Saturday, December 20, 2008

IKAN ANTI NYAMUK DALAM TANGKI AIR TADAH HUJAN

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 21 Desember 2008
Foto: Sobirin 2008, Ikan dalam tangki air tadah hujan

Oleh: Sobirin

Air hujan yang saya panen dan disimpan dalam tangki telah penuh oleh air hujan. Christine blogger dari Semarang mengingatkan, hati-hati tangki air bisa menjadi sarang nyamuk. Benar juga, jentik-jentik mulai muncul. Lalu saya memasukkan ikan ke dalam tangki ini.




Nyamuk rupanya senang mendapat tempat untuk bertelor. Saya khawatir juga kalau kemudian maksud baik panen air hujan malah menjadi sumber nyamuk demam berdarah. Kemudian saya membeli ikan dan saya masukkan ke dalam tangki.

Tadinya saya bermaksud membeli ikan mujair, tetapi karena waktu itu tidak ada, lalu saya membeli ikan mas sebanyak 4 ekor ukuran sedang. Selain ikan mas, saya membeli ikan kecil-kecil. Langsung ikan-ikan ini melahap jentik-jentik nyamuk, maka habislah si jentik-jentik ini.


Sekarang malah ada kodok ikut bertelor dan menetas menjadi kecebong atau berudu. Tidak apa-apa, asal bukan jentik-jentik nyamuk. Air hujan ini saya manfaatkan untuk menyiram tanaman dalam pot. Ternyata air hujan lebih menyuburkan tanaman dibanding dengan air ledeng.

Read More..

TABUNGAN GABAH HASIL PANEN PADI EMBER

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 21 Desember 2008
Foto: Sobirin 2008, Gabah hasil panen padi ember

Oleh: Sobirin
Beberapa kali saya telah menanam padi dalam ember. Wadahnya bisa ember, polibeg, karung, atau pot, yang diisi dengan tanah dan kompos buatan sendiri. Saya menggunakan metode tanam 1 (satu) butir gabah (SRI), dipelihara dengan baik, setiap 3 hari sekali diberi MOL.





Padi adalah bukan tanaman air tetapi senang air. Jadi saya tidak merendam padi ember saya dengan air. Saya biarkan tanahnya becek-becek. Benih yang saya tanam adalah benih padi unggul jenis “Sintanur”, yang umurnya 3 bulan sudah bisa dipanen.

Dari berkali-kali menanam padi ember ini, saya selalu panen dengan hasil yang lumayan menurut ukuran saya. Sekali panen dari tiap ember ada yang menghasilkan 2 ons ada yang 2,5 ons gabah kering panen. Kalau diekstrapolasi ke ukuran 1 (satu) hektar sawah, setara dengan panen 20 ton per hektar per sekali panen. Memang luar biasa.


Pada foto terlihat gabah padi hasil panen padi ember yang saya kumpulkan, ada kira-kira 6 ons dari 3 padi ember. Coba kita hitung andaikan kita menanam padi ember atau padi polibeg sebanyak 100 polibeg. Dalam 3 bulan sudah bisa dipanen. Bila rata-rata 1 polibeg 2 ons, maka hasil total sekitar 200 ons atau 20 kg gabah kering panen.
Sebanyak 100 polibeg bila ditaruh di pekarangan hanya akan membutuhkan luas sekitar 5 m x 4 m sama dengan 20 m2.

Read More..

SABUT KELAPA UNTUK SARINGAN KOLAM PENJERNIH

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 21 Desember 2008
Foto: Sobirin 2008, Saringan Kolam Penjernih Sabut Kelapa

Oleh: Sobirin

Percobaan kolam penjernih limbah air cucian piring yang tempo hari saya buat terdiri atas 4 kolam kecil-kecil. Hanya kolam pertama paling atas yang saya tambah karet busa sebagai saringan. Ternyata tiap kali harus mencucinya, karena penuh sisa makanan.






Karet busa tersebut setiap kali harus diangkat dan dicuci. Air cucian karet busa saya tuangkan ke dalam lubang komposter anaerob sebagai tambahan bahan kompos. Karet busa yang telah dicuci bersih lalu dipasangkan kembali ke kolam pertama. Begitu setiap kali. Paling tidak 3 hari sekali karet busa ini saya cuci. Lama-lama karet busanya sobek-sobek karena setiap saat di”kucek-kucek”.

Sebagai gantinya saya pasangkan sabut kelapa. Sabut kelapa ini diambil dari tukang kelapa muda. Sabut di”sisir” agar tinggal serabutnya, kemudian dimasukkan ke kolam penjernih, tidak hanya kolam pertama paling atas, tetapi juga kolam kedua saya penuhi dengan sabut kelapa ini.


Karena dua kolam yang disaring dengan sabut kelapa, maka kolam 3 dan 4 menjadi lebih bersih lagi. Tiap 3 hari sekali sabut kelapa yang terdapat di kolam 1 saya angkat, dan langsung semuanya, sabut dan ampas sisa makanan, saya masukkan ke lubang komposter anaerob.


Sabut dari lubang 2 yang relatif tidak ada ampas sisa makanan, saya pindah ke lubang 1. Kemudian lubang 2 saya penuhi lagi dengan sabut kelapa yang baru. Demikian seterusnya, dan saya tidak lagi mencuci karet busa yang penuh dengan sisa makanan dari cucian piring.

Read More..

Friday, December 5, 2008

ROSELA 2,5 BULAN MULAI BERBUNGA

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 6 Desember 2008
Foto: Sobirin 2008, Rosela 2,5 Bulan Mulai Berbunga

Oleh: Sobirin

Tanaman rosela (hibiscus sabdariifa) yang saya tanam di awal bulan Oktober 2008 yang lalu telah berbunga. Rupanya tepat musim tanamnya, menjelang musim hujan. Waktu itu saya menebar beberapa benih rosela di lubang berkompos, dan sekarang tumbuh subur.



Dalam satu rumpun tumbuh 5 batang tanaman rosela yang sehat dan kekar, ada beberapa dalam rumpun ini yang tumbuh kecil saja. Rupanya memang tidak baik menanam dengan cara tebar bebas.

Seharusnya begitu kecambah tumbuh kuat, segera dipisahkan, dan masing-masing ditanam ditempat terpisah. Tapi tidak apa, sudah terlanjur.


