Saturday, December 29, 2007

BERBAGI SINAR MATAHARI

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 30 Desember 2007
Foto: Sobirin 2007, Pohon Kersen Jl. Alfa 92, dirapihkan

Oleh: SOBIRIN
Saya senang menanam pohon keras tahunan di halaman rumah, ada jambu, belimbing, cengkeh, kersen. Karena keterbatasan lahan, pohon-pohon tumbuh saling bertabrakan dan daun-daunnya menutupi sinar matahari. Dampaknya, tanaman semusim di pekarangan saya, ada tomat, cabe, kangkung darat, dan lain-lainnya menjadi agak pucat, karena kurang sinar matahari. Tanaman juga sangat memerlukan sinar matahari.



Untuk berbagi sinar matahari, maka saya memangkas pohon-pohon di halaman rumah. Cabang dan ranting yang tumbuh liar saya potong. Tidak semuanya, asal rapih dan cukup memberi celah-celah agar sinar matahari mengenai permukaan tanah.

Terlalu banyak pohon di halaman rumah tidak baik, tidak ada pohon di halaman rumah lebih tidak baik.

Untuk memperoleh bentuk pohon keras tahunan yang indah dan kuat, perlu tahapan penanaman sebagai berikut: penyiraman, pemupukan, penyemprotan, pemangkasan, demikian berulang terus Pohon di halaman rumah perlu pemangkasan setiap waktu tertentu. Kalau tidak dilakukan pemangkasan, maka cabang dan ranting akan tumbuh liar tidak sesuai dengan bentuk yang kita inginkan, meluas menutupi sinar matahari.

Pohon keras tahunan membuat iklim mikro di sekitar rumah menjadi nyaman, sejuk. Bila jumlah pohon terlalu banyak, maka permukaan tanah tidak mendapat sinar matahari. Tanaman perdu menjadi pucat, rumputpun tidak tumbuh.

Berapa sebaiknya jumlah popon di halaman rumah. Katakan luas lahan yang kita miliki 200 m2, sebaiknya luas lahan terbangun 40% saja, atau sekitar 80 m2, boleh bertingkat. Sisanya 120 m2 untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH). Dari 120 m2 lahan yang tidak terbangun, katakan 30% nya untuk pepohonan keras tahunan, atau seluas 40 m2. Kalau luas naungan satu pohon (kanopi) kita pilih 10 m2-an, maka jumlah pohon adalah 4 batang, di tanam menyebar, dipilih pohon yang bermanfaat bisa dipanen buahnya. Sisanya 80 m2 untuk halaman terbuka yang ditanami rerumputan, bunga-bungaan, atau sayuran semusim.

Sinar matahari yang cukup ditambah pupuk organik dan MOL akan membuat tanaman bunga-bungaan dan sayuran semusim kita tumbuh subur.

Read More..

Thursday, December 27, 2007

KOMPOS ANAEROB LEBIH HALUS

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 27 Desember 2007
Foto: Sobirin 2007, Pohon Jambu dan Kompos Anaerob

Oleh: SOBIRIN
Membuat kompos bisa dengan cara macam-macam. Ada cara AEROB ada cara ANAEROB. Dua macam cara ini dapat dibaca pada artikel-artikel yang lalu di Blog ini. Ketika kompos ANAEROB ini saya panen, ternyata komposnya lebih halus, berwarna coklat kehitaman. Saya manfaatkan antara lain untuk mengompos pohon jambu muda (lihat foto).


Cara ANAEROB yaitu dengan mewadahi bahan kompos kedalam lubang yang digali di halaman rumah. Ukuran lubang: panjang 60 cm, lebar 60 cm, dalam 100 cm. Biarkan lubang telanjang langsung tanah, jangan disemen. Kalau mau di semen atau dipasang bata hanya dekat permukaan tanah saja, supaya tidak longsor.

ANAEROB artinya tertutup, tidak ada udara dari luar yang masuk. Oleh karena itu kompester model lubang ini ditutup di atasnya dengan plat beton tipis. Kalau ditutup dengan kayu, maka kayunya mudah lapuk, dimakan mikro organisme dalam MOL.

Bahan kompos yang terdiri dari daun hijau dan daun coklat dipotong kecil-kecil. Dedaunan kering yang berukuran kecil-kecil yang berserakan di pekarangan dimasukkan saja ke dalam lubang ini. Setelah itu tuangkan MOL ke dalamnya. Ampas MOL juga boleh dimasukkan. Bahkan kalau ada bangkai tikus, bangkai ayam, bangkai bekicot, masukkan saja ke dalam lubang komposter ANAEROB ini. Setelah itu taburkan tanah dari selokan setebal sekitar 5 cm di atasnya. Barulah kemudian lubang ditutup dengan tutup plat beton.

Dalam beberapa hari volume bahan kompos menyusut. Tambahkan lagi bahan serupa, tuangkan MOL, taburkan tanah selokan, tutup kembali dengan plat beton. Demikian seterusnya berulang kali. Lubang ukuran 60 cm x 60 cm x 100 cm ternyata tidak penuh-penuh dalam selang waktu lama, bahkan pengalaman saya sampai 2 tahun baru padat, tidak bisa diisi lagi.

Suatu hari komposter ANAEROB yang penuh ini saya gali, komposnya dipanen, hasilnya sungguh menakjubkan. Komposnya lebih halus, lebih lembut, berwarna seperti tanah kehitaman. Kompos yang saya panen tersebut saya manfaatkan untuk mengompos tanaman-tanaman yang ada di pekarangan saya, antara lain pohon jambu muda, dan lain-lainnya.

Lubang yang telah kosong dimanfaatkan lagi untuk membuat kompos cara ANAEROB.

Read More..

POHON TIN POHON SORGA DAN PUPUK ORGANIK

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 27 Desember 2007
Foto: Sobirin 2007, Pohon Tin di Jl. Alfa 92 Bandung

Oleh: SOBIRIN
Sewaktu Idulfitri tahun ini, saya kedatangan banyak saudara, diantaranya keluarga adik saya yang dari Semarang. Adik saya ini senang pada tanaman. Banyak tanaman dibeli. Ketika pulang, mobilnya penuh. Salah satu tanaman ditinggal untuk saya yaitu bibit pohon tin, pohon yang disebut-sebut dalam Kitab Suci Al Qur’an.



Saya tanamkan pohon tin ini di halaman depan rumah, dalam lubang yang digali dan diberi kompos buatan sendiri. Ternyata tanaman yang menurut sahibul hikayat berasal dari Timur Tengah ini nampak tumbuh subur dengan siraman-siraman MOL buatan sendiri yang diencerkan. Namun ada sejenis belalang hijau yang menyenangi daun tin ini. Pada hal disekitarnya banyak dedaunan lain tetapi belalang memilih daun tin, rupanya daunnya enak bagi belalang ini. Terpaksa setiap saat saya menghalau sang belalang ini.

Budi Sutomo (2007), pengelola blog: budiboga.blogspot.com, mengatakan bahwa pohon tin ini adalah pohon surgawi. Buah tin muda berwarna kehijauan, kemudian seiring dengan matangnya buah, warna kulit akan berubah menjadi ungu kehitaman.

Dikatakan selanjutnya, buah muda biasanya dikonsumsi sebagai olahan sayur, dimasak dengan aneka daging atau campuran selada. Jika sudah tua dan matang sangat lezat dikonsumsi sebagai buah meja. Di Timur Tengah maupun Eropa, tin termasuk buah mewah dan sangat mahal. Dulunya hanya dikonsumsi kalangan bangsawan atau di saat acara-acara istimewa.


Menurut keterangan menantu adik saya yang dari Semarang ini, pohon tin ini bisa tinggi sampai 3 (tiga) meter lebih. Menantu adik saya ini orang Perancis, dan punya pohon tin di rumahnya di Perancis sana.

Moga-moga saja pohon tin yang saya tanam ini bisa tumbuh subur, berbuah, dan bisa dinikmati.

Read More..

Saturday, December 15, 2007

BETERNAK MIKRO ORGANISME LOKAL

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 16 Desember 2007
Foto: Sobirin 2007, Beternak Biang MOL dalam Jerigen

Oleh: SOBIRIN
MOL dari sampah dapur memang tiap hari harus dibuat, karena tiap hari sampah dapur juga terus diproduksi. Beda dengan MOL sampah dapur, misalnya MOL dari nasi basi yang telah berjamur, sekali membuatnya bisa untuk selamanya, diternakkan.



Mohon dibuka lagi artikel dalam blog ini tentang cara membuat MOL dari nasi basi yang dikepal-kepal, kemudian ditaruh ditempat sampah yang lembab sampai berjamur.

