang berminat, maka saya mengatur waktu kunjungan semacam karya wisata ini. Jadwal saya atur dari Senin hingga Jumat, dari pukul 07.00 hingga 09.00 pagi. Saya mengatakan bahwa setelah jam 09.00 saya pergi keluar rumah untuk urusan sosial yang lain.


Tanggal 8 November 2007 yang lalu, pak Dadang dan pak Djeni staf dari Dinas Pertamanan dan Permakaman Pemerintah Kota Bandung juga datang ingin mengadopsi model komposter yang ada di rumah saya untuk di pasang di Pendopo Walikota Bandung.

Setelah meninjau komposter saya, moga-moga saja mereka membuatnya di rumah masing-masing. Moga-moga warga kota menjadi peduli dengan sampahnya. Sampah diolah menjadi berkah.

Read More..

Wednesday, November 14, 2007

KRIYA PLASTIK BEKAS DAN EKONOMI KREATIF

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 15 November 2007
Foto: Rokhani, 2005, Kerajinan Kantong Plastik Bekas


Oleh: SOBIRIN

Ketika lapangan pekerjaan sulit dicari, ketika hidup ini menganggur, perlu upaya memutar otak agar dapur terus mengebul. Konsep “ekonomi kreatif” dengan menciptakan barang bekas menjadi barang berguna dan laku dijual, merupakan trend bisnis baru yang sangat menjanjikan.



Ekonomi kreatif” yang menggabungkan antara seni, budaya, ketram
pilan, barang bekas, bisnis, lingkungan, dan kewirausahaan saat ini merupakan trend baru yang mulai menggeliat. Awalnya saya diberitahu tentang "ekonomi kreatif" ini oleh pak Sajiboen, yang juga seorang wirausahawan. Bahkan secara ilmiah telah diwacanakan di Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung oleh Togar M. Simatupang.

Hal ini bisa juga langsung dipraktekkan oleh awam dan masyarakat biasa, dengan syarat berniat, tekun dan terus berintervensi ke pasar dengan semangat wirausaha yang tangguh.
Sebagai contoh, plastik bekas bungkus deterjen atau sejenisnya yang berukuran sedikit lebar, telah dimanfaatkan untuk kerajinan tangan, kriya, handicraft berupa tas kantong belanja, sandal rumah, payung, dompet dan sejenisnya yang laku dijual (lihat foto).

Bahan plastik kantong bekas deterjen tersebut tentunya dipilah-pilah sesuai warna-warna yang dominan, kemudian dipola, dijahit. Dibagian luarnya dilapis plastik bening dan diberi pinggiran kain dengan warna yang sesuai. Jadilah sesuatu barang yang berguna dari barang yang tadinya dianggap sampah.


Beberapa waktu yang lalu, saya berkunjung ke React Center, Villa Delima, yang beralamat di Karang Tengah Raya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan 12440, Telpon 021-766841. Tempat ini dipakai untuk show-room barang-barang yang dibuat dari barang-barang bekas, antara lain plastik bekas, kertas bekas, dan lain-lain. Barang-barang yang dipamerkan cukup menarik, ada tas belanja, tempat sampah, dompet, tempat pinsil. Semuanya dari kantong plastik bekas yang telah disulap menjadi barang-barang yang fungsional.

Pelaku pembuat barang-barang ini adalah warga sekitar, jadi boleh dikatakan kegiatan ini berbasis warga. Pengelolanya adalah ibu Karen Isdaryono, Telpon 021-92752566 (Moga-moga alamat dan telpon belum berubah).


Lain lagi yang dirintis oleh seorang wirausahawan muda dari Ciledug, Tangerang. Namanya Aswin Aditya, alamatnya di Plastic Works, Perumahan Pondok Surya Blok S/13, Karang Tengah, Cileduk. Dari barang-barang bekas kantong plastik ini, berkat kegigihannya, telah mampu membuat kriya, cinderamata, handicraft yang pasarnya telah menembus luar negeri, dengan omzet puluhan juta rupiah per bulan, dan menyerap tenaga kerja. Bila ingin tahu lebih lanjut bisa dibaca di internet Unilever Peduli tentang Aswin Aditya.


Mari kita menggali dan mengimplementasikan konsep “ekonomi kreatif” ini. Bahan baku banyak di sekitar kita. Sambil kita ikut melaksanakan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Sampah rumah jangan dibuang, tetapi diproses menjadi barang berguna.

