Pikiran Rakyat, 11-09-2008, Lia Marlia
Foto: Usep Usman Nasrulloh, 2008, Kreasi Daur Ulang Iyom
Iyom Rochaeni, warga Cihampelas Bongkaran RW 15 Kota Bandung punya tangan ajaib yang bisa menyulap sampah plastik menjadi tas eksklusif, keranjang buah, pernak-pernik boneka Barbie, taplak meja, sajadah, serta berbagai barang berguna lainnya.
Iyom Rochaeni, warga Cihampelas Bongkaran RW 15 Kota Bandung punya tangan ajaib yang bisa menyulap sampah plastik menjadi tas eksklusif, keranjang buah, pernak-pernik boneka Barbie, taplak meja, sajadah, serta berbagai barang berguna lainnya.
Di tangan Iyom, berbagai "sampah" kemasan bisa didaur ulang menjadi tas-tas yang menarik. Ada dua rahasia yang dia pegang untuk menjadi seperti itu, yaitu niat baik dan ketekunan.
Semuanya berawal ketika Iyom beserta 25 warga kampungnya mengikuti program "Cikapundung Bersih" pada 2006, yang digelar oleh USAID. Kala itu, perempuan berumur 54 tahun ini masuk ke dalam kelompok peduli sampah dan mendapat begitu banyak informasi tentang bahaya limbah plastik terhadap lingkungan dan masa depan umat manusia.
Sebenarnya Iyom tidak terlalu mengerti bahasan ilmiah tentang limbah plastik. Yang dia tahu, dia diminta untuk melakukan sesuatu dengan sampah plastik. Iyom mulai mengumpulkan limbah plastik seperti kantong plastik atau keresek, kemasan minuman dan makanan instan, kemasan detergen dan pewangi pakaian, serta sedotan. Setelah melihat bentuk dan pola gambar kemasan plastik itu, barulah terpikir oleh ibu tiga putri ini untuk membuatnya menjadi tas belanja.
"Waktu itu saya baru bisa menggunakan kemasan plastik besar seperti bungkus minyak goreng dan pewangi, lalu menjahitnya. Tapi karena saya tinggal di perkampungan, susah mendapat limbah plastik ukuran besar. Soalnya kita biasa beli eceran, kemasan yang kecil-kecil," tuturnya.
Kondisi ini kembali memaksa Iyom untuk memutar otak mencari cara untuk memanfaatkan limbah plastik yang lebih kecil dan tiba-tiba saja dalam kepalanya muncul ide, dianyam.
Iyom lalu mulai mengumpulkan kemasan plastik ukuran kecil, mengelompokkannya, dan mencucinya. Setelah dilap satu per satu, kemasan plastik itu dipotong sesuai dengan corak yang akan ditonjolkan. Pekerjaan ini dilanjutkan dengan melipatnya menjadi bentuk bujur sangkar dengan ukuran sesuai kebutuhan.
Kotak-kotak kecil inilah yang kemudian Iyom rangkai menggunakan jarum dan benang kasur, menjadi bentuk-bentuk yang terpikir olehnya. Khusus untuk limbah kantong plastik, Iyom punya teknik menganyam yang berbeda.
Harga yang dia pasang untuk setiap barang ciptaannya terbilang mahal, Rp 35.000,00-Rp 100.000,00. Bukan kepicikan atas nama keuntungan yang berada di balik penetapan harga tinggi itu, melainkan alasan yang lebih sederhana dan sangat menyentuh.
"Sengaja harganya dibikin mahal supaya ibu-ibu yang ingin barang yang saya bikin tidak bisa beli dan memilih membuatnya sendiri. Kalau begitu kan sampah plastik yang dimanfaatkan jadi lebih banyak," katanya.
Dari iseng, kegiatan baru istri Emuy Sunardi (64) ini berubah menjadi hobi. Tidak pernah sekalipun dia melewatkan sampah plastik yang tertangkap matanya. Sampai-sampai sang anak mengeluhkan rumah mereka yang kini seperti tempat sampah. Di mana-mana terdapat gantungan tas plastik berisi limbah plastik yang siap disulapnya menjadi bentuk baru. Bahkan, cucunya yang duduk di bangku SD kini terbiasa membawa pulang setiap sampah plastik yang ditemukannya di jalan.