Kepalan-kepalan nasi basi sebanyak 10 kepalan yang telah berjamur dimasukkan dalam jerigen plastik ukuran 5 liter , diisi air kira-kira tiga perempatnya, lalu tambahkan gula pasir 10 sendok makan. Jerigen jangan ditutup, agar ada sirkulasi udara. Biarkan selama 5 hari, maka bila kita cium akan berbau seperti alkohol, atau bau tapai, rada tengik sedikit, itu adalah ciri-ciri MOL kita telah berproses.

MOL cair ini bisa kita gunakan sebagai starter untuk membuat kompos. Bahan kompos, dari campuran dedaunan segar berwarna hijau dan dedaunan lapuk berwarna coklat yang telah dirajang menjadi ukuran kecil-kecil, lalu disemprot dengan MOL cair ini yang telah diencerkan. Diaduk-aduk setiap 3 hari, semprotkan lagi MOL cair, maka diharapkan dalam waktu 3 minggu kompos bisa dipanen.

Lalu sisa cairan MOL dalam jerigen diapakan? Diternakkan menjadi BIANG MOL. Cairan MOL dalam jerigen jangan dihabiskan. Setiap mengambil cairan MOL, sisakan barang setengahnya di dalam jerigen. Lalu ke dalam jerigen yang masih ada sisa MOL tersebut ditambahkan air lagi sampai volumenya seperti semula, yaitu tiga perempat jerigen. Tambahkan lagi gula pasir 10 sendok ke dalamnya. Biarkan berproses selama 5 hari, MOL bisa kita panen kembali.

Demikian ide sederhana untuk menambah semangat membuat kita menjadi ZERO WASTE. Sampah rumah jangan dibuang ke luar rumah, diproses sendiri saja menjadi barang berguna, antara lain kompos.

Read More..

Friday, December 14, 2007

TANYA-JAWAB MEMBUAT MOL DAN KOMPOS

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 15 Desember 2007
Foto: Sobirin 2007, AGROHOME dengan MOL dan KOMPOS

Oleh: SOBIRIN
Tiga kali pak Dwi Suhendi mengirim e-mail kepada saya menanyakan cara membuat kompos tahap demi tahap bagi pemula. Sekalian menjelaskan kembali kepada pak Dwi, berikut ini saya transkrip-kan tanya jawabnya, semoga bermanfaat pula untuk yang berminat.



DWI: Untuk pembuatan kompos non protein, tolong diinfokan mana-mana atau apa saja yang perlu saya perhatikan. Dari blog clearwaste, cara yang saya tangkap kira-kira seperti ini (saya baru pertama kali membuat kompos): buat MOL dulu, contoh dari nasi basi yang sudah jadi warna orange di tambah air gula. Kira-kita perbandingannya berapa ya pak? Juga waktu prosesnya berapa lama?. Lalu ciri-ciri MOL yang sudah siap pakai bagaimana ya?
SOB: Buat MOL dulu, misalnya MOL nasi basi yang sudah berjamur, 10 kepal masukkan dalam botol plastik air kemasan aqua ukuran 1500 ml (ukuran besar), tambahkan air sebanyak 3/4 isi botol, tambahkan gula pasir 10 sendok makan. JANGAN ditutup, biarkan botol terbuka. Biarkan berproses dengan waktu antara 5-7 hari. Ciri-cirinya yaitu: air keruh, air bau alkohol atau tapai (peuyeum).

DWI: Setelah MOL sudah siap, kemudian siapkan bahan-bahan kompos non proteinnya, contoh sayur-sayuran segar sisa bahan masakan (tangkai dan batangnya), dan daun-daun yang coklat. Kalau saya sulit mendapatkannya bagaimana pak? Apakah sayuran hijau saja tidak bisa? Kalau sisa sayur kemarin bisa diikutkan tidak? Kalau bisa, perlu ditiriskan tidak dari air sayurnya?
SOB: Sisa potongan sayuran segar berwarna hijau diperlukan karena mengandung nitrogen. Kalau tidak ada sisa potongan sayuran segar, bisa diganti dengan daun hijau dari pagar hidup (teh-tehan, beluntas, dan sejenisnya). Kemudian daun-daun kering yang jatuh dari ranting pohon dan sudah berwarna cokat diperlukan karena mengandung karbon. Daun-daun kering ini bisa diambil dari pekarangan rumah atau pinggir jalan. Upayakan ada yang hijau dan ada yang coklat, dengan perbandingan hijau:coklat kira-kira 1 : 1. Ranting atau kayu jangan diikutkan, nanti kalau kurang sempurna prosesnya bisa mengundang rayap. Sayur kemarin yang sudah jadi masakan sebaiknya TIDAK untuk bahan kompos aerob. Sayuran yang sdh dimasak lengkap dengan kuahnya baiknya untuk bahan MOL DAPUR, atau masukkan saja ke lubang kompos ANAEROB.

DWI: Setelah bahan lengkap, bahan sayuran di rajang sampai kecil, baru kemudian di semprotkan MOL nya. Menyemprot dengan MOL ini sampai basah tidak pak?
SOB: Bahan kompos yang hijau dan coklat dirajang kecil-kecil (hati-hati bila merajang dengan bedog atau bendo, meleset sedikit bisa kena jari tangan). Ukuran rajangan rata-rata 3 cm. Menyemprot MOL jangan basah kuyup, tetapi cukup LEMBAB saja.

DWI: Saya menngunakan wadah atau komposter menggunakan karung bekas beras. Bahan-bahan yang telah diberi MOL, dimasukan ke dalam karung. Karung perlu dilubangi atau tidak pak? Atau udaranya cukup dari membuka karung setiap 3 hari sekali ?
SOB: Karena prosesnya AEROB, maka karung perlu dilubangi kecil-kecil, asal bahan kompos tidak bisa keluar dari lubang. Cara melubangi dengan dicoblos dengan paku besar, obeng, atau pisau kecil. Bagusnya dipakai saja karung yang sudah berlubang-lubang yang biasa untuk wadah buah-buah atau kentang (ada yang warna biru atau merah, beli atau minta saja di tukang sayur di pasar tradisional). Isikan bahan kompos yang sudah disemprot MOL ke dalam karung, sampai penuh, lalu diikat.

DWI: Setiap 3 hari karung dibuka dan disemprot MOL lagi. Antara hari 1 - 3 itu boleh ditambahkan sampah hijau yang lain tdk pak? Apa tunggu sampai kompos pertama jadi?
SOB: Kalau pakai karung, karena volumenya terbatas, biarkan saja sampai proses selesai selama 3 minggu. Jangan ditambah-tambah bahan kompos baru. Tiap 3 hari diaduk, dibolak-balik, semprotkan MOL, lembab saja. Tanda-tanda berhasil: hari ke 3 sampai hari ke 15 suhu meningkat tinggi, bisa sampai 60-70 derajat C. Hari ke 16 sampai hari ke 20 suhu mendingin. Warna kompos coklat kehitaman. Hari ke 27 bisa dipanen. Jangan kaget, volume bahan-bahan yang tadinya satu karung penuh, kalau sudah jadi kompos tinggal 1/2 atau 1/3 nya. Baiknya gunakan juga MOL dapur sebagai perbandingan. Artinya buat beberapa karung, 2 atau 3 karung tapi MOL-nya beda2. Periksa bagus yang mana hasilnya. Syarat utama: bahan kompos di rajang2 kecil2 ukuran 3-5 cm, selama proses di aduk-aduk paling tidak 3 hari sekali. Lebih bagus lagi bahan-bahan kompos tadi dicampur dengan kotoran ayam, kelinci, sapi (kalau ada).

DWI: Untuk pembuatan kompos pertama kali, kompos akan jadi dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Benarkah?
SOB: Benar, asal mengikuti langkah-langkah seperti yang telah dijelaskan.
Selamat mencoba dan YANG UTAMA ADALAH: RUMAH MENJADI ZERO WASTE. Setelah sukses membuat kompos, upayakan ada nilai tambah dengan membangun AGROHOME, yaitu pertanian rumah tangga.

Read More..

Wednesday, December 5, 2007

SELAMAT UNTUK TIM BIOPORI PAK KAMIR CS

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 5 Desember 2007
Foto: Sobirin 2007, Lubang Kecil Manfaat Besar

Oleh: SOBIRIN
Awalnya saya awam, apa itu biopori? Ketika saya berselancar di internet mencari informasi tentang biopori, ketemu, alamatnya di www.biopori.com web kepunyaan Tim Biopori pimpinan Bapak Kamir R Brata.