Pada batang-batang yang tumbuh subur, mulai nampak putik-putik bunga, ada yang sudah mekar, berwarna putih diameter 5 cm, dengan sari bunga berwarna merah kecoklatan.


Perawatan saya lakukan biasa, yaitu dengan menyiramkan MOL encer. Bukan pada batang tanaman, tetapi pada tanahnya.

Semoga sebentar lagi saya bisa menikmati minuman segar rosela yang rasanya asam-asam manis.

Read More..

Friday, November 21, 2008

PADI EMBER GENERASI PASCA PANEN

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 22 November 2008
Foto: Sobirin 2008, Padi Ember Pasca Panen

Oleh: Sobirin

Padi jenis ‘Sintanur’ yang saya tanam di ember telah saya panen, hasilnya lumayan, dua ons padi gabah kering panen. Setelah saya panen, ternyata dari anak-anak batang padi masih ada yang tumbuh. Oleh sebab itu saya rapihkan, dan saya biarkan tumbuh lagi dan di MOL.




Saya ingin tahu produksi padi generasi kedua ini, apakah hasilnya bagus atau tidak. Menurut ahli pertanian tentu mengatakan bahwa rumpun padi generasi kedua ini pasti tidak akan ekonomis.

Namun ini termasuk percobaan, dengan perhatian dan pemeliharaan khusus dengan menambah kompos dan MOL semoga masih bisa tumbuh seperti generasi pertama.


Coba lihat dalam foto, rumpun padi sisa panen ini masih cukup kekar, tentu ada harapan bisa hidup berlanjut. Kita lihat saja perkembangannya, dengan harapan masih bisa menghasilkan padi, walaupun tidak akan sebanyak generasi pertama.

Read More..

ROHMA MINTA DESAIN TAS DARI PLASTIK BEKAS

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 22 November 2008
Foto: Sobirin 2008, Koleksi Tas dari Plastik Bekas
Oleh: Sobirin
Beberapa waktu yang lalu Rohma, seorang tamu yang mampir ke blog ini, menanyakan tentang detail cara menjahit tas dari bahan plastik bekas deterjen atau plastik bungkus lainnya. Saya mempunyai koleksi banyak tas plastik semacam ini dari teman-teman pendaur ulang limbah.



Saya sendiri mencoba mengkhususkan mengolah limbah rumah tangga menjadi kompos. Namun tidak berarti saya lalu membuang sampah plastik atau kertas dari rumah saya. Ada teman-teman yang menekuni menjadi pendaur ulang limbah plastik dengan hasil kerajinan yang cukup menarik dan bermanfaat. Saya minta tolong kepada mereka untuk membuatkan tas-tas dari plastik bekas ini, karena saya tidak memiliki keahlian jahit-menjahit.

Pertama, sampah plastik saya cuci bersih. Tidak memakai sabun. Air cucian saya tuangkan ke dalam komposter ANAEROB, biar berproses dengan bahan-bahan kompos yang lain di dalam tanah.

Kedua, lembar-lembar plastik yang telah dicuci bersih lalu dijemur hingga kering, dan diseleksi lembar per lembar sesuai dengan besar kecilnya, dan sesuai dengan warna-warninya.


Ketiga, lembar-lembar plastik yang telah dipilih sesuai warnanya kemudian di jahit menjadi tas sesuai desain yang kita inginkan. Karena saya tidak bisa menjahit, maka saya kirim ke teman saya yang memang menekuni jahit-menjahit tas dari plastik bekas.

Di mana-mana sekarang banyak pencinta lingkungan yang berkarya dan berbisnis dalam bidang ini. Teman saya yang menekuni hal ini antara lain: Iyom Rochaeni, alamatnya Cihampelas Bongkaran 302/25, RW 15, Bandung 40116, telpon 02292481233 atau 08172362436. Ada lagi teman saya yang lain, yang kelompoknya juga membuat tas semacam ini, yaitu Soenardhi Yogantara, Ketua Warga Peduli Lingkungan (WPL) di Kampung Bojong Tanjung di tepi Sungai Citarum, dekat Jembatan Cilampeni, telpon 0225880003 atau 08122057966. Tentunya di kota-kota lain juga banyak yang telah menekuni kegiatan ini. Bahkan ada yang membuatnya menjadi payung, sandal, dan lain-lainnya lagi.

Terlihat dalam foto-foto, sebagian dari koleksi tas plastik saya. Ada yang dari bungkus deterjen, dari bungkus minyak goreng, ada yang dari bungkus makanan. Ada pula yang dari plastik keresek, yang berwarna hitam, yang selalu kita dapatkan kalau membeli sesuatu di warung.

Plastik keresek berwarna hitam ini karena mudah didapat, maka juga dengan mudahnya banyak orang yang membuang plastik keresek ini sebagai sampah tidak berharga. Padahal bisa dimanfaatkan juga untuk bahan tas belanjaan yang cukup menarik. Plastik keresek dianyam dan dijadikan tas belanjaan yang lebih elegan, lihat foto tas yang berwarna hitam dalam foto.

Read More..

ROSELA SUBUR OLEH AIR HUJAN DAN MOL

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 22 November 2008
Foto: Sobirin 2008, MOL dan Air Hujan Menyuburkan Rosela

Oleh: Sobirin

Tanaman rosela atau roselle atau rosella atau hibiscus sabdariffa yang saya tanam kira-kira satu setengah bulan yang lalu telah tumbuh dengan subur. Air hujan dan MOL telah membantu pertumbuhan tanaman ini. Tinggi tanaman sekitar 1 meter dengan diameter kanopi 75 cm.


Waktu itu cara menanamnya saya semai langsung, beberapa butir benih saya tebar dalam satu lubang yang telah saya beri kompos buatan sendiri. Rupanya benih-benih tadi tumbuh semua. Saya sengaja tidak memindahkan satu persatu ke dalam lubang-lubang tanah yang lain.

Jelas menurut aturan pertanian bisa dikatakan keliru, karena dalam satu lubang tumbuh banyak tanaman. Tapi tidak apa, saya ingin tahu secara alami bagaimana perkembangan pertumbuhan dari rumpun rosela dalam satu lubang ini.


Saat ini batangnya yang berwarna agak kecoklatan terlihat kuat dan kokoh. Diameter batang ada yang seukuran 1 cm. Moga-moga dengan air hujan dan MOL, rosela ini akan terus tumbuh dan berbunga dan berbuah. Nantinya bunganya bisa untuk minuman segar, asem-asem manis. Katanya bisa untuk anti hipertensi.