**
Iyom adalah perajin limbah plastik pertama yang menerapkan teknik menganyam dalam kreasinya. Idenya itu membuat nenek enam cucu ini kebanjiran tawaran sebagai pelatih dalam pelatihan daur ulang di berbagai kota di Indonesia. Kini dia sudah membagi ilmunya ke banyak peserta pelatihan di Tasikmalaya, Ciamis, Subang, Surabaya, hingga Aceh.
Selain itu, namanya pun sudah sangat dikenal di kalangan mahasiswa dan aktivis lingkungan. Pada beberapa kesempatan, sekelompok mahasiswa datang ke rumahnya hanya untuk belajar menganyam limbah plastik menjadi tas atau keranjang.
Tidak jarang pula rombongan turis asing mengunjungi kediamannya dan membawa pulang beberapa hasil kreasi Iyom sebagai oleh-oleh. Iyom juga beberapa kali diundang untuk memajang karya-karyanya di pameran yang digelar ITB dan Itenas.
Begitulah Iyom. Tidak pernah pelit berbagi ilmu kepada siapa pun yang mau berguru. Suatu saat cucunya datang bersama beberapa temannya sambil membawa limbah plastik. Mereka lalu minta diajarkan membuat tempat pensil dari limbah tersebut. Walau tidak punya pengalaman membuat benda itu sebelumnya, Iyom dengan sabar membimbing anak-anak itu. Menurut Iyom, tawa dan ucapan terima kasih mereka sudah cukup membuatnya puas.
Atas keputusannya untuk menyelamatkan lingkungan, Iyom dianugerahi penghargaan dari Wali Kota Bandung, Juli lalu. Akan tetapi penghargaan itu hanya berupa piagam. Jauh dari perhatian yang diharapkan Iyom dari Pemerintah Kota Bandung.
"Saya ingin punya sanggar sendiri supaya dapat dengan leluasa melatih lebih banyak orang lagi untuk mengelola limbah plastik. Lebih banyak orang kan berarti lebih banyak limbah yang termanfaatkan," katanya, tanpa peduli tentang hak cipta yang seharusnya dia miliki atas ide dan hasil karyanya itu. (Lia Marlia)***
Foto: Usep Usman Nasrulloh, 2008, Kreasi Daur Ulang Iyom
Iyom Rochaeni, warga Cihampelas Bongkaran RW 15 Kota Bandung punya tangan ajaib yang bisa menyulap sampah plastik menjadi tas eksklusif, keranjang buah, pernak-pernik boneka Barbie, taplak meja, sajadah, serta berbagai barang berguna lainnya.
Iyom Rochaeni, warga Cihampelas Bongkaran RW 15 Kota Bandung punya tangan ajaib yang bisa menyulap sampah plastik menjadi tas eksklusif, keranjang buah, pernak-pernik boneka Barbie, taplak meja, sajadah, serta berbagai barang berguna lainnya.
Di tangan Iyom, berbagai "sampah" kemasan bisa didaur ulang menjadi tas-tas yang menarik. Ada dua rahasia yang dia pegang untuk menjadi seperti itu, yaitu niat baik dan ketekunan.
Semuanya berawal ketika Iyom beserta 25 warga kampungnya mengikuti program "Cikapundung Bersih" pada 2006, yang digelar oleh USAID. Kala itu, perempuan berumur 54 tahun ini masuk ke dalam kelompok peduli sampah dan mendapat begitu banyak informasi tentang bahaya limbah plastik terhadap lingkungan dan masa depan umat manusia.
Sebenarnya Iyom tidak terlalu mengerti bahasan ilmiah tentang limbah plastik. Yang dia tahu, dia diminta untuk melakukan sesuatu dengan sampah plastik. Iyom mulai mengumpulkan limbah plastik seperti kantong plastik atau keresek, kemasan minuman dan makanan instan, kemasan detergen dan pewangi pakaian, serta sedotan. Setelah melihat bentuk dan pola gambar kemasan plastik itu, barulah terpikir oleh ibu tiga putri ini untuk membuatnya menjadi tas belanja.
"Waktu itu saya baru bisa menggunakan kemasan plastik besar seperti bungkus minyak goreng dan pewangi, lalu menjahitnya. Tapi karena saya tinggal di perkampungan, susah mendapat limbah plastik ukuran besar. Soalnya kita biasa beli eceran, kemasan yang kecil-kecil," tuturnya.
Kondisi ini kembali memaksa Iyom untuk memutar otak mencari cara untuk memanfaatkan limbah plastik yang lebih kecil dan tiba-tiba saja dalam kepalanya muncul ide, dianyam.