Biopori adalah teknologi sederhana tepat guna multi fungsi. Bisa untuk resapan air, bisa untuk mengurangi genangan air, bisa untuk wadah pengomposan, dan tentunya menyuburkan tanah.

Tim penemu teknologi tepat guna ini terdiri dari staf pengajar pada Bagian Konservasi Tanah dan Air, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB. Tim diketuai oleh: Kamir R Brata, dengan anggotanya: Wahyu Purwakusuma, Yayat Hidayat, Enny Dwiwahyuni, DP Tejo Baskoro, dan Maspudin.

Banyak pujian telah diterima oleh tim ini, berbagai media masa memberitakan tentang penemuan sederhana tapi manfaatnya sangat besar ini. Harian Kompas, Rabu tanggal 5 Desember 2007 menurunkan berita di halaman 26 dengan judul: “Lubang Biopori Bisa Cegah Banjir”.


Tim ini menamakan hasil temuannya dengan istilah Lubang Resapan Biopori (LRB). Prinsip LRB adalah lubang di tanah berdiameter 10 cm (bisa lebih) kedalaman 1 meter. Ke dalam lubang dimasukkan sampah organik yang diharapkan akan dimakan oleh organisme yang ada di dalam tanah. Dikatakan di halaman seluas 50 meter persegi bisa dibuat sebanyak 20 sampai 40 LRB, tergantung curah hujan dan sifat kelulusan air dari lapisan tanah setempat.


Alat untuk membuat lubangnya sangat sederhana, semacam bor tangan. Tim ini menjualnya dengan harga Rp. 175.000,- ditambah ongkod kirim. Pesan alat bisa ke alamat website tim ini.

Saya mengucapkan selamat atas penemuan ini. Bagus sekali. Saya ingin punya alat tersebut, kapan-kapan saya akan beli. Nah, karena penasaran, saya mohon ijin kepada Tim Biopori ini untuk mencobanya di halaman rumah saya, sementara saya membuat lubang dengan bambu runcing sebagai alat bornya.

Kebetulan rumah saya memproduksi kompos, maka bahan-bahan kompos setengah jadi saya jejalkan ke lubang ini. Rumah bakalan semakin ”zero waste”.


Sekali lagi selamat kepada Pak Kamir dan seluruh anggota Tim Biopori!

Read More..

IBU-IBU FORKOM BANDUNG INGIN "ZERO WASTE"

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 5 Desember 2007
Foto: Sobirin 2007, Kunjungan Ibu-Ibu Forkom Bandung
Oleh: SOBIRIN
Saya senang sekali ketika ibu-ibu dari Forum Komunikasi (Forkom) Bandung datang meninjau cara-cara membuat kompos di rumah saya. Ibu-ibu ini dipimpin langsung oleh Ibu Kusmaeni, yang juga anggota DPRD Kota Bandung.



Sekitar jam 15.30 hari Senin tanggal 3 Desember 2007, sebanyak 15 orang ibu-ibu dari Forkom Bandung tersebut datang ke jalan Alfa 92 Bandung menggunakan bus kecil. Semua serius mendengarkan penjelasan dari saya dan pak Endut (asisten kompos saya).

Cara memilah-milah kompos yang anorganik dan anorganik, cara membuat mikro organisme lokal (MOL) sebagai starter kompos dan pupuk cair, cara mencacag bahan kompos daun hijau dan daun kering menjadi kecil-kecil, cara mencampur bahan kompos dengan MOL, semuanya dicatat oleh ibu-ibu.

Wadah untuk membuat kompos? Kalau tidak ada tempat untuk membuat komposter bata terawang, bisa juga menggunakan keranjang bambu besar, bisa juga menggunakan karung. Mudah saja, jangan terlalu dipikirkan sulitnya.

Sewaktu membuka tong plastik yang berisi MOL, sebagian ibu-ibu ada yang menutup hidung. Agak bau katanya. Bau gas metan sedikit, soalnya beberapa hari lalu saya menutup tong ini agak rapat, jadi kurang udara bebas. Tetapi tidak apa-apa, kualitas MOL tetap bagus.

Penjelasan tidak lama, karena melihat langsung dengan mata kepala sendiri bagaimana cara-cara membuat MOL dan kompos. Semoga ibu-ibu ini langsung mempraktekannya di rumah masing-masing, dan dicontoh pula oleh para tetangga mereka. Semoga ”zero waste” bisa dilakukan oleh tiap keluarga di Kota Bandung.

Read More..

PANEN LOBAK DARI "AGROHOME"

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 5 Desember 2007
Foto: Sobirin, 2007, Panen Lobak

Oleh: SOBIRIN
Benih lobak yang diberi oleh pak Sajiboen beberapa waktu lalu, kemudian saya tanam, sekarang sudah saatnya dipanen. Lumayan juga panenan dari “agrohome” ini. Jumlahnya banyak, lobaknyapun besar-besar. Lalu lobak ini untuk dimasak apa?



"Agrohome"?
Pertanian rumah tangga? Dengan pekarangan yang relatif sempit pun "agrohome" ini bisa dilakukan. Kalau tidak ada lahan sama sekali, bisa saja dengan pot-pot yang digantung.

Tanah dicampur kompos buatan sendiri, dengan perbandingan 1 bagian tanah dicampur 2 bagian kompos, diaduk rata lalu dimasukkan dalam pot. Kemudian dibasahi dan ditabur bibit yang akan ditanam. Tergantung jebis bibitnya. Bisa disemai dulu di tempat lain, bisa juga langsung ditabur dalam pot tersebut.

Memang perlu tekun dalam pemeliharaannya. Tanaman diberi air secukupnya, ditambah MOL (mikro organisme lokal) buatan sendiri yang diencerkan. Tiap 3 hari sekali tanah dirapihkan, bila ada rumput liar langsung saja dicabut.

Selang beberapa minggu, tanaman muda yang subur akan muncul dalam pot kita. Pemeliharaan terus hingga tanaman dewasa dan bisa dipanen.

"Agrohome" adalah lanjutan dari "zerowaste". Sampah organik rumah tangga diproses jadi kompos dan kompos dimanfaatkan untuk "agrohome". Nilai tambahnya sangat besar, sebab kalau hanya membuat kompos lalu dijual, sangat tidak ekonomis, sebab harga kompos paling berapa? Rp 300,- per kilogram (ada juga yang menjual Rp 1.000,- per kilogram). Sebaiknya untuk "agrohome" saja. Apalagi yang ditanam adalah tanaman-tanaman eksotik, harga jualnya bisa sangat mahal.

Kembali ke lobak saya. Untuk apa? Sementara ini untuk lalab dan untuk membuat ’soto bandung’.

Read More..

Saturday, November 17, 2007

KARYA WISATA KOMPOS RUMAH TANGGA

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 17 November 2007
Foto: Sobirin, 2007, Pemkot Bandung Meninjau Komposter Saya

Oleh: SOBIRIN
Semenjak rumah saya dikenal “zero waste”, sampah rumah tidak dibuang keluar rumah, tetapi diproses menjadi kompos dan lain-lain, maka telah banyak warga yang datang ingin melihat dari dekat bagaimana cara-cara membuat MOL, membuat kompos, dan hal-hal yang terkait.


S
udah lebih dari 200-an warga yang telah datang berkunjung ke rumah saya di Jalan Alfa No. 92 Cigadung, Komplek UNPAD II, Bandung 40191. Kadang warga datang berombongan, kadang hanya sendiri atau berdua atau bertiga. Semua ingin melihat bagaimana cara membuat MOL, cara membuat kompos, kertas daur ulang dan lain-lainnya. Potret sana, jepret sini.

Macam-macam kelompok warga yang datang, ada yang dari ibu-ibu PKK, ada guru, ada dari keluarga masjid, ada dari Rotary Club, ada dari hotel, ada dari pematung terkenal pak Soenaryo, dan masih banyak lagi.


Malah dari Rotary Club Bandung (Rotary Bandung yang mana saya tidak hafal) termasuk Bapak Sudjatmiko selaku Gubernur Rotary juga datang melihat komposter di rumah saya. Karena model komposternya sangat sederhana, mudah dibuat, mudah dipanen, serta tidak mahal dalam konstruksinya, maka Rotary mengadopsinya untuk disebar-luaskan di tempat-tempat lain.


Ketika semakin banyak yang berminat, maka saya mengatur waktu kunjungan semacam karya wisata ini. Jadwal saya atur dari Senin hingga Jumat, dari pukul 07.00 hingga 09.00 pagi. Saya mengatakan bahwa setelah jam 09.00 saya pergi keluar rumah untuk urusan sosial yang lain.