Read More..

AIR HUJAN DAN MOL MENYUBURKAN PAPAYA BUNGA

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 22 November 2008
Foto: Sobirin 2008, Papaya Bunga Subur Sekali

Oleh: Sobirin

Saya menyemai biji papaya, ketika kecambah tumbuh kuat, lalu saya pindah dan tanam di depan rumah. Ternyata papaya ini jenis papaya bunga. Waktu itu memang musim kemarau, walau disiram dan di MOL pertumbuhan tetap kurang baik. Hampir-hampir saya ingin mencabutnya.



Namun ketika musim hujan tiba, dan hampir tiap hari selalu hujan, papaya ini tumbuh dengan kuncup yang menghijau segar. Apalagi saya tambahkan MOL buatan sendiri tiap 3 (tiga) hari sekali. Pertumbuhan semakin subur. Bunga-bunganya tumbuh di batang yang semakin kokoh. Untung waktu itu ketika musim kemarau tidak jadi saya cabut.

Rupanya komposisi air hujan di sekitar rumah saya masih cukup bagus, tidak tercemar oleh kandungan-kandungan pencemar udara. Untung sekali saya sekarang telah memiliki tangki air tabungan air hujan untuk siram-menyiram tanaman di musim kering. Apalagi kalau menyiram ditambahkan MOL yang memperkaya nutrisi dalam kompos dan tanah.


Bunga papaya hijau ini enak disayur oseng-oseng dengan cabai hijau. Rasanya agak pahit-pahit sedikit, tetapi segar. Beda dengan oseng-oseng buah paria ataupun oseng-oseng kangkung. Pokoknya rasanya beda dan enak.

Read More..

ECENG GONDOK DAN GENJER PENJERNIH AIR LIMBAH

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 22 November 2008
Foto: Sobirin 2008, Kolam Penjernih Air Sederhana

Oleh: Sobirin

Kolam penjernih air limbah cucian yang tempoh hari saya ceriterakan ternyata berfungsi cukup baik. Saya sedang mencoba bermacam tanaman air untuk menjernihkan air limbah ini. Kali ini saya menanam eceng gondok dan genjer yang saya ambil dari sawah dekat kampung saya.



Ketika awal-awalnya kolam ini saya fungsikan, tanpa tanaman, ikan-ikan yang saya masukkan ke dalam kolam menjadi mabok. Rupanya air cucian dengan kandungan sabun deterjen pekat telah membuat ikan-ikan ini pusing. Beberapa tanaman air seperti kiambang air, juga kurang kuat beradaptasi dengan air limbah cucian piring ini.

Tidak jauh dari rumah saya ada sawah yang masih belum dialih fungsi menjadi kawasan permukiman. Di sawah ini banyak tumbuh eceng gondok dan genjer. Lalu saya berfikir, tanaman ini rupanya bisa juga dicoba untuk ditanam di kolam air limbah saya.


Kemudian beberapa rumpun eceng gondok dan genjer memenuhi kolam air limbah saya, dan ternyata berfungsi baik dalam proses penjernihan air limbah cucian piring.

Read More..

Tuesday, November 18, 2008

MUSIM BUAH PANEN BUAH, MUSIM HUJAN PANEN HUJAN

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 18 November 2008
Foto: Sobirin 2008, Tangki Air Bekas Penampung Hujan

Oleh: Sobirin

Musim duren panen duren, musim hujan tentunya sebaiknya panen hujan. Banyak cara memanen air hujan, bisa dengan sumur resapan, bisa dengan tangki air. Banjir bisa berkurang, dan air hujan yang dipanen bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, terutama di musim kemarau.





Saya mempunyai tangki air yang sudah tidak terpakai. Tadinya saya bingung, apakah tangki air bekas ini dijual saja atau diberikan kepada pemulung. Ketika musim hujan tiba, saya mempunyai ide, baiknya dipakai sebagai penampung air hujan.


Di belakang rumah saya ada bangunan kecil yang berfungs
i sebagai gudang. Atapnya dari asbes gelombang, tanpa talang. Terpaksa saya menyuruh asisten saya untuk membuat talang terlebih dahulu. Kemudian tangki air bekas diperiksa apakah ada yang bocor atau belah, dan selanjutnya dilengkapi dengan kran air di bagian bawahnya, untuk maksud mengocorkan air bila diperlukan.

Pondasi tangki dinaikkan dengan tumpukan batu yang tepinya dipasangi bata agar nampak rapih. Begitu terpasang, hujan turun, mulailah saya panen air hujan. Coba bila seluruh warga kota memanen air hujan, dengan cara apapun, maka persoalan banjir agak teratasi, dan dimusim kemaraupun masih mempunyai persediaan air gratis. Apalagi kalau wadah untuk panen hujannya bisa dibuat sebesar mungkin.

Read More..

Tuesday, November 4, 2008

ATAP PENUTUP UNTUK KOMPOSTER AEROB

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 4 November 2008
Foto: Sobirin 2008, Kolam Penjernih Air Sederhana

Oleh: Sobirin

Musim hujan membuat masalah pada komposter aerob bata terawang milik saya. Masalahnya yaitu pada penutupnya. Tadinya komposter aerob ini saya tutup dengan lembaran plastik yang saya ikat mengeliling dengan tali rafia. Kalau musim hujan maka lembaran plastiknya penuh air.




Air hujan tertampung di lembaran plastik. Selain kelihatan menjadi tidak artistik, sering-seringnya air bocor masuk ke dalam komposter melalui sambungan lembaran plastik. Kompos pun menjadi basah kuyup, lengket, tidak sesuai dengan keinginan.

Kemudian penutup saya ganti dengan lembaran asbes gelombang, dipotong pas sehingga merupakan atap komposter. Air hujan mengalir melalui asbes gelombang ini. Kenampakan komposter menjadi lebih menarik dan bersih, tidak kumuh.


Komposter terlihat semakin banyak berlubang-lubang. Tidak apa-apa. Malah bagus. Namanya juga komposter AEROB, yang memerlukan banyak sirkulasi udara dalam proses pengomposannya.


Dari semula saya tidak terpikir, mengapa tidak dari dahulu saya memasang asbes gelombang untuk atap komposter ini. Mengangkat dan menutup atap asbes ini jauh lebih mudah dibanding dengan menutup dan membuka penutup lembaran plastik yang harus diikat segala.

