Wednesday, October 10, 2007

BERKUNJUNG KE PABRIK PUPUK ORGANIK

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 11 Oktober 2007
Foto: Sobirin 2007, Proses Pengomposan di Pabrik Agro Duta

Oleh: SOBIRIN
Ternyata di Kota Bandung ada beberapa tempat pembuatan kompos skala pabrik, salah satunya adalah Pabrik Pupuk Organik atau Pabrik Kompos Agro Duta di Jl. Paralon I No. 12 Bandung 40212. Tiga kali saya sempat berkunjung ke tempat ini.



Pabrik ini terletak di antara pabrik-pabrik lain di daerah Holis, yaitu daerah yang terkenal karena ada pabrik bakso dan restoran bakso Holis. Luas lahan pabrik kurang lebih 6.000 m2, terdiri dari ruang kantor, hanggar perajangan bahan kompos, hanggar penghampar bahan kompos, hanggar mikro organisme, dan halaman parkir truck.

Bahan kompos diambil dari sampah pasar Caringin, yaitu pasar tradisionil skala besar di Kota Bandung. Setiap hari sampah pasar diangkut dari pasar Caringin ke pabrik ini menggunakan truck kecil (truck engkel), mondar-mandir sebanyak 8 rit per hari. Komposisi sampah pasar Caringin kurang lebih 80 persen bahan organik dan 20 persen bahan non organik.

Sampah dirajang (dicacag) dengan mesin perajang kapasitas 5 ton/hari. Sampah yang telah dirajang ini dihamparkan di hanggar penghampar dan disemprot dengam mikro organisme buatan pabrik ini juga. Dibolak-balik setiap hari, dan kurang lebih 1 bulan proses pengomposan ini selesai. Kemudian diayak untuk mendapatkan butir-butir kompos siap pakai.

Dalam proses pengomposan di hanggar ini, kadang terbentuk air lindi yang mengalir di lantai hanggar, yang kemudian dikumpulkan untuk kemudian diproses menjadi mikro organisme. Perihal air lindi ini, justru banyak keluar dari tempat penumpukan sampah yang diturunkan dari truck di hanggar perajangan. Sampah yang belum dirajang banyak mengeluarkan air lindi, yang ditampung dan dialirkan ke tempat khusus pemrosesan air lindi menjadi pupuk organik cair.

Jadi pabrik ini memproduksi dua macam pupuk organik. Produk pertama adalah pupuk organik padat (kompos) dan yang kedua adalah pupuk organik cair. Pupuk orbanik padat (kompos) setelah diayak ini, sebanyak 5 ton/hari, tidak diberi label atau merk, dan langsung dimasukkan ke dalam karung-karung dibawa ke tempat pertanian organik milik pabrik ini di daerah Lembang, Bandung Utara.

Mengenai pupuk cair, karena prosesnya melalui beberapa tahap, adalah merupakan produk andalan, dan diberi label atau merk STON-F. Nama ini adalah singkatan dari Sehat Tanah – Orang Nyaman – Friendly. Dalam leaflet iklannya disebutkan bahwa STONE-F ini merupakan bioactivator yang dapat menyuburkan tanah dan tanaman, dan selain itu dapat pula dimanfaatkan untuk pakan udang dan ikan ditambak-tambak tepi pantai. Selain menawarkan produk-produk kompos, pabrik ini juga melayani penjualan pearalatan perajang sampah dan lain-lainnya.

Bisa membayangkan andaikan di setiap kota memiliki pabrik kompos, di setiap pasar juga ada pabrik kompos, di setiap rumah tangga ada proses reduce, reuse, recycle dan pembuatan kompos skala rumah tangga? Tentunya kota akan bersih dari sampah!

Ingin menghubungi pabrik ini? Silahkan hubungi pak Teguh, pak Yeremia Tokan, atau pak Aries Yanimartono di alamat pabrik:
Agro Duta, Jl. Paralon I No. 92 Bandung 40212
Telp: (022) 6033813, 6033814
HP: 08122346785, 081320642366, 0818200901
Fax: (022) 6027998
e-mail: dwarna@bdg.centrin.net.id.

Read More..

Saturday, October 6, 2007

KRIPIK BAYAM RENYAH RASA TERIGU

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 6 Oktober 2007
Foto: Sobirin 2007, Bayam Tumbuh Subur Disiram MOL Nasi


Oleh: Sobirin

Saya meminta benih-benih tanaman dari pak Sajiboen, teman saya inohong dari Cirebon. Saya diberi beberapa bungkus, salah satunya berukuran butir-butir lembut berwarna hitam. Benih tanaman apakah itu? Saya tidak tahu!


Saya akan coba menanam benih-benih berukuran lembut tersebut. Kebetulan saya masih mempunyai pot besar dari drum yang dipotong separoh. Saya isi dengan tanah dicampur kompos buatan sendiri. Ukurannya 1 bagian tanah dicampur 2 bagian kompos. Diaduk rata dalam pot besar tadi, kemudian saya siram dengan mikro organisme lokal (MOL) buatan sendiri.