Iyom lalu mulai mengumpulkan kemasan plastik ukuran kecil, mengelompokkannya, dan mencucinya. Setelah dilap satu per satu, kemasan plastik itu dipotong sesuai dengan corak yang akan ditonjolkan. Pekerjaan ini dilanjutkan dengan melipatnya menjadi bentuk bujur sangkar dengan ukuran sesuai kebutuhan.
Kotak-kotak kecil inilah yang kemudian Iyom rangkai menggunakan jarum dan benang kasur, menjadi bentuk-bentuk yang terpikir olehnya. Khusus untuk limbah kantong plastik, Iyom punya teknik menganyam yang berbeda.
Harga yang dia pasang untuk setiap barang ciptaannya terbilang mahal, Rp 35.000,00-Rp 100.000,00. Bukan kepicikan atas nama keuntungan yang berada di balik penetapan harga tinggi itu, melainkan alasan yang lebih sederhana dan sangat menyentuh.
"Sengaja harganya dibikin mahal supaya ibu-ibu yang ingin barang yang saya bikin tidak bisa beli dan memilih membuatnya sendiri. Kalau begitu kan sampah plastik yang dimanfaatkan jadi lebih banyak," katanya.
Dari iseng, kegiatan baru istri Emuy Sunardi (64) ini berubah menjadi hobi. Tidak pernah sekalipun dia melewatkan sampah plastik yang tertangkap matanya. Sampai-sampai sang anak mengeluhkan rumah mereka yang kini seperti tempat sampah. Di mana-mana terdapat gantungan tas plastik berisi limbah plastik yang siap disulapnya menjadi bentuk baru. Bahkan, cucunya yang duduk di bangku SD kini terbiasa membawa pulang setiap sampah plastik yang ditemukannya di jalan.
**
Iyom adalah perajin limbah plastik pertama yang menerapkan teknik menganyam dalam kreasinya. Idenya itu membuat nenek enam cucu ini kebanjiran tawaran sebagai pelatih dalam pelatihan daur ulang di berbagai kota di Indonesia. Kini dia sudah membagi ilmunya ke banyak peserta pelatihan di Tasikmalaya, Ciamis, Subang, Surabaya, hingga Aceh.
Selain itu, namanya pun sudah sangat dikenal di kalangan mahasiswa dan aktivis lingkungan. Pada beberapa kesempatan, sekelompok mahasiswa datang ke rumahnya hanya untuk belajar menganyam limbah plastik menjadi tas atau keranjang.
Tidak jarang pula rombongan turis asing mengunjungi kediamannya dan membawa pulang beberapa hasil kreasi Iyom sebagai oleh-oleh. Iyom juga beberapa kali diundang untuk memajang karya-karyanya di pameran yang digelar ITB dan Itenas.
Begitulah Iyom. Tidak pernah pelit berbagi ilmu kepada siapa pun yang mau berguru. Suatu saat cucunya datang bersama beberapa temannya sambil membawa limbah plastik. Mereka lalu minta diajarkan membuat tempat pensil dari limbah tersebut. Walau tidak punya pengalaman membuat benda itu sebelumnya, Iyom dengan sabar membimbing anak-anak itu. Menurut Iyom, tawa dan ucapan terima kasih mereka sudah cukup membuatnya puas.
Atas keputusannya untuk menyelamatkan lingkungan, Iyom dianugerahi penghargaan dari Wali Kota Bandung, Juli lalu. Akan tetapi penghargaan itu hanya berupa piagam. Jauh dari perhatian yang diharapkan Iyom dari Pemerintah Kota Bandung.
"Saya ingin punya sanggar sendiri supaya dapat dengan leluasa melatih lebih banyak orang lagi untuk mengelola limbah plastik. Lebih banyak orang kan berarti lebih banyak limbah yang termanfaatkan," katanya, tanpa peduli tentang hak cipta yang seharusnya dia miliki atas ide dan hasil karyanya itu. (Lia Marlia)***
2 comments:
Ibu Lia sudah selayaknya mendapatkan hak paten bagi karya-karyanya. Saya sedang mencoba bu kreasi dari limbah plastik dengan teman-teman di malang. Trimakasih atas artikelnya,semoga bisa bermanfaat.
Ibu Lia sudah selayaknya mendapatkan hak paten bagi karya-karyanya. Saya sedang mencoba bu kreasi dari limbah plastik dengan teman-teman di malang. Trimakasih atas artikelnya,semoga bisa bermanfaat.
Post a Comment