Read More..

KOLAM TAMAN AIR LIMBAH CUCIAN PIRING

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 4 November 2008
Foto: Sobirin 2008, Kolam Penjernih Air Sederhana

Oleh: Sobirin
Sudah lama terpikir oleh saya bahwa air cucian piring dari bak cuci di dapur sebenarnya masih bisa dimanfaatkan. Perlu disaring dulu, dengan kolam-kolam penyaring agar airnya menjadi jernih kembali. Kolam penjernih ini bisa untuk kolam “taman air limbah” atau kolam ikan.





Saya membuat kolam ini dengan cara sederhana. Pertama kali saya memotong pipa pembuang air cucian yang menuju saluran pembuang dalam tanah, saya cabangkan keluar menuju kolam yang saya buat.

Kolam ini saya buat dari bata dan semen. Ukurannya kecil saja, yaitu 1 m x 1 m, tetapi bertingkat 3 (tiga). Tingkat atas terdiri dari 2 (dua) kolam kecil, kolam 1 berukuran 40 cm x 15 cm untuk dan kolam 2 berukuran 40 cm x 25 cm. Antara kolam 1 dan kolam 2 dibatasi dinding beton tipis berlubang-lubang sebagai saringan. Dalam kolam 1 ditaruh busa karet supaya penyaringan lebih baik.

Kolam 3 berada di tingkat tengah berukuran 60 cm x 40 cm, dan kolam 4 di tingkat bawah berukuran 1 m x 60 cm. Air dari kolam 2 menuju kolam 3 dan air dari kolam 3 menuju kolam 4 disalurkan dengan pipa pralon kecil. Air di kolam 4 relatif telah jernih, dan bila melimpas mengalir melalui pipa pralon kecil keluar ke tumpukan batu agar terus meresap ke tanah.

Kolam 2 dan 3 serta 4 bisa ditanami tanaman air sebagai ”taman air limbah” dengan tanaman-tanaman air, misalnya teratai kecil, melati air, eceng, sekaligus sebagai penyerap bahan-bahan pencemar dalam air bekas cucian tersebut, atau bisa juga untuk kolam ikan. Jenis ikannya sebaiknya ikan lele dan ikan sapu-sapu, karena relatif tahan hidup di dalam air bekas cucian dapur.


Kolam saya tersebut saya manfaatkan untuk ikan lele. Oleh sebab ikan lele ini suka meloncat keluar, dan juga untuk menjaga agar ikan dalam kolam tidak diincar oleh kucing, maka kolam ditutup dengan kawat kasa (kawat ayam).

Read More..

Wednesday, October 8, 2008

LAGI MOL GRATISAN KIRIMAN IBU LILY DI MALANG

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 8 Oktober 2008
Foto: Sobirin 2007, Laboratorium MOL dan Kompos Kampung

Oleh: Sobirin

Ibu Lily seorang ibu penekun kompos dari Malang mengirim email kepada saya tentang cara membuat MOL bonggol pisang yang dikutip dari HM Sampurna. Cukup detail, dan bisa dicoba oleh kita semua. Ternyata cara ini sama dengan cara teman saya Alik Sutaryat ahli padi SRI.


Ibu Lily dari Malang, Jawa Timur, beberapa kali berkomunikasi email dengan saya. Beliau menekuni perkomposan dan mencoba menanam padi ember juga. Email terakhir beliau kepada saya tentang pembuatan MOL dari bonggol pisang yang dilakukan oleh H.M. Sampoerna. Setelah saya baca dan saya cocokkan dengan yang dibuat oleh teman saya Alik Sutaryat, seorang ahli dalam hal padi organik SRI (System of Rice Intensification), tata cara pembuatannya sama. Alik Sutaryat ini berasal dari Ciamis, Jawa Barat, dan sering memberikan pelatihan perkomposan dan padi SRI ke banyak tempat di Indonesia.

Tata cara membuat MOL memang bebas, kita bisa mencoba sendiri dengan berbagai bahan. Lihat pula artikel dalam blog ini tanggal 8 September 2007 STARTER KOMPOS MIKRO ORGANIK GRATISAN. Di dalam artikel ini juga saya singgung tentang MOL bonggol pisang.

Teman saya, Haji Jatnika, dari kampung Nagrak, Sukabumi, juga teman dari Alik Sutaryat, mengembangkan laboratorium MOL kampung. Bahan-bahan MOL berbagai macam termasuk bonggol pisang, lihat foto-fotonya yang saya jepret tahun 2007 yang lalu. MOL buatan laboratorium kampung ini telah tersebar ke seluruh Indonesia, karena pelatihan-pelatihan intensif yang dilakukan oleh Alik Sutaryat.

Inilah rumusan MOL yang dikutip oleh Ibu Lily dari HM Sampurna:
MOL Bonggol Pisang ( bisa bahan lain )

Bahan: bonggol pisang 5 kg, gula merah 1/2 kg sampai 1 kg, air beras 10 liter.

Cara pembuatan:

Pertama,
bonggol pisang ditumbuk atau dihaluskan kemudian dimasukkan bersama air beras.

Kedua,
masukkan gula merah sambil diaduk rata.

Ketiga, simpan dlm drum atau tong plastik.
Keempat, tutup dengan plastik yang rapat, beri lubang udara dengan cara memasukkan slang plasti yang dihubungkan dengan botol yang sudah terisi air. Ujung slang plastik harus terendam dalam air. Ini adalah fermentasi dengan cara anaerob.
Kelima,
dibiarkan selama 15 hari
.
Cara Cara penggunaan:

Untuk pengomposan:
dapat digunakan sebegai decomposer dengan konsentrasi 1 : 5 (1 liter cairan MOL dicampur dengan 5 liter air tawar), tambahkan gula merah 1 ons, aduk hingga rata, siramkan pada proses pembuatan kompos.

Untuk penggunaan pada tanaman:
Semprotkan pada berbagai jenis tanaman dengan konsentrasi 400 cc dicampur dengan 14 liter air tawar. Pada tanaman padi, sejak fase vegetatif hingga generatif pasca tanam yaitu hari ke 10, 20, 30 dan 40. Semprotkan pada pagi atau sore hari, hindari penyemprotan pada siang hari.

