Wednesday, June 6, 2007

LUBANG KOMPOSTER "ANAEROB"

Bandung, Jl. Alfa 92 Cigadung II, 6 Juni 2007
Foto: Sobirin 2007, Lubang Komposter Anaerob

Oleh: Sobirin

Komposter yang selalu saya ceritakan adalah jenis komposter AEROB, yaitu komposter murah meriah yang berlubang-lubang sehingga memungkinan oksigen masuk dalam proses kompos-mengompos.

Contoh komposter AEROB yang saya buat antara lain dengan pasangan bata spasi lubang (lihat foto blog ini edisi 13 Mei 2007, judul “Menanggulangi sampah”). Membuat kompos dengan karung yang dilubangi kecil-kecil juga termasuk AEROB (lihat foto blog ini edisi 28 Mei 2007, judul “Membuat Kompos Dalam Karung”).

Ada cara lain membuat kompos dengan cara ANAEROB, tertutup rapat dan tidak memerlukan oksigen dari luar. Caranya yaitu dengan membuat lubang dalam tanah, ukurannya 60 cm x 60 cm x 100 cm. Bagian yang diperkuat dengan bata dan semen hanya 10 cm di bagian atas saja, untuk perkuatan agar tidak longsor, dan terlihat lebih estetis. Lubang bagian bawah telanjang tidak disemen atau dibeton. Lubang ini kemudian diisi dengan bahan-bahan organik yang bisa dikomposkan, misalnya potongan rumput, daun-daun yang jatuh dari pohon, sampah organik rumah tangga, sisa sayur kemarin, dll. Semua bahan tersebut sebaiknya dipotong-potong kecil-kecil seukuran 3 cm. Kalau ada “kohe” (kotoran hewan sapi, ayam, atau kambing) lebih bagus. Bahkan pengalaman saya, bangkai binatang semacam tikus, bekicot, atau yang lain, saya masukkan saja ke dalam lubang ANAEROB ini. Bangkai tidak saya potong-potong, karena saya juga merasa jijik! Masukkan saja ke dalam lubang! Kemudian disiram mikro organisme lokal (MOL) buatan sendiri (cara membuatnya lihat blog ini edisi 18 Mei 2007, “Membuat Kompos Murah Meriah dan Sarter-nya).

Setelah bahan kompos selesai semua dimasukkan dalam lubang dan disiram MOL (tentunya pada hari-hari pertama tidak penuh terisi, tidak apa-apa), lalu bagian atasnya dihampari tanah setebal kurang lebih 5 cm, agar bila ada bau-bau menjadi terhambat. Kemudian terakhir, tutup beton ditutupkan di atas lubang ini. Dulu pertama kali saya membuat tutupnya dari papan kayu, ternyata mudah sekali lapuk, mungkin dimakan mikroba yang tercecer.

Begitulah tiap hari bila ada bahan kompos seperti tersebut di atas, tambahkan saja, dan ulangi prosedur seperti yang telah diuraikan. Kalau dalam proses kompos AEROB saya menghindari bahan-bahan berupa daging bekas atau ikan mentah bekas, karena sering menjadi incaran tikus hidup yang mencoba menerobos lubang-lubang komposter, maka dalam proses ANAEROB semua bahan organik apa saja bisa dimanfaatkan, termasuk daging dan ikan bekas. Usahakan tiap 3 hari sekali di aduk, tambah MOL, dan tutupi kembali dengan lapisan tanah setebal 5 cm.

Setelah 3 minggu atau paling lama 1 bulan bahan telah menjadi kompos dan siap dipanen (terutama lapisan yang di bawah). Tetapi saya jarang melakukan panen dari kompos proses ANAEROB ini, karena saya lebih senang dengan proses AEROB. Anehnya, walaupun tidak pernah dipanen, tetapi lubang tidak pernah penuh, karena volumenya menyusut terus. Pengalaman saya, sejak lubang dibuat 2 tahun yang lalu, terus saja bisa terus siap diisi.

Saya tidak menyarankan cara ini dibuat pada lokasi yang air tanahnya dangkal (misal permukaan air tanahnya – 1 m sampai -5 m, kalau lebih dari -5 m tidak apa-apa. Hal ini karena dikhawatirkan air tanahnya akan tercemari oleh lindi yang mungkin terjadi, apalagi bila prosedurnya tidak benar.

Dalam gambar dapat dilihat lubang kompos ANAEROB dan tutup beton yang sedang dipegang oleh Mang Endut, asisten kompos saya. Di rumah saya ada 5 lubang kompos ANAEROB semacam ini. Jadi, rumah saya mempunyai komposter bata berlubang AEROB untuk bahan-bahan organik yang “bersih”, dan komposter lubang ANAEROB untuk bahan-bahan kompos organik yang “sedikit disebut menjijikkan”, misal daging busuk, ikan busuk dan sejenisnya. Karena ditutup lapisan tanah 5 cm dan ditutup lagi dengan tutup beton, maka aman dan sama sekali tidak ada bau-bau, dan yang terpenting tidak membuang sampah rumah ke luar rumah!

No comments: