Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 17 Juni 2008
Foto: Sobirin 2008, Tempat Sampah Dibongkar Saja!
Oleh: Sobirin
Saya mempunyai tempat sampah di luar rumah dari bata di semen, ukuran 100cm x 75cm x 45cm. Sejak saya ber-“zerowaste”, tidak membuang sampah ke luar rumah, praktis tempat sampah ini tidak saya pakai. Akhirnya tempat sampah saya bongkar, karena banyak orang yang nebeng buang sampah.
Sejak 3 tahun yang lalu saya menganut faham “zerowaste”, sampah rumah tangga diproses 3 (Rreduce, reuse, recycle). Sampah organik menjadi kompos, sampah anorganik dimanfaatkan kembali atau didaur ulang. Jadi praktis tidak ada sampah yang dibuang ke luar rumah. Tempat sampah di luar rumah, yang saya buat dari bata yang disemen, tidak saya manfaatkan lagi. Anggapan saya tempat sampah menjadi bersih dan selalu akan kosong.
Tetapi ternyata tempat sampah tersebut selalu ada isinya. Sampah-sampah dapur, sampah plastik memenuhi tempat sampah saya. Heran juga, siapa yang ikut-ikutan membuang sampah di tempat saya. Ingin menuduh tetangga, saya tidak enak hati. Akhirnya, pikir punya pikir, tempat sampah saya tersebut saya bongkar saja. Tidak ada lagi tempat sampah di luar rumah saya.
Tidak mudah mengajak masyarakat kiri-kanan kita untuk bersedia memproses sampahnya sendiri. Malah-malah dibuang seenaknya di tempat orang lain. Memang sampah ini NIMBY, “not in my back yard”, sampah perlu disingkirkan, asal jangan ke tempat saya. Mereka ingin rumahnya bersih, tetapi membuang sampahnya di pekarangan orang lain.
Setelah tempat sampah saya bongkar, saya harap mereka-mereka yang membuang sampah di tempat saya ada sedikit rasa-rasa malu.
Foto: Sobirin 2008, Tempat Sampah Dibongkar Saja!
Oleh: Sobirin
Saya mempunyai tempat sampah di luar rumah dari bata di semen, ukuran 100cm x 75cm x 45cm. Sejak saya ber-“zerowaste”, tidak membuang sampah ke luar rumah, praktis tempat sampah ini tidak saya pakai. Akhirnya tempat sampah saya bongkar, karena banyak orang yang nebeng buang sampah.
Sejak 3 tahun yang lalu saya menganut faham “zerowaste”, sampah rumah tangga diproses 3 (Rreduce, reuse, recycle). Sampah organik menjadi kompos, sampah anorganik dimanfaatkan kembali atau didaur ulang. Jadi praktis tidak ada sampah yang dibuang ke luar rumah. Tempat sampah di luar rumah, yang saya buat dari bata yang disemen, tidak saya manfaatkan lagi. Anggapan saya tempat sampah menjadi bersih dan selalu akan kosong.
Tetapi ternyata tempat sampah tersebut selalu ada isinya. Sampah-sampah dapur, sampah plastik memenuhi tempat sampah saya. Heran juga, siapa yang ikut-ikutan membuang sampah di tempat saya. Ingin menuduh tetangga, saya tidak enak hati. Akhirnya, pikir punya pikir, tempat sampah saya tersebut saya bongkar saja. Tidak ada lagi tempat sampah di luar rumah saya.
Tidak mudah mengajak masyarakat kiri-kanan kita untuk bersedia memproses sampahnya sendiri. Malah-malah dibuang seenaknya di tempat orang lain. Memang sampah ini NIMBY, “not in my back yard”, sampah perlu disingkirkan, asal jangan ke tempat saya. Mereka ingin rumahnya bersih, tetapi membuang sampahnya di pekarangan orang lain.
Setelah tempat sampah saya bongkar, saya harap mereka-mereka yang membuang sampah di tempat saya ada sedikit rasa-rasa malu.
No comments:
Post a Comment