Demikian kiriman ibu Lily, yang beliau kutip dari HM Sampurna. Semoga teman saya Alik Sutaryat membacanya dan bangga tata caranya telah menyebar ke mana-mana untuk kemaslahatan bersama. Untuk kita semua, jangan ragu membuat MOL dengan bahan apapun, silahkan dicoba dan diuji bagus atau tidaknya, dan kita berbagi pengalaman.

Read More..

Tuesday, October 7, 2008

SEKALI LAGI KOMPOSTER ANAEROB SERBA GUNA

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 7 Oktober 2008
Foto: Sobirin 2008, Komposter Anaerob Serba Guna

Oleh: Sobirin

Saya memang sangat happy dengan komposter anaerob. Komposter ini berupa lubang yang digali di tanah, ukuran 60 cm x 60 cm, kedalaman 1 m. Tidak disemen, telanjang langsung tanah, kecuali bagian atasnya setebal 1 (satu) bata agar tidak longsor dan untuk ganjal tutup beton.




Ke dalam komposter ini dimasukkan bahan-bahan organik apa saja. Ada sampah dapur, ada sampah halaman rumah, ada sayur bekas, ada sisa air kopi. Segala macam masuk. Bahkan bangkai tikus pun tidak apa-apa, masukkan saja.

Sebelum plat beton ditutupkan, lubang di siram MOL, boleh pekat, boleh rada encer, kemudian di bagian atasnya ditaburi tanah setebal 5 cm. Baru kemudian plat beton ditutupkan.


Apakah berbau? Tidak ada bau. Pertama, lapisan atas bahan kompos sudah dilapisi tanah 5 cm, kemudian ditutup plat beton. Jadi tidak ada bau.

Sampah dalam komposter anaerob lubang tanah ini selalu menyusut, sehingga memungkinkan memasukkan lagi bahan-bahan kompos yang baru, demikan seterusnya.

Dalam tempo 1 (satu) bulan, bisa saja komposter anaerob ini dipanen. Kita gali semua bahan-bahan yang ada di dalam lubang. Kenampakannya sangat menarik. Lapisan teratas boleh dikata masih “segar”, lapisan di tengah telah menjadi setengah matang, dan lapisan paling bawah telah menjadi kompos matang.

Kompos yang matang bisa diayak untuk mendapatkan kompos halus super. Kompos setengah matang, yang relatif sudah sangat lunak bila diremas dengan tangan, kita masukkan ke dalam komposter aerob bata terawang, untuk diproses lebih lanjut dengan cara aerob. Dengan cara memanfaatkan kompos setengah matang ini, kita tidak perlu lagi merajang atau mencacag bahan dedaunan dengan golok.

Kemudian kompos lapisan teratas yang masih “segar” kita masukkan kembali ke dalam lubang tanah, ditambah bahan kompos baru, agar diproses secara anaerob. Demikian seterusnya.


Saya memiliki 4 (empat) komposter anaerob lubang tanah. Jadi panennya bisa bergantian. Memang saya happy dengan komposter anaerob serba guna cara ini.

Read More..

INSTALASI BATA UNTUK POT STROBERI

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 7 Oktober 2008
Foto: Sobirin 2008, Instalasi Pot Stroberi

Oleh: Sobirin

Saya memiliki sebuah pot, bentuknya membulat, bagian bawahnya mengecil. Tanaman apa yang sekiranya cocok untuk pot semacam ini. Saya mencoba untuk menanam stroberi. Stroberi tumbuh bagus, tetapi pot terlalu rendah. Dengan bata-bata bekas maka jadilah instalasi pot ini.





Bata-bata bekas sisa yang menumpuk di samping rumah dimanfaatkan untuk dijadikan pasangan bata. Ada bata yang potong, ada bata yang utuh, ditata rapih dengan semen, jadilah tempat untuk menambah tinggi pot bulat ini. Cukup bagus.

Tanaman stroberi saya pelihara benar. Tiap hari tanah diaduk, diairi secukupnya, dan tiap 3 hari sekali disiram MOL sangat-sangat encer. Ada perubahan pertumbuhan setelah tanaman ini mendapat perhatian lebih.


Letak pot yang ditopang oleh bata bersusun ini memungkinkan tanaman stroberi bebas bercabang dan berbuah menggantung. Itu nanti. Sekarang stroberi dalam pot bulat ini sedang belajar berbunga.

Read More..

TANAM ROSELA DI LUBANG TANAH

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 7 Oktober 2008
Foto: Sobirin 2008, Anak Rosela Tumbuh di Lubang Tanah

Oleh: Sobirin

Seorang teman petani dari Sumedang memberi benih rosela kepada saya. Kemudian saya menggali lubang di tanah diameter 40 cm, kedalaman 40 cm. Lubang diisi kompos sampai penuh, disiram air, dan benih rosela ditebar di atasnya. Beberapa hari kemudian benih ini tumbuh.




Cara saya menebar benih rosela ini juga seperti padi tebar bebas. Benih rosela saya tebar bebas di lubang tanah yang telah siap berisi kompos. Tiap hari saya siram air biasa, tanpa MOL.

Rosela, atau roselle, atau rosella dengan nama latin hibiscus sabdariffa ini memang sedang naik daun. Bunganya yang berwarna merah kecoklatan bisa untuk minuman segar. Katanya bisa untuk anti hipertensi. Saya kurang memahami manfaat ini, namun ketika saya minum memang segar rada asem enak.


Kalau kita lihat di internet, banyak yang menawarkan bunga tanaman ini, harganya cukup menggiurkan. Banyak petani desa, termasuk teman saya yang petani di Sumedang sedang senang menanam rosela ini dalam jumlah banyak.


Hari-hari pertama benih tumbuh menjadi kecambah, tetap hanya saya siram dengan air biasa. Setelah tanaman muda ini tumbuh cukup kekar, barulah saya siram dengan MOL sangat-sangat encer. Kita lihat hasilnya nanti seperti apa, saya juga penasaran.

Read More..

PADI DALAM LUBANG TANAH

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 7 Oktober 2008
Foto: Sobirin 2008, Padi Tebar Bebas di Lubang Tanah

Oleh: Sobirin

Selain mencoba menanam padi tebar bebas di sawah mini, saya juga mencoba menanam padi tebar bebas di lubang tanah. Ukuran lubang berdiameter 40 cm, kedalaman juga 40 cm. Lubang diisi penuh dengan kompos, kemudian disiram dengan air, dan benih padi ditebar bebas.




Benih padi mulai nampak keluar bintik putih akar muda pada hari ke 3 dan ke 4. Kemudian menjadi kecambah dengan 2 helai daun berwarna hijau kecil-kecil pada hari ke 8. Kecambah padi ini tumbuh menggerombol alami, subur sekali.

Di awal-awal penebaran benih sampai umur 15 hari, penyiraman hanya dilakukan dengan air saja, tanpa MOL. Penyiraman dengan MOL sangat-sangat encer dilakukan setelah anak padi ini berumur 15 hari.


Penyiraman dengan MOL encer dan pencabutan rumput-rumput liar yang ikut tumbuh dilakukan secara rutin tiap hari. Moga-moga padi lubang tanah ini bisa tumbuh subur dan bisa sebagai pembanding padi tebar bebas di sawah mini.

Read More..

PADI SAWAH MINI MULAI BERTUMBUH

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 7 Oktober 2008
Foto: Sobirin 2008, Padi Sawah Mini Mulai Bertumbuh

Oleh: Sobirin

Padi di sawah mini saya mulai bertumbuh subur. Saat ini umurnya sekitar 24 hari semenjak benih saya tebar bebas. Kasihan juga, ada yang tumbuh berdesakan, mungkin saling berebut makanan. Tetapi saya memang sengaja ingin melihat pertumbuhan padi alami secara tebar bebas.




A
walnya ketika benih saya tebar, saya hanya memberi siraman air saja, tanpa MOL. Ketika umur padi 15 hari sejak benih ditebar, mulai saya siram dengan MOL sangat-sangat encer.


Berbeda halnya dengan padi SRI tanam 1 butir yang memerlukan perhatian khusus, maka saya ingin melihat pertumbuhan padi tebar bebas ini tanpa perlakuan istimewa. Jelas konsep tebar bebas ini ada sisi positifnya, ada pula sisi negatifnya. Kita akan lihat nanti.

Read More..

Friday, September 26, 2008

TITI DJ DAN OVY SELEBRITIS KOMPOS

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 26 September 2008
Foto: Sobirin 2008, Titi DJ-Ovy Meninjau Komposter (Foto lain di Read More)

Oleh: Sobirin

Ketika banyak selebritis mengembangkan kariernya ke dunia politik, misalnya Marissa Haque, Nurul Arifin, Dede Yusuf, dan yang lainnya, tetapi sepasang selebritis ini justru berbeda. Titi DJ dan suaminya Ovy, dua-duanya artis papan atas ini justru melirik ke dunia zerowaste.




A
walnya saya kaget juga ketika ada SMS dari Titi DJ dan Ovy Noviar Rachmansyah yang ingin studi banding melihat cara-cara kompos-mengompos di rumah saya Jl. Alfa 92 Bandung. Saat ini “trend”nya selebritis mengembangkan karier jadi anggota DPR dan Pimpinan Daerah, tapi yang ini mengapa malah ingin mendalami kompos dan zerowaste. Moga-moga Titi DJ dan Ovy menjadi duta lingkungan khusus persampahan.


Sesuai rencana, tanggal 26 September 2008 datang rombongan Titi DJ dan suaminya Ovy dan anak-anaknya: Salma, Salwa, Daffa, Excel, Keisha (Stephanie tidak ikut), berikut Slamet (pengurus kebun keluarga Titi DJ dan Ovy), dan sopir.


Keluarga Titi DJ dan Ovy ini ingin sekali rumahnya menjadi zerowaste, mengelola sampahnya sendiri dengan cara 3R (reduce, reuse, recycle). Keseriusannya nampak dari pertanyaan-pertanyaan sekitar MOL dan kompos-mengompos. Bahkan selalu menekankan kepada Slamet sebagai pengurus kebun keluarga supaya mendengarkan penjelasan dan mempraktekkan di kemudian hari.

Keinginannya untuk berzerowaste juga kelihatan ketika di ‘shout box’ blog clearwaste pernah menanyakan tentang padi ember. Waktu di ‘shoutbox’ menggunakan nama ‘titiovy rachmansyah’, dan saya tidak tahu kalau itu Titi DJ.


Sesuatu yang lebih menarik yaitu tatkala mendengar bahwa Ovy berkeinginan menjadi petani organik berskala besar. Bagus sekali cita-citanya, semoga di hari tuanya bisa melebihi suksesnya Bob Sadino, petani intelek Indonesia kaliber internasional.

Semoga rumah Titi DJ dan Ovy berikut keluarganya segera menjadi zerowaste. Semoga cita-cita Ovy menjadi petani sekaliber Bob Sadino bisa tercapai. Semoga pula keinginan ber-zerowaste dapat disusul dan diikuti oleh para selebritis yang lain. Kalau kampanye tentang sampah dilakukan oleh selebritis, pasti masalah sampah di kota-kota besar bakal segera terselesaikan.

Read More..

Sunday, September 21, 2008

MENCOBA MENANAM PADI DI SAWAH MINI

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 21 September 2008
Foto: Sobirin 2008, Mencoba Menanam Padi di Sawah Mini

Oleh: Sobirin

Saya memiliki “secuil” lahan ukuran 1 (satu) meter persegi. Dulu pernah ditanami lobak putih organik dengan hasil sukses. Sekarang saya mencoba menanam padi di lahan ukuran mini ini. Tanah diolah dicampur dengan kompos, diairi hingga basah, dan benih padi ditebar.




Tiap hari “sawah” mini ini selalu disiram air, tetapi belum di MOL. Setelah 7 (tujuh) hari benih padi yang ditebar nampak berkecambah subur. Saya akan membiarkan terus persemaian padi ini tumbuh apa adanya.

Mungkin akan kurang sehat, karena bibit padi yang tumbuh ada yang menggerombol. Tidak apa-apa, saya akan amati perkembangannya, sambil mencoba konsep menanam padi tebar bebas.


Sampai umur padi ini sekitar 15 hari, baru akan saya siram dengan MOL sangat encer. Moga-moga percobaan “sawah” mini ini akan berhasil.

Read More..