Tanggal 8 November 2007 yang lalu, pak Dadang dan pak Djeni staf dari Dinas Pertamanan dan Permakaman Pemerintah Kota Bandung juga datang ingin mengadopsi model komposter yang ada di rumah saya untuk di pasang di Pendopo Walikota Bandung.

Setelah meninjau komposter saya, moga-moga saja mereka membuatnya di rumah masing-masing. Moga-moga warga kota menjadi peduli dengan sampahnya. Sampah diolah menjadi berkah.

Read More..

Wednesday, November 14, 2007

KRIYA PLASTIK BEKAS DAN EKONOMI KREATIF

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 15 November 2007
Foto: Rokhani, 2005, Kerajinan Kantong Plastik Bekas


Oleh: SOBIRIN

Ketika lapangan pekerjaan sulit dicari, ketika hidup ini menganggur, perlu upaya memutar otak agar dapur terus mengebul. Konsep “ekonomi kreatif” dengan menciptakan barang bekas menjadi barang berguna dan laku dijual, merupakan trend bisnis baru yang sangat menjanjikan.



Ekonomi kreatif” yang menggabungkan antara seni, budaya, ketram
pilan, barang bekas, bisnis, lingkungan, dan kewirausahaan saat ini merupakan trend baru yang mulai menggeliat. Awalnya saya diberitahu tentang "ekonomi kreatif" ini oleh pak Sajiboen, yang juga seorang wirausahawan. Bahkan secara ilmiah telah diwacanakan di Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung oleh Togar M. Simatupang.

Hal ini bisa juga langsung dipraktekkan oleh awam dan masyarakat biasa, dengan syarat berniat, tekun dan terus berintervensi ke pasar dengan semangat wirausaha yang tangguh.
Sebagai contoh, plastik bekas bungkus deterjen atau sejenisnya yang berukuran sedikit lebar, telah dimanfaatkan untuk kerajinan tangan, kriya, handicraft berupa tas kantong belanja, sandal rumah, payung, dompet dan sejenisnya yang laku dijual (lihat foto).

Bahan plastik kantong bekas deterjen tersebut tentunya dipilah-pilah sesuai warna-warna yang dominan, kemudian dipola, dijahit. Dibagian luarnya dilapis plastik bening dan diberi pinggiran kain dengan warna yang sesuai. Jadilah sesuatu barang yang berguna dari barang yang tadinya dianggap sampah.


Beberapa waktu yang lalu, saya berkunjung ke React Center, Villa Delima, yang beralamat di Karang Tengah Raya, Lebak Bulus, Jakarta Selatan 12440, Telpon 021-766841. Tempat ini dipakai untuk show-room barang-barang yang dibuat dari barang-barang bekas, antara lain plastik bekas, kertas bekas, dan lain-lain. Barang-barang yang dipamerkan cukup menarik, ada tas belanja, tempat sampah, dompet, tempat pinsil. Semuanya dari kantong plastik bekas yang telah disulap menjadi barang-barang yang fungsional.

Pelaku pembuat barang-barang ini adalah warga sekitar, jadi boleh dikatakan kegiatan ini berbasis warga. Pengelolanya adalah ibu Karen Isdaryono, Telpon 021-92752566 (Moga-moga alamat dan telpon belum berubah).


Lain lagi yang dirintis oleh seorang wirausahawan muda dari Ciledug, Tangerang. Namanya Aswin Aditya, alamatnya di Plastic Works, Perumahan Pondok Surya Blok S/13, Karang Tengah, Cileduk. Dari barang-barang bekas kantong plastik ini, berkat kegigihannya, telah mampu membuat kriya, cinderamata, handicraft yang pasarnya telah menembus luar negeri, dengan omzet puluhan juta rupiah per bulan, dan menyerap tenaga kerja. Bila ingin tahu lebih lanjut bisa dibaca di internet Unilever Peduli tentang Aswin Aditya.


Mari kita menggali dan mengimplementasikan konsep “ekonomi kreatif” ini. Bahan baku banyak di sekitar kita. Sambil kita ikut melaksanakan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Sampah rumah jangan dibuang, tetapi diproses menjadi barang berguna.

Read More..

Tuesday, November 13, 2007

MELELEHKAN PLASTIK MODEL PABRIK

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 14 November 2007
Foto: Sobirin 2005, Pabrik Pelet Plastik Daur Ulang Padalarang

Oleh: SOBIRIN
Kalau punya uang berlebih, dan bermaksud menginvestasikannya di dunia plastik daur ulang, sepertinya mudah menangguk keuntungan. Harga peralatan mesinnya saja sangat mahal untuk ukuran saya, sekitar Rp. 200 juta-an rupiah, tergantung dari kapasitasnya. Berapa keuntungan?


Lembar-lembar plastik bekas yang telah diseleksi dibeli dengan harga bervariasi mulai dari Rp 1.000,- per kilogram. Setelah menjadi pelet harganya jauh meningkat, ada yang Rp, 5.000,- per kilogram, bahkan kalau warna dan kualitasnya sesuai pasar bisa mencapai Rp, 10.000,-.

Karena penasaran ingin melihat seperti apa mesin pelet ini an bagaimana prosesnya, maka beberapa waktu yang lalu saya berkunjung ke pabrik ini, yaitu PT. XIN BAO MACHINERY INDONESIA (PT.XBMI), beralamat di Jl. Industri Cimareme II No. 7 Padalarang, Bandung, Jawa Barat, telpon 62-22-6868418, 62-22-6867883, fax 62-22-6866516. Waktu itu saya diterima oleh Bapak Deni selaku General Manager, HP 08122359188.

Rupanya pabrik ini, selain memproduksi pelet plastik daur ulang, juga memproduksi karung-karung plastik yang di-merk-I (dinamai) sesuai pesanan. Bahan baku karung plastik ini menggunakan polypropylene trilene. Selain itu rupanya pabrik ini (PT.XBMI) juga menjual peralatan mesin pelet daur ulang yang harganya ratusan juta seperti telah disebutkan di atas. Mesin pelet plastik daur ulang ini dinamai recycling granulator.

Mesin ini memanaskan tabung peleleh dengan suhu mencapai 200 sampai 300 derajat Celcius. Kapasitas produksi butir-butir pelet plastik bisa mencapai 3 ton selama operasi 8 jam sehari. Harga bahan dan harga jual seperti telah disebutkan di atas. Mesin ini bisa dioperasikan oleh 2 orang pekerja. Butir-butir pelet plastiknya seukuran butir-butir beras. Pelet yang berwarna putih jauh lebih mahal dibanding warna-warna lain. Hingga kini, menurut penjelasan staf PT.XBMI, pasar pelet plastik masih bagus, malah sangat menjanjikan. Berapa biaya produksi, berapa harga jual, berapa keuntungan, berapa lama modal kembali, dengan mudah bisa dihitung, dan pasti untung! Itu kalau punya modal, lahan, ketrampilan, dan pasar.

Tetapi prinsip dasar dari mesin recycling granulator ini sebenarnya sederhana saja. Lembar plastik bekas masuk, dipanasi, leleh, ditekan keluar, masuk air pendingin, dipotong kecil-kecil menjadi butiran, ditampung, dimasukkan dalam karung, lalu dijual kepada pasar yang telah menunggu.

Memang peralatan mesin ini khusus untuk skala besar atau skala pabrik, sedangkan untuk skala rumah tangga maka plus-minus peralatan dan perhitungannya akan lain. Sebaiknya bapak dan ibu bisa menciptakan mesin pelet skala kecil dan jauh lebih sederhana yang bisa dimanfaatkan untuk skala rumah tangga.

Read More..

Monday, November 12, 2007

MELELEHKAN PLASTIK MODEL PUSKIM

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 13 November 2007
Foto: Sobirin 2005, Alat Pengolah Plastik Kresek PUSKIM


Oleh: SOBIRIN
Kantong plastik kresek wadah makanan, belanjaan pasar, belanjaan warung, dan lain-lain sudah tidak lagi dipakai di negara-negara maju ramah lingkungan. Di tempat kita kantong plastik ini malah semakin membudaya dan menimbulkan dampak negatif yang sangat merugikan lingkungan.



Wadah belanjaan di negara-negara maju seperti di Amerika Serikat dan Eropa menggunakan kantong kertas yang mudah didaur-ulang.

