Monday, August 25, 2008

TABLOID NOVA SEMANGAT BER-ZEROWASTE

NOVA, No.1070/XXI edisi 25-31 Agustus 2008
Foto: Halaman Cover NOVA, Bonus Kompos Praktis


Oleh: Sobirin

Tabloid NOVA memang untuk wanita yang kreatif dan ekologis. Edisi 25-31 Agustus 2008 menghadiahi bonus 8 halaman cara praktis membuat MOL dan kompos dengan model www.clearwaste.blogspot.com yang dirangkum oleh Laili Damayanti, Nove Noverita K.Waldan, dibantu Fadoli Barbathully.



Tulisan pertama berjudul ‘Ayo Bikin Kompos’ oleh Laili Dimyati menekankan sasaran ‘gerakan zerowaste’. Dikatakan bahwa kesadaran untuk menjaga lingkungan agar tetap bersih adalah mutlak harus dimiliki setiap orang, seperti yang selalu dihimbau oleh www.clearwaste.blogspot.com dalam artikel-artikelnya.


Tulisan kedua berjudul ‘Ragam MOL Aroma Buah’ ditulis oleh Nove tentang bermacam-macam cara membuat MOL atau Mikro Organisme Lokal untuk starter pengomposan dan juga bisa berfungsi untuk pupuk cair. Bermacam MOL yang dirangkum Nove dari www.clearwaste.blogspot.com adalah: MOL tapai, MOL tapai nenas, MOL nasi basi, MOL sampah rumah tangga, MOL rebung, MOL bonggol pisang, dan MOL keong.


Tulisan ketiga berjudul ‘Kompos Dalam Karung’ ditulis oleh Nove Noverita K. Waldan yaitu cara membuat kompos yang dimasukkan ke dalam karung, terutama bagi rumah yang halamannya sempit.

Nove juga menulis tentang ‘Sayur Subur Pakai MOL’, ada bayam, kangkung, papaya, tomat yang tumbuh subur di halaman rumah www.clearwaste.blogspot.com berkat disiram MOL yang telah diencerkan. Pengenceran MOL untuk pupuk cair ini menggunakan air, dengan perbandingan 1 bagian MOL ditambah 15 bagian air.


Semoga NOVA sukses menyebar-luaskan ‘gerakan zerowaste’.

Read More..

Monday, August 18, 2008

PANEN KOMPOS ANAEROB 200 KG

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 18 Agustus 2008
Foto: Sobrin 2008, Panen Kompos Anaerob 2 Kwintal

Oleh: Sobirin

Saya memiliki 4 (empat) komposter anaerob galian lubang tanah. Masing-masing berukuran panjang 60 cm, lebar 60 cm, dalam 100 cm. Apa-pun bahan organik saya masukkan ke dalamnya tanpa dipotong kecil-kecil. Ketika 2 (dua) komposter dipanen, diperoleh sekitar 200 kg kompos halus.




S
aya sangat menyukai komposter anearob jenis ini. Apa-pun bahan organik saya masukkan ke dalamnya. Sampah pekarangan disapu, tanpa dipotong atau dirajang kecil-kecil, langsung dimasukkan ke dalam lubang komposter. Sisa makanan yang berkuah, seperti gulai dan sejenisnya, juga saya tuangkan ke dalamnya. Ada bangkai tikus, bekicot, tulang ayam, sisa daging, semua saya masukkan ke lubang.


Setiap selesai memasukkan bahan-bahan tadi, lalu disiram MOL, kemudian ditutup tanah setebal 5 cm, baru terakhir plat beton ditutupkan kembali. Begitu seterusnya proses dilakukan.
Walaupun tiap hari bahan-bahan dimasukkan ke dalamnya, tetapi penuhnya lama sekali, karena bahan-bahan tersebut menyusut. Komposter berukuran seperti tersebut di atas, baru penuh setelah 3 bulanan.

Ketika digali kembali, diperoleh 3 lapisan kompos. Paling atas lapisan kompos yang belum jadi, lapisan tengah berupa kompos setengah matang, paling bawah merupakan kompos yang sudah jadi berwarna coklat hitam seperti tanah.


Lapisan kompos paling bawah kemudian di ayak agar butirannya seragam. Dari 2 (dua) lubang komposter yang dipanen, diperoleh 9 (sembilan) karung kompos ”super”, berat total sekitar 200 kg alias 2 kwintal. Sebanyak 1 (satu) karung diminta untuk contoh oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota Cirebon, 2 (dua) karung dikirim untuk anak saya di Bekasi, 2 (karung) diminta oleh pak Roso teman saya di Bandung, sisa 4 (empat) karung untuk saya manfaatkan sendiri.