BULIR PADI BERDAUN KANGKUNG

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 21 September 2008
Foto: Sobirin 2008, Padi Berbulir Berdaun Kangkung

Oleh: Sobirin

Setelah sukses membuat MOL dan kompos dengan cara yang sederhana dari bahan-bahan yang ada di sekitar kita, lalu apa yang kita perbuat? Menjual MOL? Menjual kompos? Bisa! Memang perlu pemasaran yang ulet. Tapi yang lebih menarik adalah mencoba pertanian rumah tangga.




Pertanian rumah tangga bisa dilakukan tanpa harus memiliki lahan yang luas. Lahan sempit, bahkan tidak memiliki lahan-pun bisa mempraktekkan pertanian rumah tangga. Yang memiliki lahan, bisa langsung di halaman rumahnya.

Yang tidak memiliki lahan bisa menggunakan pot dari drum bekas, ember bekas, atau kaleng bekas. Medianya menggunakan kompos buatan sendiri yang dicampur dengan tanah. Ukuran campuran adalah 2 (dua) bagian kompos di tambah 1 (satu) bagian tanah, diaduk rata.


Tanaman bisa bermacam jenis, bisa tomat, cabai, padi, atau apa saja yang kita senangi. Bila perakaran bibit tanaman dalam pot sudah cukup kuat, bisa ditambahkan lagi dengan sedikit kompos. Tiap hari diberi air, 3 (tiga) hari sekali disiram MOL yang telah sangat diencerkan. MOL encer ini ibarat pupuk cair, disiramkannya tidak di batang tanaman, tetapi di tanah sekitar tanaman.


Coba lihat padi yang ditanam di ember. Sangat subur, anakannya banyak, buliran padinya juga banyak. Lihat juga kangkung yang saya tanam di drum bekas. Tanaman kangkung ini sudah lebih 2 (dua) tahun umurnya. Tiap kali dipetik, tumbuh kembali, tiap kali dipetik tumbuh kembali. Dalam potret nampak betapa suburnya tanaman padi dan kangkung ini. Seperti padi yang sedang berbulir berdaun kangkung.


Pertanian rumah tangga memang sangat mengasyikkan. Sampah rumah menjadi kompos, rumah menjadi bersih, tanamanpun subur.

Read More..

Thursday, September 18, 2008

MOL MENYELAMATKAN TANAMAN CABE

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 18 September 2008
Foto: Sobirin 2008, Tanaman Cabe Terselamatkan oleh MOL
Oleh: Sobirin

Di bawah pohon cengkeh, di halaman depan rumah saya, tumbuh tanaman cabe, yang asal-usulnya saya kurang jelas, tiba-tiba saja tumbuh sendiri. Tetapi tanaman muda ini tumbuhnya kurang sehat, daunnya keriting dan kuning. Ketika saya rawat dengan MOL, tanaman menjadi sehat.




M
ungkin ada yang membuang biji-biji cabe dari sambel baso ke bawah pohon cengkeh saya. Tadinya saya akan mencabutnya, tetapi saya berpikir biarlah tanaman ini tumbuh alami.


Ternyata tumbuhnya kurang sehat, daunnya keriting keriput berwarna kuning. Untuk ke dua kalinya saya ingin mencabutnya saja, tapi untuk kedua kalinya pula saya memutuskan untuk tidak mencabutnya, dan bahkan berupaya untuk menyelamatkannya.


Tanah di sekiling tanaman cabe ini saya gali pelan-pelan, lalu di tambahkan kompos, dan di siram MOL encer. Jenis MOL-nya adalah MOL tapai campur terasi campur air kelapa. Daun-daun yang keriting dan kuning digunting, beberapa ranting juga digunting dirapihkan.


Dengan perawatan yang seksama, tiap hari di siram air, dan 3 hari sekali disiram MOL encer, maka tanaman cabe ini mulai kelihatan tumbuh subur, dengan daun-daunnya yang mulai menghijau segar. Moga-moga terus tumbuh dan berbuah banyak.

Read More..

Saturday, September 13, 2008

RUMAH EYANG TANPA SAMPAH

Majalah Kreatif, No.08/2008, Johana Ernawati
Foto: Halaman 10-11 Majalah Kreatif


Rupanya ada majalah anak-anak, namanya Kreatif, saudaranya Bobo, dari kelompok Kompas Gramedia juga peduli Zerowaste. Edisi No. 08/2008 menampilkan Geng Go Green, mengulas tentang rumah eyang Zerowaste rumah bersih tanpa sampah, diliput oleh wartawatinya Johana Ernawati.



Ceritanya Roki diperankan oleh wartawan Johana Ernawati mampir ke rumah eyang Sobirin di Bandung. Semua ditanyakan oleh Roki ini, bagaimana membuat MOL, bagaimana membuat kompos, bagaimana menanam padi ember, dan lain-lainnya.

Eyang Sobirin menjawab bahwa semua itu mudah dan bisa dilakukan oleh siapa saja, yang penting niatnya adalah ‘tidak membuang sampah ke luar rumah’. Sampah rumah tangga diprosres sendiri saja agar rumah menjadi Zerowaste, berbudaya hidup bersih dengan rumah tanpa sampah.

Gantian si eyang ini menanyakan kepada Roki, bagaimana menceriterakan kembali dengan bahasa anak-anak agar mudah ditangkap oleh anak-anak? Ternyata Roki alias Johana Ernawati sangat pintar mengolah kata-kata dengan bahasa anak-anak, agar mulai dari usia dini anak-anak berbudaya hidup bersih. Coba silahkan dibaca di majalah Kreatif edisi No, 08/2008.

Read More..

KOMPOS ANAEROB LEMBUT DAN BERKUALITAS

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 13 September 2008
Foto: Sobirin 2008, Kompos Anaerob Hasil Ayakan Siap Pakai
Oleh: Sobirin
Tadinya saya berfikir, bahwa tampilan kompos yang dibuat dengan cara anaerob pasti kasar, tidak
beraturan, berbau menyengat, karena semua bahan organik masuk. Ada yang tidak dicacag, ada bahan sisa sayur bersantan, dan lain-lainnya. Ternyata produk komposnya bagus sekali.



Komposter anaerob yang dibuat dengan membuat lubang di tanah ukuran 60 cm x 60 cm dengan kedalaman 1 meter dan dilengkapi tutup plat beton tipis, pada akhirnya menjadi kebanggaan saya. Saya sangat ‘happy’ dengan komposter anaerob jenis ini.