Kita kerepotan dengan banyaknya kantong plastik kresek bekas yang dibuang sembarangan. Di alam bebas sulit sekali hancur atau lapuk. Mengotori pemandangan dan selalu menyumbat saluran-saluran drainase. Apalagi ada sisa sambel, sayur santan yang menempel di plastik tersebut. Membusuk, bau, mengundang lalat, menimbulkan penyakit.

Saya berkunjung di Kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (disingkat PUSKIM), alamatnya di Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten BANDUNG 40393, PO BOX 812 BANDUNG 40008 , JAWA BARAT, INDONESIA Telepon 022-7798393, Fax. 022-7798392. Kantor ini dibawah naungan Badan Litbang Pekerjaan Umum, Departemen Pekerjaan Umum di Jakarta. Salah satu laboratoriumnya menciptakan alat untuk mengolah kantong plastik kresek bekas ini menjadi pelet-pelet plastik.

Sebenarnya alatnya cukup sederhana, dan bisa dibuat sendiri di bengkel (lihat foto inzet, kira-kira bentuknya begitu). Secara garis besar komponen-komponennya terdiri dari tabung besi diameter kira-kira 10 cm dan panjang 30 cm. Tabung ini di lubangi untuk corong tempat masuknya plastik kresek yang akan dilelehkan. Di ujung tabung yang satu ditutup, tetapi pada tutup ini ada lubang-lubang kecil tempat keluarnya plastik leleh. Di ujung tabung yang satunya lagi adalah tempat masuknya besi yang diberi sirip ulir. Bila besi sirip ulir ini berputar, sirip ulir akan mendorong plastik leleh keluar melalui lubang-lubang kecil.

Plastik leleh yang keluar melalui lubang ini bentuknya seperti cacing dengan suhu tinggi. Lalu dipotong-potong dengan pisau, dan potongan-potongan plastik panas ini akan jatuh ke dalam wadah yang diisi air untuk mendinginkannya, dan jadilah pelet-pelet plastik berwarna hitam (karena plastik kreseknya berwarna hitam).

Plastik bisa leleh tentunya kalau dipanaskan. Terlebih dahulu tabung besi dan besi sirip ulir tersebut diatas dipanaskan dengan alat pemanas. Di laboratorium PUSKIM ini pemanasnya menggunakan pemanas listrik. Sebenarnya bisa juga dengan pemanas lain, misalnya kompor, asal temperatur tabung bisa mencapai 150 derajat hingga 200 derajat Celcius.

Untuk apa pelet-pelet tadi? Bisa untuk bahan bangunan semacam bata bila diaduk dengan semen, menggantikan kerikil. Jauh lebih bermanfaat dibanding bila hanya dibuang begitu saja menjadi sampah yang bermasalah.

Sebenarnya kalau kita semua kampanye untuk tidak menggunakan kantong plastik kresek ini, dan meniru negara-negara lain yang ramah lingkungan menggunakan kantong kertas yang mudah didaur-ulang, maka akan sangat bisa mengurangi masalah sampah dan dampak negatifnya di tempat kita.

Read More..

Sunday, November 11, 2007

MELELEHKAN PLASTIK MODEL SENDIRI

MEMBUAT "BROS" PLASTIK BEKAS
Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 11 November 2007
Foto: Sobirin 2007, Nyala Lilin Melelehkan Plastik

Oleh: SOBIRIN

Pak Anjarseno menanyakan kepada saya melalui blog ini tentang proses pelelehan plastik bekas. Untuk skala rumah tangga dengan peralatan seadanya memang bisa saja. Begini caranya.



Cara yang saya pakai di rumah adalah sangat sederhana, yaitu sekedar melelehkan plastik saja dengan bentuk akhir tertentu. Tidak dibakar, hanya dipanaskan. Untuk cetakan-nya saya pergunakan sendok makan bekas yang tidak dipakai lagi.

Pertama: Plastik bekas sikat gigi, sisir, dan sejenisnya dipotong menjadi ukuran kecil-kecil. Kalau susah ditumbuk saja. Pilih warna plastik yang bermacam-macam, warna-warni. Boleh saja satu warna, terserah kemauan kita. Merah saja, putih saja. Atau campuran dua atau tiga warna.


Kedua: Taruh potongan-potongan kecil plastik dalam sendok. Sebelumnya sendok diisi sedikit minyak goreng (sedikit saja, atau dioles secukupnya).

Ketiga: Jangan lupa menyiapkan air dingin dalam wadah kobokan atau tempat cuci tangan, yaitu untuk mendinginkan plastik yang telah meleleh.


Keempat: Nyalakan lilin, lalu taruh sendok yang telah berisi potongan-potongan plastik di atas nyala lilin. Atur jarak api dengan sendok agar cukup panas, tetapi tidak sampai api menjilat plastik dan terbakar. Kalau terbakar, artinya sama saja kita membakar plastik dan akan berasap hitam mengandung racun dioksin.


Kelima: Plastik mulai meleleh. Kalau diukur, kira-kira suhunya sekitar 200 derajat Celcius. Bila telah meleleh semua, segera sendok dimasukkan ke dalam air dingin yang telah disiapkan. Plastik yang meleleh akan segera membeku dan lepas dari sendok. Kalau belum lepas, tekan dengan ibu jari supaya lepas. Jadilah bentukan sesuai cembungan sendok, berwarna sesuai pilihan kita.


Saya coba dengan kantong kresek plastik yang dipotong-potong kecil dengan gunting. Bisa juga dilelehkan dan dibentuk seperti tersebut di atas. Warnanya tergantung plastiknya. Tetapi hasilnya berwarna hitam keabu-abuan.


Sewaktu saya kecil dulu di kampung, saya juga pernah membuat hal ini. Waktu itu membuat “bros” atau “pin”. Pada tahap yang kelima, sewaktu plastik telah meleleh semua, lalu diatasnya diletakkan peniti (jarum peniti). Setelah dimasukkan ke dalam air dan lepas, jadilah “bros” atau “pin” sekedar mainan sewaktu jaman saya kecil dulu.


Silahkan dikembangkan dengan bentuk-bentuk cetakan yang lain, barangkali ada manfaatnya untuk berkreasi.

Read More..

Thursday, November 1, 2007

KEBUN LOBAK 1 METER PERSEGI

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 01 November 2007
Foto: Sobirin 2007, Kebun Mini Lobak Putih

Oleh: SOBIRIN
Tentunya ada yang senang lobak, dan tentunya banyak pula yang tidak senang lobak. Kebetulan saya mendapat benih lobak putih dari sobat saya pak Sajiboen, yang punya hobby utak-utik kompos.


Saya mempunyai bak bunga ukuran 1 x 1 meter persegi. Pertama bak bunga ini saya isi tanah dan kompos, dengan perbandingan tanah : kompos kira-kira 1 : 2. Diaduk-aduk sampai rata. Ditambah MOL yang telah diencerkan. Jenis MOL yang saya pakai adalah MOL “nasi basi” (lihat artikel blog 8 September 2007: Starter Kompos Mikro Organik Gratisan).

Sementara itu benih lobak disemai ditempat persemaian. Lobak ini dikenal dengan nama lobak putih (Chinese Radish Long), ukuran benihnya berdiameter kurang lebih 3 milimeter sampai 5 milimeter, berwarna coklat muda. Saya memanfatkan sebagian bak bunga tadi untuk tempat persemaian. Tanah tempat persemaian ini lalu diberi tutup pelindung daun-daunan supaya benih tumbuh dengan sempurna.

Kecambah mulai tumbuh pada hari ke 7, dan pada saat berumur 15 sampai 20 hari tanaman-tanaman lobak muda ini ditanam satu-satu dengan jarak 20 centimeter-an. Jadi dalam bak bunga seukuran 1 meter persegi ditanami lobak muda sebanyak 20 tanaman.


Tanaman disiram setiap hari, dan diberi MOL encer setiap 3 hari sekali. Rumput dan tanaman liar segera dicabut bila kelihatan tumbuh di antara lobak-lobak ini.

Tampak foto ketika lobak ini berumur 1 bulan, lobak-lobak ini tumbuh subur. Lobak bisa dipanen setelah 50 hari sejak ditanam. Saat tulisan ini dibuat, belum panen. Nanti kalau panen, hasilnya difoto dan disajikan dalam blog ini. Untuk apa lobak? Bisa dilalab (kalau suka), bisa untuk bahan soto Bandung.

Read More..

Wednesday, October 10, 2007

BERKUNJUNG KE PABRIK PUPUK ORGANIK

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 11 Oktober 2007
Foto: Sobirin 2007, Proses Pengomposan di Pabrik Agro Duta

Oleh: SOBIRIN
Ternyata di Kota Bandung ada beberapa tempat pembuatan kompos skala pabrik, salah satunya adalah Pabrik Pupuk Organik atau Pabrik Kompos Agro Duta di Jl. Paralon I No. 12 Bandung 40212. Tiga kali saya sempat berkunjung ke tempat ini.



