Sunday, July 8, 2007

GAGAL MEMBUAT KOMPOS?

Bandung, Jl. Alfa 92, Cigadung II, 8 Juli 2007
Foto: Sobirin, 2006, Ketika saya gagal membuat Kompos
Oleh: Sobirin

Gagal membuat kompos, lalu putus asa? Jangan! Mari kita coba terus, tanya kiri, tanya kanan, baca referensi. Tetapi paling baik adalah terus dipraktekkan, belajar dari kegagalan.


Saya ingat sewaktu Pa Ipong (putera mendiang Jenderal Witono) memberi tahu saya mengenai kata-kata petuah yang diperolehnya dari Abah Iwan Abdurachman (budayawan, penyanyi, pencinta lingkungan). Abah Iwan juga mendapat petuah ini dari gurunya, dalam bahasa Sunda begini: nyaho can tangtu ngarti, ngarti can tangtu bisa, bisa can tangtu tuman, tuman can tangtu ngajadi. Artinya kurang lebih: tahu belum tentu mengerti, mengerti belum tentu bisa, bisa belum tentu menjadi kebiasaan, sudah biasa belum tentu berhasil. Kata-kata petuah tadi memang sangat dalam artinya, jadi ketika awal-awalnya saya gagal dalam hal membuat kompos, saya ingat kata-kata petuah tadi, bahwa ketika itu saya belum memahami masalah perkomposan.

Setelah dua kali berkunjung ke tempat pengomposan Bapak dan Ibu Djamaludin di Komplek Bumi Karang Indah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan (Taman Karinda), maka saya tahu mengapa saya gagal dalam membuat kompos. Saya diberitahu Bapak dan Ibu Djamaludin dan diberi catatan-catatan supaya tidak gagal lagi dalam membuat kompos, antara lain begini:

Masalah 1:
Bila dalam proses pengomposan, berbau amonia

Penyebab:
Terlalu banyak bahan-bahan daun-daun hijau (terlalu banyak nitrogen)

Solusi:
Tambah bahan daun-duan kering berwarna coklat, dan diaduk-aduk


Masalah 2:
Berbau tengik seperti telur busuk, atau berbau asam

Penyebab:
Terlalu lembab, atau kurang udara, sehingga yang terjadi adalah pembusukan bukan proses penguraian

Solusi:
Diaduk sampai bau hilang, tambahkan bahan-bahan berwarna coklat (daun kering, serbuk gergaji, dedak) hingga kelembaban hilang


Masalah 3:
Mengempal, dan berbau telur busuk

Penyebab:
Kurang udara, terlalu lembab, atau terlalu basah

Solusi:
Tambahkan bahan coklat, dan diaduk hingga baunya hilang


Masalah 4:
Kering

Penyebab:
Kurang air

Solusi:
Diberi air, dibasahi, sambil dibolak-balik, diaduk-aduk


Masalah 5:
Terlalu basah

Penyebab:
Terlalu banyak air, bahan kompos terlalu basah, kehujanan, tidak cukup udara

Solusi:
Tambahkan bahan coklat, dibolak-balik, diaduk-aduk.


Masalah 6:
Panas tidak merata, atau bahkan dalam proses pengomposan tidak timbul panas

Penyebab: Wadah tempat pengomposan terlalu kecil, atau tumpukan bahan kompos terlalu sedikit, bahan dipotong kecil-kecil ukuran 3 cm-an.
Solusi:
Ukuran wadah atau tumpukan bahan kompos minimum 50 cm x 50 cm x 50 cm, idealnya 1 m x 1 m x 1 m. Ukuran lebih kecil juga bisa, misalnya memakai karung, asal bahan dipastikan dipotong kecil-kecil 3 cm-an.


Masalah 7:
Tidak ada perubahan yang terjadi, tidak ada panas yang timbul

Penyebab:
Kurang bahan hijau, kurang udara, kurang lembab, bahan tidak dicacag (dipotong kecil-kecil ukuran 3 cm-an)

Solusi:
Pastikan bahan hijau cukup banyak, bahan dipotong kecil-kecil ukuran 3 cm-an, selalu diaduk-aduk, basahi dengan air dan MOL


Masalah 8:
Banyak lalat, serangga, dan belatung

Penyebab:
Ada sampah daging, ikan, susu, santan, sayuran busuk, terlalu banyak sampah dapur yang tidak diseleksi, dan tidak ditutup dengan baik.