Manfaatnya banyak, bisa menampung segala macam jenis sampah organik. Sampah pekarangan tanpa di cacag, sampah organik dapur segala macam, bahkan kadang saya masukkan bangkai tikus, bekicot, dan lain-lainnya.

Setiap mengisi bahan baru, kemudian disiram MOL, dan bila perlu bagian atasnya ditabur dengan tanah setebal 5 cm, baru akhirnya plat beton tipis ditutupkan. Saya jarang mengaduk-aduk. Dalam tempo satu bulan, bisa dipanen.

Lapisan paling bawah yang dipanen, karena sudah matang. Lapisan paling atas yang masih nampak sebagai daun asli dimasukan kembali ke lubang anaerob. Sedangkan lapisan di tengah yang setengah matang diproses lanjut di komposter aerob bata terawang.


Coba diperhatikan dalam foto, nampak kompos hasil anaerob yang telah diayak sangat halus lembut, berkualitas, dan sama sekali tidak berbau. Kompos hasil ayakan ini kalau belum dimanfaatkan diwadahi dalam karung dan disimpan di gudang.

Read More..

KOMPOSTER AEROB DIBANTU KOMPOSTER ANAEROB

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 13 September 2008
Foto: Sobirin 2008, Bahan Kompos 1/2 Matang dari Anaerob

Oleh: Sobirin
Ketika membuat kompos aerob, yang paling menyita tenaga adalah merajang bahan-bahan kompos menjadi potongan kecil-kecil. Memang banyak cara, yaitu dicacag dengan bedog, atau dengan mesin. Ternyata komposter anaerob dapat juga membantu kita. Bagaimana caranya?




Sewaktu mencacag daun-daun atau bahan organik lainnya dengan bedog atau bendo, kecuali membuat tangan kita pegal juga sangat berisiko jari tangan kita bisa kena musibah. Bisa juga dengan mesin pencacag. Ukuran besar ada yang menjual, tetapi harus memesan terlebih dahulu, harganya selangit. Lengkap dengan motor penggerak harganya minimum Rp. 17,5 juta rupiah. Tidak kembali pokok, apalagi bila membuat komposnya hanya sekedar hobby. Lain halnya bila kita berniat komersial. Komposnya dijual. Asal ‘marketing’nya bagus, kompos ini laku keras.

Saya berniat membuat kompos karena ingin rumah saya berlabel ‘zerowaste’. Tidak membuang sampah ke luar rumah. Mencacag bahan kompos pernah saya lakukan dengan bedog. Ketika jari tangan saya pernah terkena bedog, maka saya agak enggan menggunakan bedog. Masih untung waktu itu hanya bengkak saja.


Kemudian saya mencoba membuat mesin pemotong daun skala kecil. Dikatakan berhasil, boleh juga. Dikatakan gagal, boleh juga. Alatnya berfungsi, tetapi kurang bagus. Perlu penyempurnaan disana-sini. Ongkos membuatnya waktu itu tidak lebih dari Rp 100 ribu. Foto dan detailnya dapat dilihat pada artikel lama dalam blog ini. Semoga ada pembaca yang berniat menyempurnakan, dan silahkan dikomersialkan.


Suatu saat ketika saya panen kompos anaerob dari komposter anaerob lubang di tanah, saya mendapat pengalaman yang menarik. Lapisan teratas kompos naeorob masih berwarna asli daun hijau kuning. Lapisan di tengah berupa kompos setengah matang, berwarna coklat kehitaman dengan daun-daun yang kasar tetapi mudah diremas. Lapisan paling bawah berupa kompos matang berwarna hitam.


Kompos matang diayak dan dimanfaatkan atau disimpan. Kompos yang masih mentah dimasukkan kembali ke dalam lubang anaerob. Sedangkan kompos setengah matang yang mudah diremas diproses lanjut di komposter aerob bata terawang.

Jadi sekarang saya memanfaatkan komposter anaerob ini untuk memperoleh bahan kompos aerob bata terawang. Bedog saya tinggalkan, karena risikonya tinggi, kalau tidak berhati-hati jari tangan bisa kena bedog.

Read More..

KOMPOS ANAEROB PANEN TERUS

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 13 September 2008
Foto: Sobirin 2008, Komposter Anaerob Panen Tiap Bulan
Oleh: Sobirin
Empat komposter anaerob lubang tanah yang saya miliki amat bermanfaat, bisa menampung sampah organik pekarangan, bisa menampung sampah organik dapur, sisa sayur bersantan, dan lain-lainnya. Tiap bulan selalu panen, rata-rata menghasilkan 25 kg kompos halus tiap lubang.




Masing-masing komposter anaerob ini berukuran 60 cm x 60 cm dengan kedalaman 1 meter. Tutupnya dibuat dari plat beton tipis. Dalam satu bulan bisa penuh, apalagi kalau musim angin dan daun-daun banyak berguguran. Juga bila anak cucu datang di akhir minggu, maka produksi sampah dapur meningkat. Akhirnya komposter anaerob inilah yang membereskan sampah-sampah tadi menjadi kompos.

Manfaat lain dari komposter anaerob ini yaitu sebagai pengganti alat pencacag atau perajang daun-daun bahan kompos. Ceriteranya begini, ketika kompos anaerob dipanen, maka lapisan teratas masih segar, lapisan di tengah baru setengah matang, dan lapisan terbawah sudah matang.

Kompos lapisan terbawah yang matang diayak menjadi kompos halus, dan bisa dimanfaatkan untuk tanaman, atau diwadahi dulu dalam karung, dan disimpan di gudang. Mau dijual juga bisa, karena banyak yang memerlukan.

Kompos lapisan di tengah yang setengah matang warnanya kecoklatan dengan daun-daunnya sudah mudah diremas. Kompos setengah matang ini diproses lanjut di komposter aerob bata terawang. Jadi dengan komposter anaerob ini, saya tidak perlu lagi mencacag atau merajang daun-daun. Selain butuh energi juga sangat berisiko jari tangan kena bendo atau bedog atau parang.

Kemudian lapisan teratas adalah kompos yang belum jadi, warnanya masih hijau kuning. Kompos yang belum jadi ini dimasukkan lagi ke dalam komposter anaerob ditambah dengan sampah-sampah yang lebih baru. Setiap memasukan bahan kompos baru, selalu MOL disiramkan rata, dan terakhir plat beton ditutupkan agar komposter ini berproses lebih lanjut.

Read More..