Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 9 Desember 2009
Foto: Sobirin, 2007, Karinda di Jakarta, bukan di Bandung
Oleh: Sobirin
Berhubung saya beberapa kali menulis tentang Karinda kepunyaan Bapak dan Ibu Djamaludin, banyak yang keliru, dikiranya Karinda itu di Bandung dengan alamat rumah saya. Karinda itu di Jakarta, alamatnya Bumi Karang Indah, Lebak Bulus, Jakarta, Telpon Rumah: 02175909167 atau HP: 08158014375.
Pada tanggal 9 Desember 2009, Ibu Djamaludin pemilik Karinda menelpon saya, menanyakan apakah ada Karinda di Bandung? Kata beliau, banyak yang menanyakan alamat Karinda yang di Bandung. Saya jawab, setahu saya tidak ada Karinda di Bandung.
Mungkin ada yang keliru membaca tulisan-tulisan saya tentang Karinda. Dikiranya Karinda dan Ibu Djamaludin itu di Bandung. Saya yang di Bandung dengan “sampah diolah menjadi berkah” alamat Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, Bandung 40191. Bapak dan Ibu Djamaludin adalah Karinda, alamat di Jakarta.
Berhubung sama-sama berjuang dalam bidang per-kompos-an, banyak yang membaca dan menulis ulang di internet, bahwa Bapak dan Ibu Djamaludin ini dikiranya beralamat di Bandung. di Jl. Alfa 92. Padahal beliau dengan Karinda-nya berada di Jakarta. Jadi sekali lagi: Karinda itu hanya satu, di Jakarta, bukan di Bandung. Yang berada di Bandung adalah saya “sampah diolah menjadi berkah”. Mari kita membuka aktivitas di kota kita masing-masing dalam pengelolaan sampah, dengan nama (icon) berbeda tetapi yang khas sesuai selera kita, ada "Karinda", ada "sampah diolah menjadi berkah", ada "rumah kompos", dan lain-lainnya.
Foto: Sobirin, 2007, Karinda di Jakarta, bukan di Bandung
Oleh: Sobirin
Berhubung saya beberapa kali menulis tentang Karinda kepunyaan Bapak dan Ibu Djamaludin, banyak yang keliru, dikiranya Karinda itu di Bandung dengan alamat rumah saya. Karinda itu di Jakarta, alamatnya Bumi Karang Indah, Lebak Bulus, Jakarta, Telpon Rumah: 02175909167 atau HP: 08158014375.
Pada tanggal 9 Desember 2009, Ibu Djamaludin pemilik Karinda menelpon saya, menanyakan apakah ada Karinda di Bandung? Kata beliau, banyak yang menanyakan alamat Karinda yang di Bandung. Saya jawab, setahu saya tidak ada Karinda di Bandung.
Mungkin ada yang keliru membaca tulisan-tulisan saya tentang Karinda. Dikiranya Karinda dan Ibu Djamaludin itu di Bandung. Saya yang di Bandung dengan “sampah diolah menjadi berkah” alamat Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, Bandung 40191. Bapak dan Ibu Djamaludin adalah Karinda, alamat di Jakarta.
Berhubung sama-sama berjuang dalam bidang per-kompos-an, banyak yang membaca dan menulis ulang di internet, bahwa Bapak dan Ibu Djamaludin ini dikiranya beralamat di Bandung. di Jl. Alfa 92. Padahal beliau dengan Karinda-nya berada di Jakarta. Jadi sekali lagi: Karinda itu hanya satu, di Jakarta, bukan di Bandung. Yang berada di Bandung adalah saya “sampah diolah menjadi berkah”. Mari kita membuka aktivitas di kota kita masing-masing dalam pengelolaan sampah, dengan nama (icon) berbeda tetapi yang khas sesuai selera kita, ada "Karinda", ada "sampah diolah menjadi berkah", ada "rumah kompos", dan lain-lainnya.
7 comments:
Pak Sobirin yang terhormat,
Pertama sekali saya ingin memperkenalkan diri dulu, nama saya Anto tinggal di Jogja, hobi jualan lontong opor dengan brand Lontong Opor SIMBAH. Begini pak, selama ini sampah yang saya hasilkan diangkut oleh pak sampah yang ada di kampung saya, tapi sekarang saya sampai pada kesadaran bahwa sampah ini harus diolah supaya tidak membebani TPA. Sebagian besar sampah saya adalah daun pisang pembungkus lontong (sudah direbus) dan limbah kelapa parut. Pertanyaan saya, mungkinkah limbah tersebut dibuat kompos dan bagaimana caranya?
WOW BEGITU TO TERNYATA...THANKS ATAS KLARIFIKASINYA PAK.
TERUS TERANG SAYA SUKA SEKALI BERKUNJUNG KE LAMAN INI, KARENA BANYAK ARTICLE YANG MENYENTUH ISU TERKINI.
KEEP ON MOVING PAK! SALAM GREEN DARI JOGJA HE HE HE
Hallo Lontong Opor Simbah, sangat bisa sekali. Kalo ada tempat, di samping dik Anto berjualan dibuat komposter anaerob. Galian tanah ukuran: mohon dilihat cara membuatnya di blog ini. Masukkan saja semua sisa2 lontong opor, tutup rapat dengan plat beton tipis. Sampah-sampah ini akan menjadi kompos. MOL-nya? Bisa dengan MOL buatan sendiri. Bisa dng tapai, atau yg lain.
Hallo juga Pelangi Anak: Saya percaya Pelangi Anak sudah mempraktekkan. Banyak ya nilai tambahnya. Semoga sukses/ terimakasih: sob
Pak Sobirin yang terhormat,
Pertama kali saya menjajal membuat drum takakura seperti yang di lakukan oleh Ibu Djamaludin dari KARINDA.
Saya membuat dari drum plastik dan samping drum saya beri lubang kecil-kecil begitu juga drum bagian bawah saya beri 6 lubang.
Dan di dalam drum saya beri bantal sekam padi atas dan bawah, samping bagian dalam saya lapisi kertas kardus.
Saya memebuat media dengan sekam+kotoran kambing+dedak saya siram dengan MOL ( dari tapai+air kelapa muda+gula+terasi+kotoran kambing cair ).
Limbah dari Kantin di kantor kami ( Nasi+sayur+ada sedikit daging ) saya masukan dan saya campur dengan dedaunan hijau dan kering.
Selang beberapa hari media tersebut panas sampai mengempul.
Setiap hari saya aduk supaya udara masuk. Setelah 2 mingguan kenapa muncul blatung-blatung ?
Apakah adanya blatung ini menandakan proses drum takakura saya gagal ?
Mohon saran dari pak Sobirin.
Sekian terima kasih.
Salam
Suprayitno - Jombang Jawa Timur
ok........................
sudah.................
Post a Comment