Pabrik ini terletak di antara pabrik-pabrik lain di daerah Holis, yaitu daerah yang terkenal karena ada pabrik bakso dan restoran bakso Holis. Luas lahan pabrik kurang lebih 6.000 m2, terdiri dari ruang kantor, hanggar perajangan bahan kompos, hanggar penghampar bahan kompos, hanggar mikro organisme, dan halaman parkir truck.

Bahan kompos diambil dari sampah pasar Caringin, yaitu pasar tradisionil skala besar di Kota Bandung. Setiap hari sampah pasar diangkut dari pasar Caringin ke pabrik ini menggunakan truck kecil (truck engkel), mondar-mandir sebanyak 8 rit per hari. Komposisi sampah pasar Caringin kurang lebih 80 persen bahan organik dan 20 persen bahan non organik.

Sampah dirajang (dicacag) dengan mesin perajang kapasitas 5 ton/hari. Sampah yang telah dirajang ini dihamparkan di hanggar penghampar dan disemprot dengam mikro organisme buatan pabrik ini juga. Dibolak-balik setiap hari, dan kurang lebih 1 bulan proses pengomposan ini selesai. Kemudian diayak untuk mendapatkan butir-butir kompos siap pakai.

Dalam proses pengomposan di hanggar ini, kadang terbentuk air lindi yang mengalir di lantai hanggar, yang kemudian dikumpulkan untuk kemudian diproses menjadi mikro organisme. Perihal air lindi ini, justru banyak keluar dari tempat penumpukan sampah yang diturunkan dari truck di hanggar perajangan. Sampah yang belum dirajang banyak mengeluarkan air lindi, yang ditampung dan dialirkan ke tempat khusus pemrosesan air lindi menjadi pupuk organik cair.

Jadi pabrik ini memproduksi dua macam pupuk organik. Produk pertama adalah pupuk organik padat (kompos) dan yang kedua adalah pupuk organik cair. Pupuk orbanik padat (kompos) setelah diayak ini, sebanyak 5 ton/hari, tidak diberi label atau merk, dan langsung dimasukkan ke dalam karung-karung dibawa ke tempat pertanian organik milik pabrik ini di daerah Lembang, Bandung Utara.

Mengenai pupuk cair, karena prosesnya melalui beberapa tahap, adalah merupakan produk andalan, dan diberi label atau merk STON-F. Nama ini adalah singkatan dari Sehat Tanah – Orang Nyaman – Friendly. Dalam leaflet iklannya disebutkan bahwa STONE-F ini merupakan bioactivator yang dapat menyuburkan tanah dan tanaman, dan selain itu dapat pula dimanfaatkan untuk pakan udang dan ikan ditambak-tambak tepi pantai. Selain menawarkan produk-produk kompos, pabrik ini juga melayani penjualan pearalatan perajang sampah dan lain-lainnya.

Bisa membayangkan andaikan di setiap kota memiliki pabrik kompos, di setiap pasar juga ada pabrik kompos, di setiap rumah tangga ada proses reduce, reuse, recycle dan pembuatan kompos skala rumah tangga? Tentunya kota akan bersih dari sampah!

Ingin menghubungi pabrik ini? Silahkan hubungi pak Teguh, pak Yeremia Tokan, atau pak Aries Yanimartono di alamat pabrik:
Agro Duta, Jl. Paralon I No. 92 Bandung 40212
Telp: (022) 6033813, 6033814
HP: 08122346785, 081320642366, 0818200901
Fax: (022) 6027998
e-mail: dwarna@bdg.centrin.net.id.

Read More..

Saturday, October 6, 2007

KRIPIK BAYAM RENYAH RASA TERIGU

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 6 Oktober 2007
Foto: Sobirin 2007, Bayam Tumbuh Subur Disiram MOL Nasi


Oleh: Sobirin

Saya meminta benih-benih tanaman dari pak Sajiboen, teman saya inohong dari Cirebon. Saya diberi beberapa bungkus, salah satunya berukuran butir-butir lembut berwarna hitam. Benih tanaman apakah itu? Saya tidak tahu!


Saya akan coba menanam benih-benih berukuran lembut tersebut. Kebetulan saya masih mempunyai pot besar dari drum yang dipotong separoh. Saya isi dengan tanah dicampur kompos buatan sendiri. Ukurannya 1 bagian tanah dicampur 2 bagian kompos. Diaduk rata dalam pot besar tadi, kemudian saya siram dengan mikro organisme lokal (MOL) buatan sendiri.

MOL ini telah saya siapkan jauh hari sebelumnya. MOL ini khusus saya buat dari nasi sisa yang tidak termakan. Nasi dikepel-kepel (dibuat bulat dengan tangan seperti onde-onde). Onde-onde nasi ini saya simpan didalam doos yang berisi kompos jadi. Beberapa hari kemudian, onde-onde nasi ini berjamur, ada yang berwarna kuning, biru, jingga kemerahan.

Onde-onde nasi yang berjamur ini saya masukkan dalam jeriken plastik, kemudian saya isi air gula, dan dibiarkan sampai beberapa hari. Jeriken jangan ditutup, supaya ada udara ikut berproses. Setelah beberapa hari, cairan dalam jeriken tersebut berbau khas seperti bau tape (tapai, peuyeum). Cairan inilah yang saya anggap telah mengandung mikro organisme (lokal).

Kita kembali ke tong setengah drum yang telah berisi tanah dicampur kompos. Lalu butir2 benih lembut berwarna hitam dari pak Sajiboen saya tebarkan dipermukaan pot. Tiap hari disiram air, dan 2 hari sekali di siram MOL nasi yang telah diencerkan. Kira-kira satu minggu kemudian tumbuh kecambah kecil-kecil, dan setelah besar ternyata tanaman ini adalah tanaman bayam.

Tanaman bayam semakin subur dengan penyiraman air dan sesekali disiram MOL nasi. Daun bayam tumbuh berukuran besar dan semakin subur pada umur 3 minggu. Ini jelas karena kompos dan MOL yang tepat.

Saya bertanya kepada mang Endut pembantu saya, apakah bayam ini bisa dimakan. Bisa pak, bisa dikulub (digodog sebentar) terus dibumbu pecel. Tetapi kemudian istri saya menginginkan daun bayam tadi digoreng dengan tepung terigu. Jadilah “kripik bayam”. Ukuran kripik ini selebar telapak tangan orang dewasa, pokoknya lebar benar. Renyah, tapi lebih terasa terigunya dari pada daun bayamnya. Lain kali akan saya coba untuk dikulub saja, dibuat pecel daun bayem.

Read More..

Tuesday, October 2, 2007

PLASTIK BEKAS, DIAPAKAN?

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 3 Oktober 2007
Foto: Sobirin 2007, Butir-Butir Pelet Plastik

Oleh: Sobirin

Plastik bekas sampah rumah tangga diapakan? Tergantung jenis-jenisnya. Ada plastik kantong keresek, gelas plastik air minum kemasan, botol plastik minuman ringan, bekas bungkus sabun deterjen, sikat gigi bekas, sisir bekas, dan lain-lain.




Semuanya dikumpulkan, dicuci bersih, dan dijemur. Diseleksi masing-masing dikumpulkan sesuai jenisnya. Mengapa harus dicuci bersih dan dijemur. Sebab kalau tidak dicuci, masih ada sisa makanan atau bumbu-bumbu makanan, bisa membusuk bau dan mengundang lalat, menjadi penyakit!


Botol plastik, gelas plastik, dan sejenisnya dikumpulkan dan setelah banyak bisa dijual atau disumbangkan kepada tukang pemulung barang rongsokan. Kantong-kantong kresek yang masih bagus bisa dipakai ulang.

Kantong-kantong plastik bekas deterjen biasanya berwarna-warni. Banyak yang memanfaatkan sebagai bahan untuk pekerjaan tangan atau kerajinan, dijahit dengan sentuhan seni sesuai warna-warni bahannya menjadi barang-barang berguna, seperti kantong, tas, tempat sampah, payung, sandal dan lain-lainnya. Banyak kelompok masyarakat yang telah mencoba terjun di dunia kegiatan kerajinan ini, dan mampu menghasilkan uang.

Coba saja kalau kita mengikuti seminar-seminar, sering diberi tas seminar yang konvensional. Mengapa tidak dibuatkan saja tas-tas seminar dari bahan-bahan plastik bekas ini? Asal desainnya menarik dengan komposisi warna sesuai pasti banyak yang tertarik, sekaligus untuk melaksanakan konsep 3R (reduce, reuse, recycle).