MOL ini telah saya siapkan jauh hari sebelumnya. MOL ini khusus saya buat dari nasi sisa yang tidak termakan. Nasi dikepel-kepel (dibuat bulat dengan tangan seperti onde-onde). Onde-onde nasi ini saya simpan didalam doos yang berisi kompos jadi. Beberapa hari kemudian, onde-onde nasi ini berjamur, ada yang berwarna kuning, biru, jingga kemerahan.

Onde-onde nasi yang berjamur ini saya masukkan dalam jeriken plastik, kemudian saya isi air gula, dan dibiarkan sampai beberapa hari. Jeriken jangan ditutup, supaya ada udara ikut berproses. Setelah beberapa hari, cairan dalam jeriken tersebut berbau khas seperti bau tape (tapai, peuyeum). Cairan inilah yang saya anggap telah mengandung mikro organisme (lokal).

Kita kembali ke tong setengah drum yang telah berisi tanah dicampur kompos. Lalu butir2 benih lembut berwarna hitam dari pak Sajiboen saya tebarkan dipermukaan pot. Tiap hari disiram air, dan 2 hari sekali di siram MOL nasi yang telah diencerkan. Kira-kira satu minggu kemudian tumbuh kecambah kecil-kecil, dan setelah besar ternyata tanaman ini adalah tanaman bayam.

Tanaman bayam semakin subur dengan penyiraman air dan sesekali disiram MOL nasi. Daun bayam tumbuh berukuran besar dan semakin subur pada umur 3 minggu. Ini jelas karena kompos dan MOL yang tepat.

Saya bertanya kepada mang Endut pembantu saya, apakah bayam ini bisa dimakan. Bisa pak, bisa dikulub (digodog sebentar) terus dibumbu pecel. Tetapi kemudian istri saya menginginkan daun bayam tadi digoreng dengan tepung terigu. Jadilah “kripik bayam”. Ukuran kripik ini selebar telapak tangan orang dewasa, pokoknya lebar benar. Renyah, tapi lebih terasa terigunya dari pada daun bayamnya. Lain kali akan saya coba untuk dikulub saja, dibuat pecel daun bayem.

Read More..

Tuesday, October 2, 2007

PLASTIK BEKAS, DIAPAKAN?

Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 3 Oktober 2007
Foto: Sobirin 2007, Butir-Butir Pelet Plastik

Oleh: Sobirin

Plastik bekas sampah rumah tangga diapakan? Tergantung jenis-jenisnya. Ada plastik kantong keresek, gelas plastik air minum kemasan, botol plastik minuman ringan, bekas bungkus sabun deterjen, sikat gigi bekas, sisir bekas, dan lain-lain.




Semuanya dikumpulkan, dicuci bersih, dan dijemur. Diseleksi masing-masing dikumpulkan sesuai jenisnya. Mengapa harus dicuci bersih dan dijemur. Sebab kalau tidak dicuci, masih ada sisa makanan atau bumbu-bumbu makanan, bisa membusuk bau dan mengundang lalat, menjadi penyakit!


Botol plastik, gelas plastik, dan sejenisnya dikumpulkan dan setelah banyak bisa dijual atau disumbangkan kepada tukang pemulung barang rongsokan. Kantong-kantong kresek yang masih bagus bisa dipakai ulang.

Kantong-kantong plastik bekas deterjen biasanya berwarna-warni. Banyak yang memanfaatkan sebagai bahan untuk pekerjaan tangan atau kerajinan, dijahit dengan sentuhan seni sesuai warna-warni bahannya menjadi barang-barang berguna, seperti kantong, tas, tempat sampah, payung, sandal dan lain-lainnya. Banyak kelompok masyarakat yang telah mencoba terjun di dunia kegiatan kerajinan ini, dan mampu menghasilkan uang.

Coba saja kalau kita mengikuti seminar-seminar, sering diberi tas seminar yang konvensional. Mengapa tidak dibuatkan saja tas-tas seminar dari bahan-bahan plastik bekas ini? Asal desainnya menarik dengan komposisi warna sesuai pasti banyak yang tertarik, sekaligus untuk melaksanakan konsep 3R (reduce, reuse, recycle).

Lalu sisa-sisa plastik yang tidak laku dijual, diapakan? Dibuang? Jangan! Dibakar? Apa lagi, jangan! Bisa-bisa kita kena racun dioksin! Baiknya kita upayakan sebagai barang yang bermanfaat. Kalau dipabrik-pabrik plastik, bahan-bahan plastik bekas seperti kantong keresek bisa diproses menjadi butir-butir pelet plastik, untuk selanjutnya bisa dijual ke pabrik plastik.

Kalau diproses di rumah tangga bisa? Nah ini yang agak sulit, karena butuh kreativitas alat yang agak perlu uang. Prinsipnya plastik-plastik semacam kantong keresek yang jelek-jelek ini bisa “dilelehkan” menjadi butir-butir “gravel” (seukuran kerikil) dengan “pemanasan” sampai temperatur 150-200 derajat. Saya mencobanya dengan peralatan sangat sederhana, dan hasilnya seperti dapat dilihat di gambar potret. Untuk apa? Belum tahu untuk apa, bisa untuk “kerikil bahan-bahan bangunan” yang nantinya diaduk dengan semen, bisa juga untuk kreasi kerajinan atau seni yang lain. Yang terpenting, konsep “zero waste” dapat direalisasikan, sampah rumah jangan dibuang keluar rumah.

Read More..