Read More..

Tuesday, November 13, 2007

MELELEHKAN PLASTIK MODEL PABRIK

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 14 November 2007
Foto: Sobirin 2005, Pabrik Pelet Plastik Daur Ulang Padalarang

Oleh: SOBIRIN
Kalau punya uang berlebih, dan bermaksud menginvestasikannya di dunia plastik daur ulang, sepertinya mudah menangguk keuntungan. Harga peralatan mesinnya saja sangat mahal untuk ukuran saya, sekitar Rp. 200 juta-an rupiah, tergantung dari kapasitasnya. Berapa keuntungan?


Lembar-lembar plastik bekas yang telah diseleksi dibeli dengan harga bervariasi mulai dari Rp 1.000,- per kilogram. Setelah menjadi pelet harganya jauh meningkat, ada yang Rp, 5.000,- per kilogram, bahkan kalau warna dan kualitasnya sesuai pasar bisa mencapai Rp, 10.000,-.

Karena penasaran ingin melihat seperti apa mesin pelet ini an bagaimana prosesnya, maka beberapa waktu yang lalu saya berkunjung ke pabrik ini, yaitu PT. XIN BAO MACHINERY INDONESIA (PT.XBMI), beralamat di Jl. Industri Cimareme II No. 7 Padalarang, Bandung, Jawa Barat, telpon 62-22-6868418, 62-22-6867883, fax 62-22-6866516. Waktu itu saya diterima oleh Bapak Deni selaku General Manager, HP 08122359188.

Rupanya pabrik ini, selain memproduksi pelet plastik daur ulang, juga memproduksi karung-karung plastik yang di-merk-I (dinamai) sesuai pesanan. Bahan baku karung plastik ini menggunakan polypropylene trilene. Selain itu rupanya pabrik ini (PT.XBMI) juga menjual peralatan mesin pelet daur ulang yang harganya ratusan juta seperti telah disebutkan di atas. Mesin pelet plastik daur ulang ini dinamai recycling granulator.

Mesin ini memanaskan tabung peleleh dengan suhu mencapai 200 sampai 300 derajat Celcius. Kapasitas produksi butir-butir pelet plastik bisa mencapai 3 ton selama operasi 8 jam sehari. Harga bahan dan harga jual seperti telah disebutkan di atas. Mesin ini bisa dioperasikan oleh 2 orang pekerja. Butir-butir pelet plastiknya seukuran butir-butir beras. Pelet yang berwarna putih jauh lebih mahal dibanding warna-warna lain. Hingga kini, menurut penjelasan staf PT.XBMI, pasar pelet plastik masih bagus, malah sangat menjanjikan. Berapa biaya produksi, berapa harga jual, berapa keuntungan, berapa lama modal kembali, dengan mudah bisa dihitung, dan pasti untung! Itu kalau punya modal, lahan, ketrampilan, dan pasar.

Tetapi prinsip dasar dari mesin recycling granulator ini sebenarnya sederhana saja. Lembar plastik bekas masuk, dipanasi, leleh, ditekan keluar, masuk air pendingin, dipotong kecil-kecil menjadi butiran, ditampung, dimasukkan dalam karung, lalu dijual kepada pasar yang telah menunggu.

Memang peralatan mesin ini khusus untuk skala besar atau skala pabrik, sedangkan untuk skala rumah tangga maka plus-minus peralatan dan perhitungannya akan lain. Sebaiknya bapak dan ibu bisa menciptakan mesin pelet skala kecil dan jauh lebih sederhana yang bisa dimanfaatkan untuk skala rumah tangga.

Read More..

Monday, November 12, 2007

MELELEHKAN PLASTIK MODEL PUSKIM

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 13 November 2007
Foto: Sobirin 2005, Alat Pengolah Plastik Kresek PUSKIM


Oleh: SOBIRIN
Kantong plastik kresek wadah makanan, belanjaan pasar, belanjaan warung, dan lain-lain sudah tidak lagi dipakai di negara-negara maju ramah lingkungan. Di tempat kita kantong plastik ini malah semakin membudaya dan menimbulkan dampak negatif yang sangat merugikan lingkungan.