Kompos yang setengah matang saya masukkan ke dalam komposter AEROB utuk disempurnakan dengan menambah MOL dan mengaduknya tiap 3 (tiga) hari. Sedangkan kompos yang belum jadi saya masukkan kembali ke lubang komposter anaerob yang sekarang telah kosong dan siap menampung kembali bahan-bahan kompos yang baru.

Read More..

Saturday, August 9, 2008

JERUK NIPIS BERGELAYUTAN KARENA KOMPOS

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 9 Agustus 2008
Foto: Sobrin 2008, Jeruk Nipis Bergelayutan

Oleh: Sobirin

Dua tahun lalu seorang hansip saya memberi bibit cangkokan jeruk nipis. Bibitnya masih kecil dan pendek. Saya tanam di belakang rumah, dibawah rimbunan pohon belimbing biasa dan pohon belimbing wuluh. Tanaman jeruk nipis ini tidak tumbuh dengan baik karena kurang sinar matahari.



Kemudian tanaman jeruk ini saya pindah ke tempat yang banyak terkena sinar matahari. Tanaman ini langsung ke tanah, tidak menggunakan pot. Tanah digali secukupnya, dicampur kompos.

Tanaman dipelihara dengan seksama disiram dengan MOL secara teratur. Macam-macam MOL saya cobakan, ada MOL tapai, MOL dapur, MOL terasi. Rumput-rumput yang selalu tumbuh liar disekitar tanaman segera dicabut, dan tanah diaduk pelan agara tetap urai dan gembur.


Tanaman tumbuh subur, selain tanahnya gembur karena kompos, disiram MOL, juga terkena sinar matahari cukup. Bulan Agustus buahnya banyak bergelayutan. Lumayan, yang sudah kuning untuk dibuat minuman es jeruk segar di kala musim kemarau.

Read More..

Friday, August 8, 2008

PADI RAKSASA DALAM KARUNG

Bandung, Jl. Alfa No. 92, Cigadung II, 9 Agustus 2008
Foto: Sajiboen 2008, Padi Karung 90 Hari 104 Anakan

Oleh: Sobirin

Teman saya ahli padi namanya Alik Sutaryat pekerjaannya menekuni padi SRI (System of Rice Intensification). Dalam usaha mengembangkan padi SRI ini, dia berhasil menanam padi 1 butir dalam karung goni dengan kompos dan MOL buatan sendiri menjadi 104 anakan, hasil panen 0,70 kg.



J
enis padi Sintanur, ukuran karung goni diameter 60 cm dan tinggi 60 cm. Diisi dengan tanah dan kompos. Tanah 1 bagian, kompos 2 bagian. MOL buatan sendiri dari bahan keong sawah yang ditumbuk, dicampur dengan buah maja (dalam bahasa Sunda buah berenuk), dicampur dengan air kelapa.


Jenis karung goninya adalah karung goni tenunan dari rami, karung goni wadah beras jaman dulu, yang warnanya coklat, tembus air. Bukan karung goni plastik jaman sekarang yang warnanya putih dan tidak tembus air. Tiap hari disiram air, dan air terus merembas keluar.

Pemberian MOL encer tiap 3 hari. Menjelang berbulir tambahkan lagi kompos sebagai pengganti butir-butir kompos yang terbawa rembasan air keluar dari karung. Dalam waktu 90 hari, tinggi tanaman padi ini mencapai 1,5 meter, anakannya 104 batang.

Ketika dipanen menghasilkan gabah 0,7 kg. Kalau disetarakan dengan penanaman di sawah kurang lebih 70 ton per hektar per panen. Setelah panen, ketika digali, panjang akarnya mencapai 45 cm.
Bandingkan dengan padi ember biasa dengan perlakuan biasa, anakan hanya 35 batang, hasil panen hanya 0,15 kg.

Saat ini Alik Sutaryat yang berasal dari Lakbok, Ciamis, Jawa Barat, sedang berupaya menanam padi karung yang diharapkan bisa menghasilkan panenan 1 (satu) kilogram atau 10 ons tiap karung yang asalnya hanya dari 1 (satu) butir benih gabah.


Dalam foto terlihat padi karung dipegang oleh saya Sobirin, dan padi ember dipegang oleh Sajiboen sahabat kompos dari Cirebon.

Read More..