Lalu sisa-sisa plastik yang tidak laku dijual, diapakan? Dibuang? Jangan! Dibakar? Apa lagi, jangan! Bisa-bisa kita kena racun dioksin! Baiknya kita upayakan sebagai barang yang bermanfaat. Kalau dipabrik-pabrik plastik, bahan-bahan plastik bekas seperti kantong keresek bisa diproses menjadi butir-butir pelet plastik, untuk selanjutnya bisa dijual ke pabrik plastik.

Kalau diproses di rumah tangga bisa? Nah ini yang agak sulit, karena butuh kreativitas alat yang agak perlu uang. Prinsipnya plastik-plastik semacam kantong keresek yang jelek-jelek ini bisa “dilelehkan” menjadi butir-butir “gravel” (seukuran kerikil) dengan “pemanasan” sampai temperatur 150-200 derajat. Saya mencobanya dengan peralatan sangat sederhana, dan hasilnya seperti dapat dilihat di gambar potret. Untuk apa? Belum tahu untuk apa, bisa untuk “kerikil bahan-bahan bangunan” yang nantinya diaduk dengan semen, bisa juga untuk kreasi kerajinan atau seni yang lain. Yang terpenting, konsep “zero waste” dapat direalisasikan, sampah rumah jangan dibuang keluar rumah.

Read More..

Saturday, September 22, 2007

KANGKUNG DIPANEN TAMBAH SUBUR

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 23 September 2007
Foto: Sobirin 2007, Kangkung Organik Super

Oleh: Sobirin
Kangkung yang saya tanam dalam pot setengah drum terus semakin subur. Hampir tiap minggu dipanen, cukup untuk sayur tumis sekeluarga. Sehabis dipanen, tanah digaruk-garuk, di-kompos, disiram MOL (mikro organisme lokal) buatan sendiri yang telah diencerkan.


Dalam tempo beberapa hari, daun-daun muda kangkung muncul, warnanya hijau segar. Tiap hari disiram air, tiap 3 hari disiram MOL encer. Ukuran daun-daun kangkung ini lebih besar dan keberadaannya lebih segar dibanding dengan kangkung yang biasa dibeli di pasar atau tukang sayur. Lihatlah ukuran kangkung yang saya tanam dibandingkan dengan uang logam recehan. Jadinya saya sebut saja kangkung saya ini "kangkung organik super". Memang pilihan benih awalnya juga bagus. Saya memperoleh benih ini dari Bapak Sajiboen, "inohong" Cirebon, yang juga senang pada tanaman-tanaman organik.

Menjadi petani rumahan sebenarnya tidak sulit. Juga membuat kompos serta MOL sendiri juga sangat mudah, murah tapi hasilnya meriah. Bahkan rumah kita tidak membuang sampah ke luar rumah, semua diproses dan hasilnya "zero waste". Yang diperlukan adalah ketekunan. Begitu kita sibuk dengan kegiatan lain, dan melupakan kegiatan perkomposan serta tanaman-tanaman kita, maka hasilnya tidak ada.

Bila kesibukan kita di luar sangat banyak, tetapi ingin juga memiliki perkomposan rumah tangga, pertanian rumah tangga, dan rumah tanpa sampah, maka perlu ada asisten yang membantu kita. Bisa saudara, bisa pembantu rumah tangga, tapi harus tetap kita kontrol.

Read More..

Saturday, September 15, 2007

MENDAPAT UANG DARI KERTAS BEKAS

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 15 September 2007
Foto: Sobirin 2007, Kertas Daur Ulang Buatan Saya

Oleh: SOBIRIN
Bagi mereka orang-orang golongan kaya mungkin menganggap remeh kertas bekas, koran bekas, kardus bekas. Di jaman modern ini, setiap keluarga terutama dari kelas golongan berada, rata-rata membuang kertas bekas antara 0,25 kg hingga 0,50 kg per hari.




Bermacam jenis kertas yang dibuang, termasuk koran bekas, majalah bekas, kardus bungkus makanan, dan lain-lain. Malah-malah banyak keluarga yang membakar kertas-kertas bekasnya.


Kalau kita cermati pula, ternyata kantor-kantor, terutama kantor pemerintah, banyak sekali membuang kertas-kertas bekas tulis-tulis, bekas print komputer, surat-surat tidak terpakai. Rata-rata dari jenis kertas HVS. Saya melihat bahwa kantor-kantor pemerintah masih sangat boros kertas.


Padahal kertas-kertas ini masih ada harganya, bahkan sangat menolong masyarakat kurang mampu tetapi ulet. Para pengumpul kertas ini mencari kertas-kertas bekas yang gratis, syukur-syukur bila ada keluarga mampu yang beramal menyumbangkan koran-koran bekasnya untuk mereka.

Namun demikian, para pengumpul inipun bersedia membeli kertas bekas dari keluarga mampu tapi masih tetap ingin duwit.
Harga beli oleh pengumpul cukup lumayan untuk kertas bekas yang kualitasnya masih bagus, kertas koran Rp. 750,-/kg, kardus Rp. 600,-/kg, yang mahal yaitu kertas HVS mencapai Rp 1.000,-/kg. Pengumpul ini menjual lagi kepada bandar dengan mengambil untung rata-rata Rp 250,-/kg.

Bila seorang pengumpul menggunakan gerobak dorong dan secara ulet mampu mengumpulkan kertas 100 kg, maka dalam sehari mendapat penghasilan Rp 25.000,-, sebulan Rp 750.000,-, setara dengan UMR, upah minimum regional. Kalau bandar-bandar besar kertas bekas ini sudah mempunyai pasar tetap ke pabrik-pabrik kertas baik di Surabaya,Tangerang, dan lain-lainnya. Harganya cukup menggiurkan, buktinya usaha mereka terus hidup.


Andaikan kita tidak bermaksud menjualnya, dan ingin memproses menjadi kertas daur ulang, alangkah baiknya! Cara membuat kertas daur ulang, sudah banyak yang bisa. Kertas dihancurkan menjadi bubur kertas, dicetak dengan saringan sablon, dan jadilah.

Di internet bisa dicari cara-cara membuat kertas daur ulang, misalnya dapat dipelajari di situs web: www.idepfoundation.org yang menjelaskan secara detail. Saya-pun mengikuti penjelasan dari situs web ini, tidak sulit.


Kreativitas yang terus digali, dapat menghasilkan kreasi-kreasi yang meningkatkan nilai tambah dari kertas bekas dan meningkatkan pendapatan. Bisa dibuat menjadi kap lampu, cover album, softboard, dan lain-lainnya. Warna-warni juga dibuat dari bahan-bahan alami, misal kuning dari kunyit, merah dari daun jati, hijau dari daun pandan, dan lain-lainnya. Ditambah lagi, rumah kita tetap “zero waste”, tidak menghasilkan sampah. Sekali lagi kepada yang ingin mencoba, mampir di www.idepfoundation.org selamat mencoba.

Read More..

Saturday, September 8, 2007

STARTER KOMPOS MIKRO ORGANIK GRATISAN

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 8 September 2007
Foto: Sobirin 2007, MOL Gratisan dari Bonggol Pisang, dll.


Oleh: Sobirin
Sampai sekarang masih banyak yang menanyakan kepada saya tentang cara-cara membuat kompos, terutama starter mikro organik-nya.



Di toko memang banyak di jual mikro organik dalam kemasan misalnya EM4 dan lain sejenisnya. Saya memang tidak senang membeli sebangsa EM4 dan lain-lainnya, karena tidak punya uang berlebih. Saya mencoba membuat mikro organik sendiri. Banyak yang mencemooh, mengetawai, terutama para ahli mikro organik dari jurusan bologi dan pertanian.

“Anda memang bisa membuat mikro organik, tetapi tidak tahu jenis apa yang anda hasilkan. Bagaimana kalau yang anda hasilkan berupa mikro organik penyakit atau yang malah membunuh tanaman?”, kata mereka.

Saya tidak peduli, karena konsep saya adalah tidak mau keluar uang dan bahan-bahan untuk membuat mikro organik harus dari bahan-bahan sampah dari rumah saya.

Saya memang fanatik membuat mikro organik dari sampah organik rumah tangga yang saya masukkan dalam tong plastik, diberi air secukupnya, dibiarkan selama 1 minggu, maka mikro organik telah tumbuh. Apa isinya? Saya tidak tahu jenisnya, bakteri apa, cendawan apa. Tetapi setelah disemprotkan ke bahan-bahan kompos, maka kompospun cukup berhasil dalam tempo 3 minggu.