Wadah belanjaan di negara-negara maju seperti di Amerika Serikat dan Eropa menggunakan kantong kertas yang mudah didaur-ulang.

Kita kerepotan dengan banyaknya kantong plastik kresek bekas yang dibuang sembarangan. Di alam bebas sulit sekali hancur atau lapuk. Mengotori pemandangan dan selalu menyumbat saluran-saluran drainase. Apalagi ada sisa sambel, sayur santan yang menempel di plastik tersebut. Membusuk, bau, mengundang lalat, menimbulkan penyakit.

Saya berkunjung di Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (disingkat PUSKIM), alamatnya di Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten BANDUNG 40393, PO BOX 812 BANDUNG 40008 , JAWA BARAT, INDONESIA Telepon 022-7798393, Fax. 022-7798392. Kantor ini dibawah naungan Badan Litbang Pekerjaan Umum, Departemen Pekerjaan Umum di Jakarta. Salah satu laboratoriumnya menciptakan alat untuk mengolah kantong plastik kresek bekas ini menjadi pelet-pelet plastik.

Sebenarnya alatnya cukup sederhana, dan bisa dibuat sendiri di bengkel (lihat foto inzet, kira-kira bentuknya begitu). Secara garis besar komponen-komponennya terdiri dari tabung besi diameter kira-kira 10 cm dan panjang 30 cm. Tabung ini di lubangi untuk corong tempat masuknya plastik kresek yang akan dilelehkan. Di ujung tabung yang satu ditutup, tetapi pada tutup ini ada lubang-lubang kecil tempat keluarnya plastik leleh. Di ujung tabung yang satunya lagi adalah tempat masuknya besi yang diberi sirip ulir. Bila besi sirip ulir ini berputar, sirip ulir akan mendorong plastik leleh keluar melalui lubang-lubang kecil.

Plastik leleh yang keluar melalui lubang ini bentuknya seperti cacing dengan suhu tinggi. Lalu dipotong-potong dengan pisau, dan potongan-potongan plastik panas ini akan jatuh ke dalam wadah yang diisi air untuk mendinginkannya, dan jadilah pelet-pelet plastik berwarna hitam (karena plastik kreseknya berwarna hitam).

Plastik bisa leleh tentunya kalau dipanaskan. Terlebih dahulu tabung besi dan besi sirip ulir tersebut diatas dipanaskan dengan alat pemanas. Di laboratorium PUSKIM ini pemanasnya menggunakan pemanas listrik. Sebenarnya bisa juga dengan pemanas lain, misalnya kompor, asal temperatur tabung bisa mencapai 150 derajat hingga 200 derajat Celcius.

Untuk apa pelet-pelet tadi? Bisa untuk bahan bangunan semacam bata bila diaduk dengan semen, menggantikan kerikil. Jauh lebih bermanfaat dibanding bila hanya dibuang begitu saja menjadi sampah yang bermasalah.

Sebenarnya kalau kita semua kampanye untuk tidak menggunakan kantong plastik kresek ini, dan meniru negara-negara lain yang ramah lingkungan menggunakan kantong kertas yang mudah didaur-ulang, maka akan sangat bisa mengurangi masalah sampah dan dampak negatifnya di tempat kita.

Read More..

Sunday, November 11, 2007

MELELEHKAN PLASTIK MODEL SENDIRI

MEMBUAT "BROS" PLASTIK BEKAS
Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 11 November 2007
Foto: Sobirin 2007, Nyala Lilin Melelehkan Plastik

Oleh: SOBIRIN

Pak Anjarseno menanyakan kepada saya melalui blog ini tentang proses pelelehan plastik bekas. Untuk skala rumah tangga dengan peralatan seadanya memang bisa saja. Begini caranya.



Cara yang saya pakai di rumah adalah sangat sederhana, yaitu sekedar melelehkan plastik saja dengan bentuk akhir tertentu. Tidak dibakar, hanya dipanaskan. Untuk cetakan-nya saya pergunakan sendok makan bekas yang tidak dipakai lagi.

Pertama: Plastik bekas sikat gigi, sisir, dan sejenisnya dipotong menjadi ukuran kecil-kecil. Kalau susah ditumbuk saja. Pilih warna plastik yang bermacam-macam, warna-warni. Boleh saja satu warna, terserah kemauan kita. Merah saja, putih saja. Atau campuran dua atau tiga warna.