Solusi:
Dicampur atau ditutupi dengan selapis tanah, serbuk gergaji, dedak, atau ditutupi dengan selapis kompos yang sudah jadi (kompos matang)


Masalah 9: Dikais-kais tikus, kucing, anjing
Penyebab:
Ada sisa daging, ikan, atau makanan busuk

Solusi:
Bila ada sisa daging atau ikan dalam proses pengomposan agar diambil, disingkirkan, agar kemudian diaduk-aduk kembali, dibuat wadah sedemikian rupa agar binatang tidak bisa masuk, lubang-lubang harus tetap ada untuk sirkulasi udara, tetapi cukup ukuran kecil2 saja.


Demikian saran-saran Bapak dan Ibu Djamaludin, yang kemudian saya praktekkan, dan akhirnya walaupun cara membuat mikroorganisme-nya beda, tetapi hasilnya sukses.

12 comments:

nenootz said...

salam kenal pak sob...
sy ni ibu rmh tangga baru pak, sy pny masalah dngn sampah dapur sperti sisa2 sayuran, sisa makanan masak yg setiap hari hrs sy buang. d kota saya truk pengambil sampah dtg hnya sminggu sekali, bs d bayangkan donk jd spt apa itu sampah klo d biarin sampe sminggu! alih2 ingin d mnjadikan sampah tsb sbg pupuk ato kompos alami, mk sampah basah tersebut sy buang d dlm tanah yg sdh sy gali lbh dulu, kmudian d tutup lg dgn tanah. tp krn stiap hr d tambahkan sampah dapur tsb, maka lama2 tanah malah mnjadi lembek dan berbau. nah, yg ingin sy tnyakan, bagaimana cr mmanfaatkan sampah makanan yg sdikit namun setiap hari selalu ada tsb bs mnjadi pupuk ato kompos pak? krn sy mbca kompos buatan bpk itu 1 kali proses u/ 1 kali periode saja. sedangkan sampah yg sy hasilkan sifatnya stiap hari selalu bertambah. terimakasih sebelumnya untuk tips nya...salam sukses buat zero waste nya....

Andik said...

Membantu menjawab Bu, coba ibu mrmbuat komposter skala rumah tangga dari kaleng cat 5 peil, detailnya bisa saya kirim via email.

Andik said...

Membantu menjawab Bu, coba ibu mrmbuat komposter skala rumah tangga dari kaleng cat 5 peil, detailnya bisa saya kirim via email.

Unknown said...

Good article!
Sangat membantu saya sebagai mahasiswa teknik lingkungan..

nadianadia7 said...

Assalamualaikum wr.wb pak,
Saya ingin tahu klo Proses penguraian terjadi biasanya berapa hari sejak proses penebaran bakteri EM4 untuk proses pembuatan bokashi..?
Serta perubahan suhu panas yg terjadi berapa hari setelah pencampuran dr awal...
Mohon pencerahan nya pak, terima kasih.

nadianadia7 said...

Assalamualaikum wr.wb pak,
Saya ingin tahu klo Proses penguraian terjadi biasanya berapa hari sejak proses penebaran bakteri EM4 untuk proses pembuatan bokashi..?
Serta perubahan suhu panas yg terjadi berapa hari setelah pencampuran dr awal...
Mohon pencerahan nya pak, terima kasih.

Zaenal arifin said...

Terimakasih mas, artikelnya sangat bermanfaat. Ternyata ada yang kasusnya seperti saya

Unknown said...

Kompos yg saya buat udah 2 minggu tp belum hancur, basah dan bau .kalo pake em4 brp byk dipake untuk sampah sebanyak 1 jeregen?

Unknown said...

Saya membuat "tempat tidur tanah untuk tanaman", terdiri dari tanah merah, sekam padi bakar, kotoran kambing, dedak padi dan fermentasi dedak padi dengan em4. Sekarang kondisi tanah menjadi suhu panas, lalu saya siram dengan banyak air.

Pertanyaannya, perlakuan apa yang lebih tepat untuk tanah itu?
Apakah di tutup rapat untuk pengompasan?
Atau di siram air banyak untuk bisa jadi media tanam.

Unknown said...

Kompos saya ada jamur putih nya itu tanda apa om

ummi maryam said...

Sama dengan @unknown kompos yg saya buat juga ada putih-putihnya seperti jamur fusarium. Padahal waktu memberi starter em4 Sudan dicampur trichoderma (jatrec). Apa yg mesti dilakukan?

Unknown said...

Sangat membantu om. Makasih infonya.