Mikro organik gratisan ini di kalangan rakyat dan penghobby kompos dinamai MOL, singakatan dari Mikro Organisme Lokal. Kata “lokal” karena dibuat sendiri secara gratisan.

Di kalangan penghobby kompos organik, telah banyak “trial and error” dalam membuat starter MOL gratisan ini. Sebagai contoh antara lain:

MOL rebung: dibuat dari rebung (tunas bambu) yang di hancurkan, kemudian dicampur air kelapa. Dibiarkan dalam wadah plastik selama 1 minggu.

MOL bonggol pisang: dibuat dari bonggol pisang yang ditumbuk, kemudian dicampur air kelapa. Dibiarkan dalam wadah plastik selama 1 minggu.

MOL keong: dibuat keong atau bekicot yang di hancurkan (di”bebek”), kemudian dicampur dengan air kelapa. Dibiarkan dalam wadah plastik selama 1 minggu.

MOL berenuk: dibuat dari berenuk (buah maja). Isi berenuk (daging buahnya) dikerok dan dicampur dengan air kelapa. Dibiarkan selama 1 minggu.

MOL nasi basi: dibuat dari nasi yang tidak termakan. Nasi dikepal-kepal sebesar bola pingpong. Letakkan bola-bola nasi tersebut di doos bekas wadah air kemasan, lalu tutupi dengan dedaunan yang membusuk. Dalam tempo 3 hari akan tumbuh jamur2 berwarna kuning, jingga, merah. Ambil bola-bola nasi yang telah ditumbuhi jamur, masukkan dalam wadah plastik, lalu dicampur dengan air gula pasir secukupnya. Biarkan sampai 1 minggu, maka cairan berbau seperti tapai (peuyeum), dan bisa dipakai sebagai starter untuk membuat kompos.

Demikian yang saya ketahui. Namun saya tetap fanatik dengan MOL sampah dapur, sebab saya menganut faham “sampah rumah tidak dibuang keluar rumah”. Diproses sendiri, jadi MOL, kompos, kertas daur ulang, plastik daur ulang, dan lain-lainya.

Read More..

Saturday, August 25, 2007

PAPAYA KUNING WANGI KARENA KOMPOS

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 26 Agustus 2007
Foto: Sobirin 2007, Papaya Kuning Wangi

Oleh: Sobirin
Saya lebih senang makan papaya kuning dari pada papaya merah jingga. Rasanya lebih lembut, manis dan lebih wangi. Jaman saya kecil dulu tahun 1950-an, jenis papaya yang banyak dijual di pasar adalah papaya kuning.


Kemudian baru tahun 1962-an populer papaya merah jingga. Itu di kampung saya dulu, di kota Magelang. Papaya merah jingga ini kalau di kampung saya dulu dikenalnya sebagai “gandhul jinggo”, karena warnanya yang merah ke-jingga-jingga-an.

Sekarang papaya merah jingga yang ukurannya besar sering disebut papaya Bangkok. Pokoknya yang besar-besar dan bagus-bagus sering diberi label Bangkok.

Karena saya lebih senang papaya kuning, saya sering ke pasar mencari buah ini. “Eta mah papaya kanggo manuk pa.., cobi taroskeun ka tukang manuk”, itu kata penjual buah-buahan di pasar. Katanya papaya kuning adalah papaya burung, karena lebih banyak dikonsumsi burung piaraan. Tapi di tukang burung juga tidak mudah mendapatkannya. “Harus pesan dulu pa…!”, kata tukang burung.

Begitu saya mendapatkan buah papaya kuning, maka bijinya saya selamatkan untuk disemai dan ditanam.

Sewaktu saya tanam di halaman rumah samping, bibit pohon papaya ini berkembang kurang baik, mungkin kualitas bijinya jelek, mungkin tanahnya yang kurang baik. Tetapi setelah saya kompos dan saya siram dengan MOL yang telah dicairkan, pokoknya tiap hari dirawat, akhirnya pohon papaya ini tumbuh gagah dan subur. Lihatlah buahnya, banyak sekali. Buahnya selalu menjadi rebutan antara saya dan kelelawar. Terlambat sedikit saja dipetik, maka buah yang menguning akan disantap oleh “juragan” kelelawar di malam hari.

Read More..

ASYIKNYA PANEN KOMPOS

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 25 Agustus 2007
Foto: Sobirin 2007, Panen Kompos dari Komposter Bata Terawang
Oleh: Sobirin


Sudah agak lama saya tidak panen kompos. Karena saya akan mencoba menanam tanaman jenis baru lagi, maka kompos yang saya buat di komposter bata terawang saya panen.




Asyiik!
Kompos ini cukup bagus, warnanya coklat kehitaman, keberadaannya seperti tanah biasa, teksturnya halus.
Saya hanya mengambil kira-kira 5 pengki (alat untuk menyerok sampah), beratnya kira-kira setara dengan 5 kg.

Cara panennya sangat mudah. Komposter bata terawang yang saya buat memang memudahkan segalanya. Bahan-bahan kompos dimasukkan dari atas, yang kemudian ditutup dengan plastik, kemudian kalau panen lewat lubang dibagian bawah. Lubang bagian bawah ini ditutup dengan lembaran beton tipis yang mudah dibuka untuk lubang pemanenan (lihat foto)

Kompos hasil panenan saya aduk dengan tanah dengan jumlah yang sama dengan kompos tadi. Kemudian saya tuangkan di dalam pot drum.
Diaduk dengan air dan ditambahkan MOL (mikro organisme lokal) buatan sendiri. Maka siaplah untuk ditanami dengan tanaman yang kita kehendaki. Saya memilih tanaman sausin dan bawang. Semoga tumbuh subur.

Sebenarnya tiap hari kita bisa panen kompos, asal tiap hari pula kita membuat kompos. Proses pengomposan dengan bahan organik pekarangan dan MOL sampah dapur sebagai starter, kurang lebih memerlukan waktu 3 minggu.


Mau panen kompos? Silahkan membuat komposnya dulu. Menebar organik, memuai kompos!

Read More..

Wednesday, August 22, 2007

KREASI YANG BELUM SEMPURNA

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 22 Agustus 2007
Foto: Sobirin 2007, Alat Pencacag Daun
Oleh: Sobirin
Untuk memperoleh kompos yang baik dan prosesnya bisa 3 minggu-an, maka salah satu syarat adalah ukuran bahan kompos sebaiknya kecil-kecil, kurang dari 3 cm. Kebanyakan para peng-hobby pembuat kompos menggunakan bedog (golok) untuk mencacag bahan kompos berupa daun-daun coklat dan hijau.

Kalau tidak hati-hati, bisa-bisa bedog tadi mampir ke jari-jari kita. Padahal bedognya cukup tajam. Saya pernah mengalami kejadian itu, kuku telunjuk kiri saya kena bedog. Untung (masih untung), bedognya agak tumpul. Jadi ujung telunjuk menjadi bengkak, dan selama 1 bulan warna kuku menjadi hitam.


Bagaimana mencari akal? Kalau ada alat pemotong rumput, jenis yang didorong, dan sudah tidak terpakai, mungkin bisa dimodifikasi untuk alat pencacag daun. Dulu saya punya pemotong rumput yang sudah rusak, tapi sayangnya sudah saya jual ke tukang loak.


Kemudian saya mencoba mendisain rencana alat pemotong daun. Prinsipnya seperti alat pemotong rumput, yaitu dengan besi tipis yang di-las melengkung pada dua roda (kiri dan kanan), dan berfungsi sebagai gunting. Bagian tengah roda dipasang as, yang disambungkan dengan alat pemutar. Unit gunting ini kemudian dimasukkan dalam kotak dari plat besi.


Semua tadi dari barang-barang rongsokan. Ongkos yang keluar hanya untuk tukang las saja Rp. 50.000,-. Kalau kita bisa menge-las sendiri, ya tidak keluar biaya. Hasilnya lihat di-foto.

Daun-daun bisa dicacag sampai ukuran kurang dari 3 cm.
Namun demikian, saya masih belum puas dengan alat ini. Kreasi yang belum sempurna. Memang hasilnya bagus, tidak bakal kena golok. Tapi alat ini suka macet.

Silahkan teman-teman, bapak-bapak, ibu-ibu lihat dengan seksama foto alat ini, dan silahkan disempurnakan. Syukur kalau alat ini dapat dibuat otomatis yang disambung dengan dinamo. Jadi tidak capai memutar engkol.

Read More..