Kedua: Taruh potongan-potongan kecil plastik dalam sendok. Sebelumnya sendok diisi sedikit minyak goreng (sedikit saja, atau dioles secukupnya).

Ketiga: Jangan lupa menyiapkan air dingin dalam wadah kobokan atau tempat cuci tangan, yaitu untuk mendinginkan plastik yang telah meleleh.


Keempat: Nyalakan lilin, lalu taruh sendok yang telah berisi potongan-potongan plastik di atas nyala lilin. Atur jarak api dengan sendok agar cukup panas, tetapi tidak sampai api menjilat plastik dan terbakar. Kalau terbakar, artinya sama saja kita membakar plastik dan akan berasap hitam mengandung racun dioksin.


Kelima: Plastik mulai meleleh. Kalau diukur, kira-kira suhunya sekitar 200 derajat Celcius. Bila telah meleleh semua, segera sendok dimasukkan ke dalam air dingin yang telah disiapkan. Plastik yang meleleh akan segera membeku dan lepas dari sendok. Kalau belum lepas, tekan dengan ibu jari supaya lepas. Jadilah bentukan sesuai cembungan sendok, berwarna sesuai pilihan kita.


Saya coba dengan kantong kresek plastik yang dipotong-potong kecil dengan gunting. Bisa juga dilelehkan dan dibentuk seperti tersebut di atas. Warnanya tergantung plastiknya. Tetapi hasilnya berwarna hitam keabu-abuan.


Sewaktu saya kecil dulu di kampung, saya juga pernah membuat hal ini. Waktu itu membuat “bros” atau “pin”. Pada tahap yang kelima, sewaktu plastik telah meleleh semua, lalu diatasnya diletakkan peniti (jarum peniti). Setelah dimasukkan ke dalam air dan lepas, jadilah “bros” atau “pin” sekedar mainan sewaktu jaman saya kecil dulu.


Silahkan dikembangkan dengan bentuk-bentuk cetakan yang lain, barangkali ada manfaatnya untuk berkreasi.

Read More..

Thursday, November 1, 2007

KEBUN LOBAK 1 METER PERSEGI

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 01 November 2007
Foto: Sobirin 2007, Kebun Mini Lobak Putih

Oleh: SOBIRIN
Tentunya ada yang senang lobak, dan tentunya banyak pula yang tidak senang lobak. Kebetulan saya mendapat benih lobak putih dari sobat saya pak Sajiboen, yang punya hobby utak-utik kompos.


Saya mempunyai bak bunga ukuran 1 x 1 meter persegi. Pertama bak bunga ini saya isi tanah dan kompos, dengan perbandingan tanah : kompos kira-kira 1 : 2. Diaduk-aduk sampai rata. Ditambah MOL yang telah diencerkan. Jenis MOL yang saya pakai adalah MOL “nasi basi” (lihat artikel blog 8 September 2007: Starter Kompos Mikro Organik Gratisan).

Sementara itu benih lobak disemai ditempat persemaian. Lobak ini dikenal dengan nama lobak putih (Chinese Radish Long), ukuran benihnya berdiameter kurang lebih 3 milimeter sampai 5 milimeter, berwarna coklat muda. Saya memanfatkan sebagian bak bunga tadi untuk tempat persemaian. Tanah tempat persemaian ini lalu diberi tutup pelindung daun-daunan supaya benih tumbuh dengan sempurna.

Kecambah mulai tumbuh pada hari ke 7, dan pada saat berumur 15 sampai 20 hari tanaman-tanaman lobak muda ini ditanam satu-satu dengan jarak 20 centimeter-an. Jadi dalam bak bunga seukuran 1 meter persegi ditanami lobak muda sebanyak 20 tanaman.


Tanaman disiram setiap hari, dan diberi MOL encer setiap 3 hari sekali. Rumput dan tanaman liar segera dicabut bila kelihatan tumbuh di antara lobak-lobak ini.

Tampak foto ketika lobak ini berumur 1 bulan, lobak-lobak ini tumbuh subur. Lobak bisa dipanen setelah 50 hari sejak ditanam. Saat tulisan ini dibuat, belum panen. Nanti kalau panen, hasilnya difoto dan disajikan dalam blog ini. Untuk apa lobak? Bisa dilalab (kalau suka), bisa untuk bahan soto Bandung.

Read More..