Bandung, Jl. Alfa No. 92 Cigadung II, 5 Desember 2007
Foto: Sobirin, 2007, Panen Lobak
Oleh: SOBIRIN
Benih lobak yang diberi oleh pak Sajiboen beberapa waktu lalu, kemudian saya tanam, sekarang sudah saatnya dipanen. Lumayan juga panenan dari “agrohome” ini. Jumlahnya banyak, lobaknyapun besar-besar. Lalu lobak ini untuk dimasak apa?
"Agrohome"? Pertanian rumah tangga? Dengan pekarangan yang relatif sempit pun "agrohome" ini bisa dilakukan. Kalau tidak ada lahan sama sekali, bisa saja dengan pot-pot yang digantung.
Tanah dicampur kompos buatan sendiri, dengan perbandingan 1 bagian tanah dicampur 2 bagian kompos, diaduk rata lalu dimasukkan dalam pot. Kemudian dibasahi dan ditabur bibit yang akan ditanam. Tergantung jebis bibitnya. Bisa disemai dulu di tempat lain, bisa juga langsung ditabur dalam pot tersebut.
Memang perlu tekun dalam pemeliharaannya. Tanaman diberi air secukupnya, ditambah MOL (mikro organisme lokal) buatan sendiri yang diencerkan. Tiap 3 hari sekali tanah dirapihkan, bila ada rumput liar langsung saja dicabut.
Selang beberapa minggu, tanaman muda yang subur akan muncul dalam pot kita. Pemeliharaan terus hingga tanaman dewasa dan bisa dipanen.
"Agrohome" adalah lanjutan dari "zerowaste". Sampah organik rumah tangga diproses jadi kompos dan kompos dimanfaatkan untuk "agrohome". Nilai tambahnya sangat besar, sebab kalau hanya membuat kompos lalu dijual, sangat tidak ekonomis, sebab harga kompos paling berapa? Rp 300,- per kilogram (ada juga yang menjual Rp 1.000,- per kilogram). Sebaiknya untuk "agrohome" saja. Apalagi yang ditanam adalah tanaman-tanaman eksotik, harga jualnya bisa sangat mahal.
Kembali ke lobak saya. Untuk apa? Sementara ini untuk lalab dan untuk membuat ’soto bandung’.
Benih lobak yang diberi oleh pak Sajiboen beberapa waktu lalu, kemudian saya tanam, sekarang sudah saatnya dipanen. Lumayan juga panenan dari “agrohome” ini. Jumlahnya banyak, lobaknyapun besar-besar. Lalu lobak ini untuk dimasak apa?
"Agrohome"? Pertanian rumah tangga? Dengan pekarangan yang relatif sempit pun "agrohome" ini bisa dilakukan. Kalau tidak ada lahan sama sekali, bisa saja dengan pot-pot yang digantung.
Tanah dicampur kompos buatan sendiri, dengan perbandingan 1 bagian tanah dicampur 2 bagian kompos, diaduk rata lalu dimasukkan dalam pot. Kemudian dibasahi dan ditabur bibit yang akan ditanam. Tergantung jebis bibitnya. Bisa disemai dulu di tempat lain, bisa juga langsung ditabur dalam pot tersebut.
Memang perlu tekun dalam pemeliharaannya. Tanaman diberi air secukupnya, ditambah MOL (mikro organisme lokal) buatan sendiri yang diencerkan. Tiap 3 hari sekali tanah dirapihkan, bila ada rumput liar langsung saja dicabut.
Selang beberapa minggu, tanaman muda yang subur akan muncul dalam pot kita. Pemeliharaan terus hingga tanaman dewasa dan bisa dipanen.
"Agrohome" adalah lanjutan dari "zerowaste". Sampah organik rumah tangga diproses jadi kompos dan kompos dimanfaatkan untuk "agrohome". Nilai tambahnya sangat besar, sebab kalau hanya membuat kompos lalu dijual, sangat tidak ekonomis, sebab harga kompos paling berapa? Rp 300,- per kilogram (ada juga yang menjual Rp 1.000,- per kilogram). Sebaiknya untuk "agrohome" saja. Apalagi yang ditanam adalah tanaman-tanaman eksotik, harga jualnya bisa sangat mahal.
Kembali ke lobak saya. Untuk apa? Sementara ini untuk lalab dan untuk membuat ’soto bandung’.
No comments:
Post a Comment